Wednesday, March 30, 2011

..... dibuang sayang bagian 5 .....

GALILEA WENT TO JOGLO

(JOGya – SoLO)

 

 

Minggu – 13 Juni 2010:  Solo, Semarang, Pulang

 

Kebaktian di GKJ Manahan dimulai jam 07:30.  Galileans dimohon sudah ada di tempat sekitar jam 07:00.  Jam 6:00 sudah pada mulai makan pagi, sudah cantik-cantik.  Makan pagi-nya prasmanan.  Ada bubur ayam, nasi putih, nasi goreng, sayur daun singkong, tempe goreng, ayam goreng, telor mata-sapi.  Buahnya semangka dan papaya.  Herannya, makanan diatas dikeluarkannya tidak serempak, satu persatu.  Yang makan lebih siangan dapat menu yang lebih lengkap.  Tapi namanya juga Galileans, enak atau gak enak, sarapan tetep nambah J

 

Jam 06:45 – Ochie: “Teman-teman, karena jalan Slamet Riyadi ditutup untuk olah raga Minggu, bis menunggu diseberang jalan.  Mari kita berangkat.”  Keluar dari hotel, jalanan di depan hotel rame sekali.  Ada yang main bola dijalanan, ada yang main sepeda …. seperti Thamrin-Sudirman diwaktu hari Minggu.  Walaupun tidak ada mobil yang boleh lewat, tapi Galileans tetap harus berhati-hati.  Takut kena bola atau tertabrak sepeda.

 

photo session ditengah jalan slamet riyadi :D

 

Blue Star Bis sudah menunggu, Galileans masuk dan berangkat menuju GKJ-Manahan, ya tentu saja di daerah Manahan, dekat aloon-aloon Manahan.  Di pintu gerbang gereja kami disambut oleh salah satu majelis(?) dan dipersilakan masuk.

 

Gereja Kristen Jawa, Manahan, Solo

Galileans ditempatkan disebelah kanan mimbar, dekat dengan alat-alat musik.  Kursi yang disediakan untuk paduan suara tidak cukup untuk semua, sehingga beberapa sopran harus duduk di kursi jemaat.  Di GKJ-Manahan ini Galileans akan me-‘layan’-kan 4 lagu:  Sanctus, Ode to Joy, Suci-Suci-Suci dan Come Christian Join to Sing.  Galileans terlihat cantik-cantik dan ganteng-ganteng, karena banyak yang pakai baju baru hehehehe….. (mb’Syan, Tyas, te’Nani…. siapa lagi yang pakai baju baru?  Tunjuk tangan!)

 

 

GKJ-Manahan cukup bagus dan besar.  Model atap gereja lancip dan tinggi, sedangkan interiornya dari balok-balok kayu.  Kursinya masih beralas dan bersandaran rotan.  Pada hari minggu ketika Galileans melayani, bertepatan dengan ‘riyaya undhuh-undhuh’ atau ‘pesta panen’, semacam thanks giving di negeri ‘sono’.  Di depan mimbar ada meja dilapisi kain hijau (mungkin menandakan kesuburan) dan dihias dengan hasil tanaman seperti pisang setandan, singkong yang baru dicabut, padi, labu kuning, kopi etc.

 

Kebaktian dimulai.  Sebelum mulai berkhotbah, Pendeta Widya menyampaikan selamat datang pada Galileans dan kemudian bercerita: “Ada teman sekolah saya, malahan sebangku, yang adalah pendeta di GKI-KB, namanya Pdt. Lazarus.  Saya telepon dia agar hari ini berkhotbah di sini, tapi ternyata Pdt. Lazarus harus mengikuti pertemuan di America.  Tapi di antara PS Galilea ada isteri Pdt. Lazarus, monggo ibu dipun aturi jumeneng.”  Dengan tersipu-sipu malu, berdirilah ibu guru BP, mbak Wati, dan jemaat bertepuk tangan…… J  Habis prakata tentang teman sekolah, dilanjutkan dengan khotbah.

 

Persembahan jemaat didahului dengan prosesi persembahan panen.  Paling depan dua orang pemudi membawa ‘tenggok’ kecil, yang satu berisi jagung, satu lagi papaya dan melon (keliatannya).  Dibelakangnya 4 orang pemuda menggotong semacam tandu yang isinya 4 keranjang berisi pisang, sawi, cabe merah, ‘klethikan’, roti tawar etc.  Semua pembawa persembahan berdandan a la orang desa. Sampai di depan mimbar ada perwakilan jemaat yang bicara, menyerahkan hasil panen dan bersyukur pada TUHAN atas panen yang berlimpah.  Kemudian semua persembahan panen diatur di meja depan mimbar.

 

Setelah itu barulah jemaat maju satu persatu, memasukkan persembahan yang sudah disiapkan dalam amplop (amplop disediakan oleh gereja).  Persembahan di masukkan ke dalam keranjang rotan yang tersedia di kanan-kiri mimbar.  Waktu persembahan agak lama, karena semua harus maju ke depan.

 

Selesai kebaktian Galileans bersalam-salaman dengan majelis dan beberapa jemaat, termasuk ibu-bapak-nya mbak Tri, ibu-nya Dedy.  Kemudian apa lagi kalau bukan photo session didepan mimbar yang penuh dengan hasil panen…… kali ini Galileans berphoto dengan rapi dan ceria.  Photo berkali-kali, padahal sudah ditunggui majelis lho, yang mempersilakan Galileans ke ruang pertemuan atas untuk sarapan!

 

Sampai di aula…. wouw….  Ada nasi liwet, ada kue-kue, ada teh panas, ada kerupuk.  Setelah doa makan, Galileans segera menyerbu nasi liwet.  Padahal tadi pagi sudah sarapan, kok pada laper lagi ya?  Tidak ada masalah dengan perut.  Pengin nambah?  Ya nambah saja.  Enak lho!  Sampai makanan habis tak bersisa.

 

Setelah makan, tentu saja, berpamitan.  Irvyanto mewakili Galileans berpamitan dan sebelum meninggalkan aula photo session dulu bersama Pendeta Widya dan majelis.  Waktu mau meninggalkan aula, ada ibu majelis yang menyuruh Galileans membungkus kue-kue-nya, katanya untuk bekal di jalan!!!!!  Mungkin mereka melihat ‘betapa rakusnya Galileans’.   Ckckckck… J

 

Turun dari aula dan meninggalkan GKJ-Manahan.  Dasar semua photo maniac.  Masih ada beberapa photo session lagi di luar gereja, mau masuk bis dipotret, di dalam bis potret.  Pokoknya semua alergi dan sakauw deh kalau sudah liat camera.  Galileans meninggalkan GKJ-Manahan kembali ke hotel.  Sampai di hotel Galileans cepat-cepat masuk ke kamar masing-masing untuk ganti baju, mandi (kalau sempat) dan packing, dan check-out.

 

Ketika semua barang sudah di lobby, porter hotel membantu Galileans mengangkatnya ke bis.  Galileans menunggu PK melunasi pembayaran.  Sambil menunggu urusan administrasi, Galileans menyebar kemana-mana untuk …… apalagi kalau bukan photo-photo.  Tukang becak intelek, miss Jing-Jing – model of the year, Jacky ‘Momond’ Chen, si putih dan si hitam……

 

Tujuan selanjutnya adalah PGS (Pusat Grosir Solo) dan pasar Klewer.  Bis parkir di depan PGS.  Galileans diberi waktu sampai jam 12:30.  Keliatannya hampir semua Galileans pilih ke PGS deh, tidak ada yang ke Klewer, karena harus jalan kaki atau naik becak.  Apa yang dicari Galileans kalau bukan batik?

 

 

PGS termasuk bangunan baru di Solo.  Letaknya persis disebelah benteng.  Saat itu suasana PGS lebih sepi dari pada pasar Beringharjo, Jogya, mungkin karena lorong-lorongnya lebih lebar.  (Betul gak sih?)  Atau mungkin juga karena PGS belum setenar pasar Beringharjo ataupun Klewer?  Bila malam tiba, jalan di depan PGS ditutup, digantikan dengan meja-kursi dan tenda, dan menjadi pusat jajanan Solo.  Sepertinya asyik juga, tapi kalau tidak hujan.  Kalau hujan ya ‘wassalam’.

 

Galileans langsung menyebar, mencari kebutuhan masing-masing.  Ada yang cari kain agar bisa dijahit jadi rok atau blouse, ada yang cari sarung, ada yang cari baju jadi, ada yang berniat liat-liat saja tapi jadi beli-beli, ada yang duduk-duduk saja di tangga sambil nungguin titipan belanjaan sesama Galileans yang tangannya sudah penuh dengan tentengan dan sudah keberatan.

 

Menjelang jam 12:30 ada pengumuan lewat ‘hallo-hallo’ pasar: “PS Galilea dari Jakarta dimohon kembali ke bis untuk melanjutkan acara.”  Ampyun, ulah sapa tuh?  Pasti ulah para penunggu barang J  Yah, memang sudah waktunya balik ke bis dan berlanjut ke Restaurant Adem Ayem untuk makan siang.

 

Sampai di Adem Ayam.  Bis parkir di seberang jalan.  Galileans harus nyeberang.  Tiba-tiba ada yang punya ide lucu (sapa ya?): “Ayo baris dulu, biar nyeberangnya gampang dan bisa bareng-bareng.”  Disuruh baris kok ya pada mau lho!  Baris  berjajar 4, lencang kanan setengah…..  Kak Zella: “Kanan atau kiri sih?  Bingung aku!” Eeee… ada yang ketinggalan di bis lho!  Jangan dibangunin…. Whahahaha….. Sapa tuh?  Siapa lagi kalau bukan Clay!  Akhirnya terbangun juga dia, karena AC dimatiin…. J  Coba AC jalan terus, pasti bangun-bangun sudah sampai Jakarta.

 

Sebelum berangkat ke PGS, mbak Tri dan mas Rio mendahului Galileans ke Adem Ayem untuk pesan tempat dan pesan makanan.  Jadi ketika Galileans tiba, sudah tidak cari-cari tempat lagi, karena sudah disediakan tempat khusus di lantai atas.  Ternyata makanan juga sudah siap, sudah di’taning-taning’ di piring – gudeg Solo kumplit – tinggal ambil dan pesan minuman.  Wuah, enak tenan, apalagi sambel goreng kreceknya muantabs pedesnya.

 

Ketika makan selesai PK menanyakan: “Teman-teman, kita harus meninggalkan kota Solo paling lambat jam 15:00.  Sekarang masih ada waktu.  Pilih beli oleh-oleh atau ke Museum Batik Danar Hadi?  Nanti di Semarang kita juga akan berhenti untuk beli bandeng presto.”  Galileans: “Beli oleh-olehhhhhhhh…..”  PK: “Okay, kita akan ke toko Orion dan waktu belanja hanya 30 menit ya, catat 30 menit.”

 

Tiba-tiba mas Sunu juga ikut ngomong: “Saya mau pamit pulang ke Jogya.  Seneng sekali bisa bertemu teman-teman Galileans, bisa ikut nyanyi, bisa ikut hura-hura.  Kangen saya terobati.”  Galileans: “Sama-sama mas Sunu, kami juga senang bertemu dengan mas Sunu.  Lain kali kami berkunjung lagi.” (Lho!!)  Terus mas Pram: “Saya juga mau pamit, tidak ikut bis balik ke Jakarta, karena masih ada urusan di Jogya.  Selamat jalan dan selamat sampai di Jakarta.” (Lho, meninggalkan isterinya.)  Terus Irma, Tyas, Miko dan pakdhé juga ikut pamitan tidak ikut cari oleh-oleh dan tidak ikut bis pulang ke Jakarta.  (Lho, meninggalkan isterinya juga J)  Mereka berempat pulang naik pesawat sore jam 17:00.  Sambil menunggu waktu, mereka akan ke Museum Batik Danar Hadi.  (Ada yang ngiri tuh, pengin ke museum juga….. )  Maka Galileans berpisah-pisahlah di Adem Ayem.

 

Di Orion.  Tidak semua Galileans turun, hanya yang perlu beli oleh-oleh saja.  Ada yang beli sedikit, ada yang beli banyak sampai pakai box.  Selesai belanja kembali ke bis.  Galileans meninggalkan mas Pram di Orion, yang segera akan dijemput temannya untuk dibawa ke Jogya.

 

Jam 15:15 Blue Star melaju meninggalkan Solo menuju Semarang.  Di Semarang akan berhenti lagi di Jl. Pandanaran untuk belanja bandeng presto Juwana.  Bis melaju melewati Kartosuro, Boyolali, Ampel, Salatiga.  Kira-kira lepas Salatiga ada pembagian makanan.  Ini makanan enak yang jarang ditemui di Jakarta, bubur candil, dari saudaranya mbak Inge yang ada di Solo.  Sendok untuk makan dan santan sudah tersedia disetiap bungkusan.  Eunak lho!  Selain bubur candil ada risoles (kalau gak salah inget J)  Sepertinya baru saja makan siang sudah makan lagi.  Dan sepertinya, bepergian itu selalu gak pernah kelaparan, selalu kenyang, karena kerjanya makan terus.

 

Dalam perjalanan dari Solo ke Semarang, Dewi dan Nanto membuat permainan.  Namanya apa ya?  Mengurutkan dari yang besar ke kecil atau dari yang kecil ke besar.  Ya jumlah umur, tanggal lahir, bulan lahir sampai ke tahun masuk Galilea.  Susah ya ternyata.  Siapa yang unggul ya? Group kanan atau group kiri?  Selesai permainan diadakan ‘wawancara’ spectacular J.  Selain tentang mengapa masuk Galilea juga tentang ‘kisah cinta’ dan ‘pilihan hati’……  Mungkin lebih cocok kalau dinamai “curhat dan buka-bukaan’.  Wah, wah, wah….. seru….  Semua kebagian.  Kalau diceritakan satu persatu yang cerita capek.  Mudah-mudahan videonya mas Nanto cepat di edit, jadi bisa mendengarkan dan meliat jawaban masing-masing.  ‘Curhat dan buka-bukaan’ dilanjutkan setelah makan malam, sampai semua Galileans kebagian ngomong.

 

Sampai di Semarang menjelang magrib.  Bis parkir di Jl. Pandanaran, di depan bandeng presto Juwana.  Ayo, ayo turun.  Yang belanja, yang belanja.  Sekalian belanja, sekalian pada ngantri ke ‘rest-room’ (istilah kerennya).  Selain belanja bandeng presto, ada beberapa yang beli lumpia Semarang untuk dimakan di bis.  Galileans balik ke bis dengan tentengan masing-masing.  Ada yang 5kg bandeng, 3kg bandeng, kue moci, pokoknya segala macam dibeli, sampai bagasi bis penuh.

 

Melanjutkan perjalanan dan tibalah waktu makan malam.  Bis berhenti di daerah setelah Pekalongan, di rumah makan ‘Pring Jajar’.  Sebelum turun PK memberi pengumuman: “Teman-teman, karena budget sudah mulai menipis, kami anggarkan satu orang makan sejumlah Rp20,000.  Apabila lebih dari itu, mohon bayar sendiri kelebihannya.”  Semua setuju dan turun.  Sampai di dalam restaurant PK mencoba tanya, apakah bisa pesan untuk rame-rame.  Ternyata bisa.  25 Galileans dibagi menjadi 5 meja.  Semua dipesankan teh panas tawar.  Kemudian setiap meja ada: nasi putih, cumi goreng tepung, sup, ikan taosi…… apalagi ya?  Ada yang ingat?  Pada saat membayar, PK tidak perlu ‘tekor’.  Kayak cerita 2 ekor ikan dan 5 roti…..

 

Ketika sedang makan, pegawai restaurant keluar dengan tetabuhan sambil membawa kue taart yang berlilin.  Ooooo, dimeja ujung ada yang ulang tahun.  Kami juga ikut menyanyikan lagu ‘selamat ulang tahun’.  Dari meja ujung ‘rombongan’ pegawai menuju meja Galileans dan bertanya, apakah ada yang berulang tahun.  Adaaaaa…. Mbak Nani…..  Kembali tetabuhan dipukul dan kami sekali lagi menyanyi ‘selamat ulang tahun’.  Mbak Nani dikasih kado lho dari restaurant.

 

Perut kenyang dan sudah malam.  Kali ini, sepertinya, banyak yang memanfaatkan malam untuk tidur.  Tapi ada saja yang tidak bisa tidur, terutama yang sudah menyandang factor ‘U’.  Para factor ‘U’ ini ada yang memaksa memejamkan mata walaupun tidak bisa tidur, ada yang ngobrol, ada yang ikut memperhatikan jalan sambil sesekali ngomong: “awas pak” – “adhuh ngeri amat sih jalannya” ….. J

 

Jam 4:00-an masuk toll Cikampek.  Terjadi serah terima pengemudi.  Jalanan lancar.  Sampai di Jl. Panglima Polim sekitar jam 4:45.  Para penjemput yang terdiri dari para suami, kakak, adik atau pun sopir, sudah menunggu dengan setia.  Yang tidak dijemput diantar oleh yang rumahnya searah, sebagian lagi menunggu Blue Bird taxi yang sudah dipesan.  Galileans saling berpeluk-pelukan serta mengucapkan terima kasih pada Ochie, Dewi, mas Rio dan mas Irvi, yang sudah meng-arrange ‘tour’ ini dengan baik dan berjalan lancar.  Semua berharap, akan ada tour semacam ini lagi di tahun-tahun mendatang……  Semua berpisah.  Badan capai, tapi kenangan indah dan lucu-lucu tetap disimpan dalam hati.

 

..........

 

man-teman paduan suara galilea yang sempat baca ini, begitulah kenangan lan-jalan setahun lalu.  mudah-mudahan dalam waktu dekat ada lan-jalan lageeeeee..............

 

uploaded on march 30, 2011

 

9 comments:

  1. Terima kasih atas tulisannya Budhe ....
    Ketika aku membaca cerita perjalanan Galilea ke Jogja dan Solo ini, aku merasa spt dibawa kembali kepada suasana perjalanan itu lagi. Sungguh banyak sekali kenangan yang tidak bisa dilupakan. Thanks sekali lagi ya Budhe

    ReplyDelete
  2. sama-sama kak Echel.
    sesuatu yang indah kok sayang untuk dibuang....

    ReplyDelete
  3. ma oen, GKJ Manahan pake basa jawa apa indo ? mo ke oslo nih, cari tempat buat ibadah minggu.

    ReplyDelete
  4. ndak mampir ke toko oen toh buat mengenang ? ;)

    ReplyDelete
  5. pagi pakai bahasa indonesia. kalau yang jam 9 pakai bahasa jawa...... kapan mau ke oslo?

    ReplyDelete
  6. deket GOR kan ? kalo pagi bisa kuliner sekalian donk wkwkw.
    ke oslo dalam waktu deket ;)

    ReplyDelete
  7. betul sekali, gak jauh dari situ.
    atau gki-coyudan, di daerah pertokoan singosaren. gerejanya agak masuk, gak keliatan dari luar, karena ketutup toko-toko. kalau disitu so pasti bahasa indonesia lah.... :p

    ReplyDelete
  8. okelah kalo begitu, tengkyu mam
    dah ada pilihan untuk ibadah saat liburan ;)

    ReplyDelete