Tuesday, August 9, 2011

chestnut

Sudah sering dengar ‘chestnut’, sudah pernah makan kalau ada di dalam chocolate candy, tapi belum pernah lihat aslinya seperti apa.

Bulan Juni 2011, saat pergi ke China, sempat dibagi snack oleh local guide.  Suatu makanan yang direbus, empuk seperti ubi, warnanya putih agak kecoklatan, rasanya seperti ‘beton’ buah nangka, tapi manis.  Ternyata itu chestnut rebus.  Sempat diajak ke toko snack China, coba cari chestnut kok gak nemu.

 

Minggu lalu, ketika beli buah di Total Rumah Buah di Alam Sutera, ternyata ada chestnut mentah.  Saya beli satu wadah, terus tak rebus.  Rasanya ya seperti ‘beton’ nangka itu.  Enak, manis-manis.  Hanya saja ngupasnya susah.  Kulitnya antara keras-keras lembek, harus dibantu pakai pisau.  Kata orang, lebih enak lagi kalau di sangria atau di panggang……  Kapan-kapan nyoba lagi lah…..

Wednesday, March 30, 2011

..... dibuang sayang bagian 5 .....

GALILEA WENT TO JOGLO

(JOGya – SoLO)

 

 

Minggu – 13 Juni 2010:  Solo, Semarang, Pulang

 

Kebaktian di GKJ Manahan dimulai jam 07:30.  Galileans dimohon sudah ada di tempat sekitar jam 07:00.  Jam 6:00 sudah pada mulai makan pagi, sudah cantik-cantik.  Makan pagi-nya prasmanan.  Ada bubur ayam, nasi putih, nasi goreng, sayur daun singkong, tempe goreng, ayam goreng, telor mata-sapi.  Buahnya semangka dan papaya.  Herannya, makanan diatas dikeluarkannya tidak serempak, satu persatu.  Yang makan lebih siangan dapat menu yang lebih lengkap.  Tapi namanya juga Galileans, enak atau gak enak, sarapan tetep nambah J

 

Jam 06:45 – Ochie: “Teman-teman, karena jalan Slamet Riyadi ditutup untuk olah raga Minggu, bis menunggu diseberang jalan.  Mari kita berangkat.”  Keluar dari hotel, jalanan di depan hotel rame sekali.  Ada yang main bola dijalanan, ada yang main sepeda …. seperti Thamrin-Sudirman diwaktu hari Minggu.  Walaupun tidak ada mobil yang boleh lewat, tapi Galileans tetap harus berhati-hati.  Takut kena bola atau tertabrak sepeda.

 

photo session ditengah jalan slamet riyadi :D

 

Blue Star Bis sudah menunggu, Galileans masuk dan berangkat menuju GKJ-Manahan, ya tentu saja di daerah Manahan, dekat aloon-aloon Manahan.  Di pintu gerbang gereja kami disambut oleh salah satu majelis(?) dan dipersilakan masuk.

 

Gereja Kristen Jawa, Manahan, Solo

Galileans ditempatkan disebelah kanan mimbar, dekat dengan alat-alat musik.  Kursi yang disediakan untuk paduan suara tidak cukup untuk semua, sehingga beberapa sopran harus duduk di kursi jemaat.  Di GKJ-Manahan ini Galileans akan me-‘layan’-kan 4 lagu:  Sanctus, Ode to Joy, Suci-Suci-Suci dan Come Christian Join to Sing.  Galileans terlihat cantik-cantik dan ganteng-ganteng, karena banyak yang pakai baju baru hehehehe….. (mb’Syan, Tyas, te’Nani…. siapa lagi yang pakai baju baru?  Tunjuk tangan!)

 

 

GKJ-Manahan cukup bagus dan besar.  Model atap gereja lancip dan tinggi, sedangkan interiornya dari balok-balok kayu.  Kursinya masih beralas dan bersandaran rotan.  Pada hari minggu ketika Galileans melayani, bertepatan dengan ‘riyaya undhuh-undhuh’ atau ‘pesta panen’, semacam thanks giving di negeri ‘sono’.  Di depan mimbar ada meja dilapisi kain hijau (mungkin menandakan kesuburan) dan dihias dengan hasil tanaman seperti pisang setandan, singkong yang baru dicabut, padi, labu kuning, kopi etc.

 

Kebaktian dimulai.  Sebelum mulai berkhotbah, Pendeta Widya menyampaikan selamat datang pada Galileans dan kemudian bercerita: “Ada teman sekolah saya, malahan sebangku, yang adalah pendeta di GKI-KB, namanya Pdt. Lazarus.  Saya telepon dia agar hari ini berkhotbah di sini, tapi ternyata Pdt. Lazarus harus mengikuti pertemuan di America.  Tapi di antara PS Galilea ada isteri Pdt. Lazarus, monggo ibu dipun aturi jumeneng.”  Dengan tersipu-sipu malu, berdirilah ibu guru BP, mbak Wati, dan jemaat bertepuk tangan…… J  Habis prakata tentang teman sekolah, dilanjutkan dengan khotbah.

 

Persembahan jemaat didahului dengan prosesi persembahan panen.  Paling depan dua orang pemudi membawa ‘tenggok’ kecil, yang satu berisi jagung, satu lagi papaya dan melon (keliatannya).  Dibelakangnya 4 orang pemuda menggotong semacam tandu yang isinya 4 keranjang berisi pisang, sawi, cabe merah, ‘klethikan’, roti tawar etc.  Semua pembawa persembahan berdandan a la orang desa. Sampai di depan mimbar ada perwakilan jemaat yang bicara, menyerahkan hasil panen dan bersyukur pada TUHAN atas panen yang berlimpah.  Kemudian semua persembahan panen diatur di meja depan mimbar.

 

Setelah itu barulah jemaat maju satu persatu, memasukkan persembahan yang sudah disiapkan dalam amplop (amplop disediakan oleh gereja).  Persembahan di masukkan ke dalam keranjang rotan yang tersedia di kanan-kiri mimbar.  Waktu persembahan agak lama, karena semua harus maju ke depan.

 

Selesai kebaktian Galileans bersalam-salaman dengan majelis dan beberapa jemaat, termasuk ibu-bapak-nya mbak Tri, ibu-nya Dedy.  Kemudian apa lagi kalau bukan photo session didepan mimbar yang penuh dengan hasil panen…… kali ini Galileans berphoto dengan rapi dan ceria.  Photo berkali-kali, padahal sudah ditunggui majelis lho, yang mempersilakan Galileans ke ruang pertemuan atas untuk sarapan!

 

Sampai di aula…. wouw….  Ada nasi liwet, ada kue-kue, ada teh panas, ada kerupuk.  Setelah doa makan, Galileans segera menyerbu nasi liwet.  Padahal tadi pagi sudah sarapan, kok pada laper lagi ya?  Tidak ada masalah dengan perut.  Pengin nambah?  Ya nambah saja.  Enak lho!  Sampai makanan habis tak bersisa.

 

Setelah makan, tentu saja, berpamitan.  Irvyanto mewakili Galileans berpamitan dan sebelum meninggalkan aula photo session dulu bersama Pendeta Widya dan majelis.  Waktu mau meninggalkan aula, ada ibu majelis yang menyuruh Galileans membungkus kue-kue-nya, katanya untuk bekal di jalan!!!!!  Mungkin mereka melihat ‘betapa rakusnya Galileans’.   Ckckckck… J

 

Turun dari aula dan meninggalkan GKJ-Manahan.  Dasar semua photo maniac.  Masih ada beberapa photo session lagi di luar gereja, mau masuk bis dipotret, di dalam bis potret.  Pokoknya semua alergi dan sakauw deh kalau sudah liat camera.  Galileans meninggalkan GKJ-Manahan kembali ke hotel.  Sampai di hotel Galileans cepat-cepat masuk ke kamar masing-masing untuk ganti baju, mandi (kalau sempat) dan packing, dan check-out.

 

Ketika semua barang sudah di lobby, porter hotel membantu Galileans mengangkatnya ke bis.  Galileans menunggu PK melunasi pembayaran.  Sambil menunggu urusan administrasi, Galileans menyebar kemana-mana untuk …… apalagi kalau bukan photo-photo.  Tukang becak intelek, miss Jing-Jing – model of the year, Jacky ‘Momond’ Chen, si putih dan si hitam……

 

Tujuan selanjutnya adalah PGS (Pusat Grosir Solo) dan pasar Klewer.  Bis parkir di depan PGS.  Galileans diberi waktu sampai jam 12:30.  Keliatannya hampir semua Galileans pilih ke PGS deh, tidak ada yang ke Klewer, karena harus jalan kaki atau naik becak.  Apa yang dicari Galileans kalau bukan batik?

 

 

PGS termasuk bangunan baru di Solo.  Letaknya persis disebelah benteng.  Saat itu suasana PGS lebih sepi dari pada pasar Beringharjo, Jogya, mungkin karena lorong-lorongnya lebih lebar.  (Betul gak sih?)  Atau mungkin juga karena PGS belum setenar pasar Beringharjo ataupun Klewer?  Bila malam tiba, jalan di depan PGS ditutup, digantikan dengan meja-kursi dan tenda, dan menjadi pusat jajanan Solo.  Sepertinya asyik juga, tapi kalau tidak hujan.  Kalau hujan ya ‘wassalam’.

 

Galileans langsung menyebar, mencari kebutuhan masing-masing.  Ada yang cari kain agar bisa dijahit jadi rok atau blouse, ada yang cari sarung, ada yang cari baju jadi, ada yang berniat liat-liat saja tapi jadi beli-beli, ada yang duduk-duduk saja di tangga sambil nungguin titipan belanjaan sesama Galileans yang tangannya sudah penuh dengan tentengan dan sudah keberatan.

 

Menjelang jam 12:30 ada pengumuan lewat ‘hallo-hallo’ pasar: “PS Galilea dari Jakarta dimohon kembali ke bis untuk melanjutkan acara.”  Ampyun, ulah sapa tuh?  Pasti ulah para penunggu barang J  Yah, memang sudah waktunya balik ke bis dan berlanjut ke Restaurant Adem Ayem untuk makan siang.

 

Sampai di Adem Ayam.  Bis parkir di seberang jalan.  Galileans harus nyeberang.  Tiba-tiba ada yang punya ide lucu (sapa ya?): “Ayo baris dulu, biar nyeberangnya gampang dan bisa bareng-bareng.”  Disuruh baris kok ya pada mau lho!  Baris  berjajar 4, lencang kanan setengah…..  Kak Zella: “Kanan atau kiri sih?  Bingung aku!” Eeee… ada yang ketinggalan di bis lho!  Jangan dibangunin…. Whahahaha….. Sapa tuh?  Siapa lagi kalau bukan Clay!  Akhirnya terbangun juga dia, karena AC dimatiin…. J  Coba AC jalan terus, pasti bangun-bangun sudah sampai Jakarta.

 

Sebelum berangkat ke PGS, mbak Tri dan mas Rio mendahului Galileans ke Adem Ayem untuk pesan tempat dan pesan makanan.  Jadi ketika Galileans tiba, sudah tidak cari-cari tempat lagi, karena sudah disediakan tempat khusus di lantai atas.  Ternyata makanan juga sudah siap, sudah di’taning-taning’ di piring – gudeg Solo kumplit – tinggal ambil dan pesan minuman.  Wuah, enak tenan, apalagi sambel goreng kreceknya muantabs pedesnya.

 

Ketika makan selesai PK menanyakan: “Teman-teman, kita harus meninggalkan kota Solo paling lambat jam 15:00.  Sekarang masih ada waktu.  Pilih beli oleh-oleh atau ke Museum Batik Danar Hadi?  Nanti di Semarang kita juga akan berhenti untuk beli bandeng presto.”  Galileans: “Beli oleh-olehhhhhhhh…..”  PK: “Okay, kita akan ke toko Orion dan waktu belanja hanya 30 menit ya, catat 30 menit.”

 

Tiba-tiba mas Sunu juga ikut ngomong: “Saya mau pamit pulang ke Jogya.  Seneng sekali bisa bertemu teman-teman Galileans, bisa ikut nyanyi, bisa ikut hura-hura.  Kangen saya terobati.”  Galileans: “Sama-sama mas Sunu, kami juga senang bertemu dengan mas Sunu.  Lain kali kami berkunjung lagi.” (Lho!!)  Terus mas Pram: “Saya juga mau pamit, tidak ikut bis balik ke Jakarta, karena masih ada urusan di Jogya.  Selamat jalan dan selamat sampai di Jakarta.” (Lho, meninggalkan isterinya.)  Terus Irma, Tyas, Miko dan pakdhé juga ikut pamitan tidak ikut cari oleh-oleh dan tidak ikut bis pulang ke Jakarta.  (Lho, meninggalkan isterinya juga J)  Mereka berempat pulang naik pesawat sore jam 17:00.  Sambil menunggu waktu, mereka akan ke Museum Batik Danar Hadi.  (Ada yang ngiri tuh, pengin ke museum juga….. )  Maka Galileans berpisah-pisahlah di Adem Ayem.

 

Di Orion.  Tidak semua Galileans turun, hanya yang perlu beli oleh-oleh saja.  Ada yang beli sedikit, ada yang beli banyak sampai pakai box.  Selesai belanja kembali ke bis.  Galileans meninggalkan mas Pram di Orion, yang segera akan dijemput temannya untuk dibawa ke Jogya.

 

Jam 15:15 Blue Star melaju meninggalkan Solo menuju Semarang.  Di Semarang akan berhenti lagi di Jl. Pandanaran untuk belanja bandeng presto Juwana.  Bis melaju melewati Kartosuro, Boyolali, Ampel, Salatiga.  Kira-kira lepas Salatiga ada pembagian makanan.  Ini makanan enak yang jarang ditemui di Jakarta, bubur candil, dari saudaranya mbak Inge yang ada di Solo.  Sendok untuk makan dan santan sudah tersedia disetiap bungkusan.  Eunak lho!  Selain bubur candil ada risoles (kalau gak salah inget J)  Sepertinya baru saja makan siang sudah makan lagi.  Dan sepertinya, bepergian itu selalu gak pernah kelaparan, selalu kenyang, karena kerjanya makan terus.

 

Dalam perjalanan dari Solo ke Semarang, Dewi dan Nanto membuat permainan.  Namanya apa ya?  Mengurutkan dari yang besar ke kecil atau dari yang kecil ke besar.  Ya jumlah umur, tanggal lahir, bulan lahir sampai ke tahun masuk Galilea.  Susah ya ternyata.  Siapa yang unggul ya? Group kanan atau group kiri?  Selesai permainan diadakan ‘wawancara’ spectacular J.  Selain tentang mengapa masuk Galilea juga tentang ‘kisah cinta’ dan ‘pilihan hati’……  Mungkin lebih cocok kalau dinamai “curhat dan buka-bukaan’.  Wah, wah, wah….. seru….  Semua kebagian.  Kalau diceritakan satu persatu yang cerita capek.  Mudah-mudahan videonya mas Nanto cepat di edit, jadi bisa mendengarkan dan meliat jawaban masing-masing.  ‘Curhat dan buka-bukaan’ dilanjutkan setelah makan malam, sampai semua Galileans kebagian ngomong.

 

Sampai di Semarang menjelang magrib.  Bis parkir di Jl. Pandanaran, di depan bandeng presto Juwana.  Ayo, ayo turun.  Yang belanja, yang belanja.  Sekalian belanja, sekalian pada ngantri ke ‘rest-room’ (istilah kerennya).  Selain belanja bandeng presto, ada beberapa yang beli lumpia Semarang untuk dimakan di bis.  Galileans balik ke bis dengan tentengan masing-masing.  Ada yang 5kg bandeng, 3kg bandeng, kue moci, pokoknya segala macam dibeli, sampai bagasi bis penuh.

 

Melanjutkan perjalanan dan tibalah waktu makan malam.  Bis berhenti di daerah setelah Pekalongan, di rumah makan ‘Pring Jajar’.  Sebelum turun PK memberi pengumuman: “Teman-teman, karena budget sudah mulai menipis, kami anggarkan satu orang makan sejumlah Rp20,000.  Apabila lebih dari itu, mohon bayar sendiri kelebihannya.”  Semua setuju dan turun.  Sampai di dalam restaurant PK mencoba tanya, apakah bisa pesan untuk rame-rame.  Ternyata bisa.  25 Galileans dibagi menjadi 5 meja.  Semua dipesankan teh panas tawar.  Kemudian setiap meja ada: nasi putih, cumi goreng tepung, sup, ikan taosi…… apalagi ya?  Ada yang ingat?  Pada saat membayar, PK tidak perlu ‘tekor’.  Kayak cerita 2 ekor ikan dan 5 roti…..

 

Ketika sedang makan, pegawai restaurant keluar dengan tetabuhan sambil membawa kue taart yang berlilin.  Ooooo, dimeja ujung ada yang ulang tahun.  Kami juga ikut menyanyikan lagu ‘selamat ulang tahun’.  Dari meja ujung ‘rombongan’ pegawai menuju meja Galileans dan bertanya, apakah ada yang berulang tahun.  Adaaaaa…. Mbak Nani…..  Kembali tetabuhan dipukul dan kami sekali lagi menyanyi ‘selamat ulang tahun’.  Mbak Nani dikasih kado lho dari restaurant.

 

Perut kenyang dan sudah malam.  Kali ini, sepertinya, banyak yang memanfaatkan malam untuk tidur.  Tapi ada saja yang tidak bisa tidur, terutama yang sudah menyandang factor ‘U’.  Para factor ‘U’ ini ada yang memaksa memejamkan mata walaupun tidak bisa tidur, ada yang ngobrol, ada yang ikut memperhatikan jalan sambil sesekali ngomong: “awas pak” – “adhuh ngeri amat sih jalannya” ….. J

 

Jam 4:00-an masuk toll Cikampek.  Terjadi serah terima pengemudi.  Jalanan lancar.  Sampai di Jl. Panglima Polim sekitar jam 4:45.  Para penjemput yang terdiri dari para suami, kakak, adik atau pun sopir, sudah menunggu dengan setia.  Yang tidak dijemput diantar oleh yang rumahnya searah, sebagian lagi menunggu Blue Bird taxi yang sudah dipesan.  Galileans saling berpeluk-pelukan serta mengucapkan terima kasih pada Ochie, Dewi, mas Rio dan mas Irvi, yang sudah meng-arrange ‘tour’ ini dengan baik dan berjalan lancar.  Semua berharap, akan ada tour semacam ini lagi di tahun-tahun mendatang……  Semua berpisah.  Badan capai, tapi kenangan indah dan lucu-lucu tetap disimpan dalam hati.

 

..........

 

man-teman paduan suara galilea yang sempat baca ini, begitulah kenangan lan-jalan setahun lalu.  mudah-mudahan dalam waktu dekat ada lan-jalan lageeeeee..............

 

uploaded on march 30, 2011

 

Tuesday, March 29, 2011

..... dibuang sayang bagian 4 .....

GALILEA WENT TO JOGLO

(JOGya – SoLO)

 

Sabtu – 12 Juni 2010:  Jogya hari kedua

Ullen Sentalu, Malioboro-Beringharjo, GKI-Ngupasan

 

Sekitar jam 6:00 ada suara klèthèk-klèthèk di teras, ternyata ‘room service’ membawa nampan berisi teh panas ke masing-masing kamar dan diletakkan di meja depan kamar.  Setengah jam kemudian, makan pagi diantar, yang adalah nasi soto, pakai lawuh perkedel dan tempe goreng.  Ayo makannnnn, mumpung sotonya masih panas.  Nikmat juga, makan pagi sebelum gosok gigi ataupun mandi ……J

 

sarapan tanpa gosok gigi .... yummy :D

 

Jam 7:00 mbak Tri (seksi sibuk cabang Solo) pamit duluan untuk ke airport, jemput Galileans yang nyusul naik Lion: “Aku pergi dulu jemput Tyas dan mas Agni ya.  Aku langsung ambil mbak Nur plus snack dan langsung ke Ullen Sentalu.  Sampai ketemu disana ya”, kata Tri.  “Okay…….”, jawab Galileans rame-rame, pakai 4 suara.

 

Jam 7:30 mulai beres-beres dan check-out.  Koper-koper sudah ditarik keluar, diangkut porter hotel dan dinaikkan ke bagasi bis.  Penumpangnya photo-photo dulu dong, sekali jepret….. lagi, lagi pakai punyaku ….. dua kali jepret ….. lagi, lagi cameraku…..tiga kali jepret …… lagi, lagi tolong mas pakai cameraku ….. empat kali jepret ….. lah gak habis-habis.  Ayo berangkat dulu.  Nanti di Ullen Sentalu atau dimana saja masih banyak waktu untuk photo-photo.

 

 

Akhirnya Galileans semua sudah duduk manis dalam bis.  PK berkata: “Mohon Dedy berdoa sebelum berangkat.  Tapi nanti dulu berdoanya, setelah bis lolos dari gang kecil ini ya.”  Pak Priyo konsentrasi nyopir, maju, mundur lagi, maju dikit, mundur lagi….  akhirnya bisa lolos dan sampai di jalan besar.  Dedy berdoa dan bus melaju kearah Kaliurang, ke museum Ullen Sentalu.

 

PIC wisata museum adalah budhé dan Raymond.  Bingung, mau ngomong apa.  Lha wong Raymond ke Ullen Sentalu aza belum pernah tuh.  Ya sudah, budhé ngomong sebisanya.  Gak tau didengerin atau enggak, pokoknya ngomong wong disuruh J

 

Tentang Ullen Sentalu:

ULLEN SENTALU singkatan dari ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku, yang artinya "Nyala lampu blencong (lampu minyak yang dipakai untuk pertunjukan wayang) merupakan petunjuk bagi manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan

               

Ullen Sentalu terletak di tempat wisata Kaliurang tepatnya di dalam taman ‘Kaswargan’ (=sorga).  Dipilih nama ‘Kaswargan’ karena, secara filosofis, terletak di ketinggian lereng gunung Merapi, yang secara kultur orang Jawa menganggapnya gunung Merapi itu tempat sakral.

               

Ullen Sentalu Sentalu dirintis tahun 1994.  Secara kepemilikan, museum swasta ini diprakarsai oleh Kel. Haryono dari Yogyakarta dan berada dibawah payung Yayasan Ulating Blencong, yang mendapat dukungan dari kalangan ‘darah biru’ J (PB-XII, GBPH Poeger, PA-IX, GRAy Siti Nurul Kusumawardhani.  Museum ini diresmikan oleh Paku Alam VIII pada tanggal 1 Maret 1997.  Koleksi museum adalah sejarah seni dan budaya Mataram, yang menampilkan lukisan dah photo-photo keluarga Mataram, batik kraton dan lain-lain.

 

 

Sesudah keterangan singkat mengenai Ullen Sentalu, microphone diserahkan kepada guide local, mas Nanto, yang sepanjang perjalanan menerangkan tempat-tempat yang dilewati, termasuk sekolah luar biasa di Pakem (tempat Clay lulus cumlaude J)

 

Sampai di pintu gerbang masuk tempat wisata Kaliurang.  Ibu Dewi ATM turun beli ticket masuk untuk orang plus bus.  Lanjut naik, jalan terus dan terus.  Budhé dalam hati: “Kok gak sampai-sampai sih?  Kayaknya Ullen Sentalu gak jauh-jauh dari gerbang masuk deh.  Pintu gerbang, belok kiri trus gak lama sampai.  Ini kok jauh amat sih?”  Eeeee…. ternyata penunjuk jalan, mas Nanto, ngajak muter-muter dulu lewat taman rekreasinya.  Sampai juga sih, walaupun bus agak kesulitan untuk nikung patah.  (Mungkin gak sulit ya, wong supirnya pinter …..)

 

 

Sampai di Ullen Sentalu.  Bu Dewi ATM turun dikawal PIC Raymond.  Galileans turun dan…… selanjutnya …. tau kan….. apalagi kalau bukan photo-photo di depan museum (baca: mesyum).  Lagi rame photo-photo datanglah kijang bernomor polisi L-XXX.….. yang isinya adalah mbak Nur, mbak Tri, Tyas dan pakdhé.  Ayo, ayo, cepet….. gabung photo.

Ticket sudah dibeli dan dibagikan.  Karena jumlahnya 32 orang, maka masuknya dibagi dalam 2 kelompok.  Kelompok satu masuk, dan lima menit kemudian kelompok dua.  Jangan membayangkan masuk museum Ullen Sentalu ini membosankan, karena begitu masuk kesan tidak menarik dan membosankan akan hilang lenyap, diganti dengan hingar bingar photo session di luar museum.  (Di dalam gak boleh motret lho ya!)  Masuk halaman museum pun sudah ada yang motret-motret.

 

Pertama-tama dibawa masuk ke Guwo Selo Giri, yang merupakan lorong panjang bawah tanah.  Walaupun di bawah tanah tapi baunya harum…… hiiiii……  Ternyata dimana-mana ditaruh bunga sedap malam dan ceplok piring.  Pantesan wangi.  Ruang pertama adalah ruang tamu dan tarian.  Disitu ada seperangkat gamelan dan lukisan-lukisan para putri dan putera keraton yang sedang menari.  Tarian yang paling sacral adalah tarian ‘Bedoyo’, yang menggambarkan pertemuan Kanjeng Ratu Kidul dengan raja-raja Mataram.  Di lorong ini dipamerkan lukisan-lukisan tokoh-tokoh Mataram, terutama putri-putri keraton yang dari jaman dahulu sudah berkarya.  Ada yang jadi ‘designer’ (lupa namanya), ada yang jadi penulis (BRAy Partini Djoyodiningrat).

 

Setelah ‘ngerong’, kami diajak ke ruangan kedua, Ruang Puisi, penuh dengan puisi-puisi indah, yang ditulis oleh teman-teman dan saudara-saudara Tineke (GRAy Koes Sapariyam).  Tulisan-tulisan untuk memberikan kekuatan kepada Tineke ketika patah hati, karena pilihannya tidak disetujui oleh orang tua dan kalangan keraton.  Beberapa Galileans ‘mencuri’ memotret puisi-puisi yang indah dengan B-berry.  Mudah-mudahan masih disimpan, agar dapat di’share’ di milis.

 

Dari ruang puisi pindah ke ruang ‘display’ baju pengantin a la keraton, baju sehari-hari para ratu seperti: dodot pengantin, dodot putri, accessories, malahan ada topi-topi para ratu yang dipesan dari luar negeri, dan masih bagus lho!  Kain batik ratu yang dipasang juga bagus-bagus.  Ada satu yang berdesign kupu-kupu, menurut guide saat ini sudah tidak di produksi lagi.  Ach masakkkkk?

 

Pindah keruang display batik.  Macam-macam batik dengan macam-macam arti.  Motif truntum, biar rukun….  Apa lagi ya.  Yang paling di inget Galileans pasti ‘batik kawung’, untuk nglurupi atau menutupi jenazah…..  Hiiiiii………….  Di ruang batik ini juga ada beberapa koleksi kebaya encim made-in djadoel.  Wuih, kerancangnya bagus-bagus dan warnanya semua kalem, tidak ada yang ‘ngejreng’.  Sebetulnya ada satu ruangan khusus batik, tapi tutup karena sedang diadakan perbaikan.

 

Ruang terakhir adalah ruang khusus kehidupan Gusti Nurul yang ayu.  Photo-photo sejak beliau lahir sampai dewasa, malahan sampai sekarang.  Memang Gusti Nurul cantik, ayu dan anggun.  Gusti Nurul baru menikah setelah berusia 31 tahun.  Karena tidak suka dengan poligami, Gusti Nurul memilih menikah dengan sepupunya yang tentara (tentara kan gak boleh punya isteri dua!).  Ada photo Gusti Nurul sedang menari di Belanda, diiringi musik yang disiarkan dan di relay langsung dari RRI!  Jaman dulu belum ada kaset bo’.  Dari ruangan Gusti Nurul, Galileans diajak ke bagian atas ‘mesyum’ yang isinya patung-patung dan lukisan besar-besar.  Tetep gak boleh motret.  Tempatnya agak syeureum, gelap dan agak pengab.  Yah, ini ruangan terakhir tour Ullen Sentalu.

 

Kemudian Galileans kembali berkumpul di Balai Pudak Mekar.  Di sini Galileans disuguhi (dijamu) minuman khas Ullen Sentalu, yang katanya bisa membuat awet muda hehehehe….. yang ternyata adalah wedang jahe, dicampur kulit secang, dikasih kayu manis (bener gak sih?).  Tapi sayang kurang kental dan rasanya kurang nendhang.  Mungkin sudah berkali-kali ditambahi air panas….  Hehehhe…..  (Kalau kurang nendhang ya minta di tendang to J)

 

Photo sessions dan photo sessions lagi……….  Tak terhitung berapa jepretan dan berapa gaya di Ullen Sentalu, sampai mati gaya …..

 

Meninggalkan Ullen Sentalu sekitar jam 11-an.  Acara selanjutnya adalah ‘belanja-ria’ atau ‘wisata pasar’ Beringharjo-Malioboro dengan PIC Clay dan Dhita – Clay yang orang Jogya, dan Dhita yang kadang-kadang jalan-jalan ke Jogya…. J  On the way ke wisata pasar, mampir dulu ke restaurant untuk ambil box makan siang.  Ada yang ingat gak, makan siangnya apa?  Galileans makannya di bus, jadi sampai di Malioboro bisa langsung belanja-belanji.

 

Sampai di daerah Malioboro sekitar jam 12-an.  Cari parkir susah amat yah.  Parkir mobil kecil gampang, diparkiran pasar Beringharjo.  Lha parkiran bus dimana ya….?  Akhirnya dapat tempat parkir di depan gedung BRI, seberang samping benteng Vredeburg.  Sebelum turun diumumkan bahwa, Galileans harus sudah kembali ke bus sebelum jam 15:30, karena masih harus ganti baju, dan harus sampai di GKI Ngupasan jam 16:30 untuk persiapan pelayanan.  Tanpa pengarahan lebih lanjut dari PIC, Galileans turun dan rame-rame nyeberang jalan J.

 

Galileans nyeberang jalan dan lewat depan benteng Vredeburg.  Di halaman samping benteng Vredeburg sedang ada keramaian, sepertinya acaranya Jaya Suprana – the biggest bakpia – yang masuk MURI.  Karena ada keramaian, sepanjang jalan menuju Beringharjo-Malioboro juga banyak orang jualan.  Ada sate ayam kecil-kecil…. bau sate sedap sekaleeee.  Beli?  Mikir dulu 1000x, secara mbok-mbok yang jualan dekil …… L  Ada yang jual boneka-boneka plastic yang ditiup, rambut nenek dan macam-macam lagi.  Di depan benteng jadi seperti pasar malam.

 

Masuk pasar Beringharjo disambut dengan kios-kios batik dan manusia yang ‘uwel-uwelan’.  Udara panas, di dalam pasar jadi pengaaaaabbbbbbb.  Semua menuju kios batik ‘Sunardi’, yang katanya koleksinya bagus-bagus dan bisa bayar pakai credit card.  Namun….. ampyun….. mau mendekati kios Sunardi susah sekali, banyak manusia berjubel baik di Sunardi maupun di kios-kios sekitarnya.  Wah, gak deh, cari yang agak lega saja.  Rombongan jadi terpisah-pisah.  Ada yang mau cari tas di lantai 3, ada yang mau cari kain batik ….. etc.

 

Rombongan cari tas langsung naik ke lantai 3.  Tengok sana, tengok sini ….., kok gak ada tas-tas batik ya, adanya tas-tas modern.  Terus kak Echel bilang: “Waktu tadi naik escalator, aku liat ada tas batik di gantung-gantung.  Kesitu aja yukkk.  Turun lagi.  Dan betul, tidak jauh dari escalator ada kios jualan tas, lucu-lucu dan tidak mahal.  Mulailah tangan-tangan kak Echel, kak Zella, mb’Syan, budhé menelusuri tas-tas dan mengobrak-abrik dagangan.  Horee semua dapet……  Budhé: “Mau cari apa lagi?  Kayaknya aku gak pingin beli apa-apa lagi, aku pingin ngadem ke Mirota aja deh.”  Yaaaa, semua setuju dan bersama-sama nyebrang ke Mirota.

 

Di depan pintu Mirota ada semacam kereta.  Disitu duduk manis mas Pram dan pakdhé, dua orang yang males belanja-belanji dan keliling-keliling, tapi terima titipan barang bagi yang sudah belanja kebanyakan belanja dan tentengan tapi masih mau belanja lagi.  Muter-muter di Mirota.  Ada yang beli-beli, ada yang liat-liat saja, ada yang bingung.  Yang paling cekatan dalam hal beli-membeli adalah mb’Syan.  Saking asyik dan semangatnya, barang yang sudah dipilih, sudah dimasukkan keranjang, ketika ditinggal nyobain baju keranjangnya hilang diambil orang….. walah…..  Ada lagi Tyas yang bingung.  Sudah dari tadi keliling gak ada baju yang dipilih.  Akhirnya dibantu mb’Syan yang cekatan dan pandai memilih, Tyas dapat 2 baju yang Tyas suka.  Mb’Wati, ibu guru BP, muter terus di tempat kerajinan, dapat tas tali rami.  Ayo, siapa lagi yang belanja dan dapat apa?  Tapi yang pasti, yang tentengannya paling banyak mb’Medy, sampai dititip titip.

 

Lagi enak-enaknya di Mirota tiba-tiba turunlah hujan deras.  Bagi yang masih belanja, masih bisa pilih-pilih lagi sambil nunggu hujan reda.  Yang kakinya sudah capek dan sudah tidak ingin belanja lagi: mas Pram, pakdé, mb’Christine, kak Zella, kak Echel, mb’Wati, budhé, Miko, Irvi, mb’Medy ‘menaikkan’ diri ke ‘top floor’ Mirota.  Disitu ada café bisa minum segala macam.  Ada snack-nya juga lho.

 

Hujan reda, bukan berhenti, karena masih turun rintik-rintik.  Yuk balik ke bus yuk, mumpung hujannya tidak deras.  Baru saja bayar minum dan makanan dan mau meninggalkan tempat ….. eeee hujan lagi.  Ya terpaksa nunggu sebentar.  Begitu rintik-rintik Galileans langsung berlari-lari kecil kembali ke bus, yang jaraknya lumayan jauh.  Begitu masuk bus, hujan kembali deras.  Ternyata sudah ada beberapa orang menunggu diatas bus.  Ayo, sapa yang belum balik?  Ternyata mb’Nani dan Sandra si ‘miss Jing Jing’ masih blanja-blanji.  Ada yang ngomong: “Tolong dong mbak Sandra dan mb’Nani di telepon, disuruh naik becak aja biar gak kehujanan.”  Mbak Nani menjawab ketika di telepon: “Iya, iya, ini lagi naik becak.”  Sampai di bus mbak Nani: “Ngumpulnya bukan jam 4 to?  Kata Sandra jam 4, jadi kita masih nyantai.  Baru masuk Mirota mau pilih-pilih udah ditelpon hehehehe….”  Ealaaahhhhh…..  Galileans sudah lengkap dengan bawaan yang bertambah, asil belanja di Malioboro, Beringharjo dan Mirota.

 

Bus meluncur ke rumah eyangnya Franky di jalan Teuku Umar.  Galileans ‘nunut’ ganti baju di sana.  Masih dalam keadaan hujan Galileans turun satu persatu dipayungi pak Soleh.  Walaupun sudah berpayung, tapi tetap basah karena hujannya dueres sekali.  Rumah eyangnya Franky, yang ‘djadoel’ dan bagus, langsung hiruk pikuk oleh Galileans.  Kamar ganti laki-laki di depan, perempuan di belakang.  Lho, dikamar perempuan sudah ada te’Ivy.  Ayo gantian ke kamar mandinya.  Gosok gigi, cuci muka, ada juga yang keramas…. siapa ya?  dandan, ganti baju…… siap berangkat ke GKI Ngupasan.  Di rumah Franky sudah ‘menunggu’ snack sore dalam sebuah bèsèk untuk Galileans, yang dibawa oleh mbak Nur dalam hujan lebat.  Sayang, mbak Nur gak bisa ikut kebaktian di GKI Ngupasan.

 

Hujan sudah agak reda ketika Galileans balik ke dalam bus.  Segera meluncur ke Ngupasan.  Menjelang sampai gereja, Galileans melihat mas Sunu dan mbak Yati jalan berhujan-hujan.  Semangat sekali, sampai kami terharu.  Hujan masih turun ketika Galileans turun satu persatu di depan gereja, sambil dipayungi pak satpam.  Gereja masih sepi, mungkin karena masih jam 4:30pm, hanya ada beberapa pemuda yang sedang menyiapkan alat musik dan check sound system.  Kebaktian Sabtu sore ini semacam kebaktian pemuda, yang iringan musiknya pakai BAND!!!  Kebaktian dikemas ‘seperti’ dalam suatu KKR.  Jadi ada MC, ada lagu yang diulang-ulang sambil bertepuk tangan.

Galileans langsung naik ke balkon yang menghadap ke mimbar, kemudian melakukan pemanasan 4 lagu sambil menunggu kebaktian di mulai.  Katanya sih jam 17:00, tetapi ternyata mundur hampir 30 menit, mungkin menunggu jemaat, yang karena hujan, yang datang kebaktian hanya sedikit sekali.  Di dalam kebaktian Galileans me’layan’kan 2 buah lagu: ‘Come Christian join to sing’, dan TUHAN-ku YESUS.  Kemudian penutupan nyanyi ‘Ode to Joy, sambil mengiring jemaat pulang.

 

Kebaktian selesai.  Terjadi kehebohan di balkon.  Kacamata Betsy jatuh ke dalam lobang disela-sela kayu panggung balkon.  Harus dicari, karena kalau enggak, cici’ Bet gak bisa baca tulis.  Kursi digeser, pangung kayu diangkat …. disanalah kacamata ditemukan.  Diteruskan dengan bersalaman dengan majelis penyambut dari GKI Ngupasan yang berkata: “Silakan langsung ke aula.  Kami sudah menyediakan makan malam a la kadarnya.” (Nasi sama telor goreng dong! J)  Tapi karena sudah lebih dari jam 7-pm, dan kami harus segera ke Solo, maka kami memilih untuk makan di bus saja.  Kebetulan makanannya sudah dalam box.

 

Mau meninggalkan Ngupasan, photo dulu dong……  baru naik ke bis.  Meninggalkan gereja.  Irvi memisahkan diri dari Galileans untuk menemani mb’Tri naik kijang.  Tempat Irvi di bis digantikan oleh mas Sunu, yang masih kangen nyanyi sama Galileans.  Sebelum meninggalkan Jogya, Galileans mampir dulu ke pusat oleh-oleh.  Ayo, ayo, dipilih, dipilih. 

 

Dalam perjalanan, biar gak pada tidur, mas Pram kembali memimpin permainan ‘sambung judul’.  Rameeeee……….  Sampai perut rasanya keras karena tertawa terus.  Tapi ada satu orang yang tidak terusik, tidur terus walaupun Galileans teriak-teriak.  Siapa itu?  Tentu saja pakdhé Agni.  Padahal host-nya persis didepannya lho, dan ngomongnya keras setengah teriak-teriak, pakai mike pula!  Ckckckc……  Nah, disinilah terjadi peristiwa yang tidak terlupakan, kepala yayasan menuding host sambil bilang: “You are crazy”, gara-gara nyambung judul film ‘God must be crazy’.  Hwahahahahaha……  Yang dituding gak kaget tuh, karena memang crazy …… J

 

Memasuki kota Solo.  Kami minta Mayo duduk di depan untuk menjadi penunjuk jalan.  Karena Mayo orang Solo, sambil mencari jalan, dia ber-acting bagaikan pemandu wisata.  Menceritakan bahwa di Solo itu banyak ‘mesyeum-mesyeum’, ada musyeum Danarhadi, mesyeum keraton….. J  Ternyata Solo banyak yang mesyuem toh.

 

Sampai di hotel Arini sekitar jam 9:00pm.  Galileans akan menginap semalam di Solo.  Hotel berlantai dua ini masih baru, jadi masih cukup bersih.  Karena hanya dua lantai, maka tidak disediakan lift!  Lobby hotel juga digunakan sebagai ruang makan.  Sementara ada 4 kamar tidur yang mengililingi ruang makan, dua dikanan dan dua dikiri.  Sambil menunggu pembagian kunci, Galileans duduk-duduk di ruang makan sambil ‘menahan nafsu’ untuk tidak bicara maupun tertawa keras-keras.  All ladies di kamar atas, dan kamar all men di belakang.

 

Sebelum masuk kamar ada renungan malam oleh ibu guru BP, te’Wati.  Karena tidak ada tempat, renungan diadakan di sebuah pojokan, di belakang hotel.  Malam ini tidak ada ‘pintong’, semua capek.  Tapi kabarnya ada kok yang keluar malam cari makan.  Kalau gak salah Mayo, mas Rio, Isam…. sapa lagi ya… hayo ngaku!

 

..... dibuang sayang bagian 3 .....

GALILEA WENT TO JOGLO

(JOGya – SoLO)

 

 

Jumat – 11 Juni 2010: Yogya hari pertama

 

Sampai dimana ini?  Sepertinya sudah hampir pagi.  Jalanan sudah mulai terang sedikit-sedikit (‘terang tanah’).  Mencoba memperhatikan papan-papan dipinggir jalan untuk mencari nama daerah, tapi tidak terbaca saking remeng-remengnya cahaya lampu.  Yang pasti arah Yogya to J.  Ketika sudah agak terang barulah terbaca ‘Tojong atau Tanjung’ (tetep gak bisa baca).  Disebuah simpang tiga, pak sopir membelokkan mobil ke kiri, dan kira-kira 15 menit kemudian terlihat pompa bensin.  Horeeee…… kita berhenti.   Ternyata sampai di daerah Bumiayu, tiba disana sekitar jam 6:00.  “Ayo, ayo turun.  Yang kencing, yang kencing.”

 

 

 

Pompa bensin bepelataran luas ini cukup bersih.  Di belakangnya ada bangunan yang terdiri dari: paling kanan tempat istirahat sopir; ditengah ‘toilet vip’ dan musola; paling kiri toko kecil jualan snack etc, tapi juga menyediakan teh panas, kopi, jahe.  Galileans yang sudah kebelet langsung ke toilet, sebagian cari minuman hangat.  Toiletnya bersih lho.  Selain toilet juga tersedia kamarmandi.  Buang air kecil Rp1,000, air besar dan mandi berapa ya?  Galileans yang gak punya uang ribuan atau lupa bawa uang untuk bayar toilet, gak usah khawatir, banyak yang ‘nraktir’ toilet kok ….. J

 

Namanya juga Galileans.  Setiap kali berhenti, dan setiap kali lihat orang pegang camera, pada sakauw semua, sakauw photo.  Langsung pasang badan untuk photo session.  Walaupun badan lelah, masih ngantuk, belum gosok gigi, masih bau bantal, tapi semangat photo tetap menggebu-gebu.  Belum mandi pun Galileans tetep okey-okey lho!

 

Photo session di Bumiayu

 

Terlihat PK kumpul dan mengadakan rapat kecil.  Kira-kira 20 menit kemudian, PK memberi pengumunan:

 

“Karena tidak mungkin sampai di Yogya jam 9:00, maka bagi yang perlu mandi, silakan mandi di sini, atau hanya mau cuci muka, gosok gigi dan ganti baju, silakan.  Perjalanan ke Yogya, menurut pak sopir, kira-kira masih 4 jam lagi.  Ada sedikit perubahan acara, sesampainya di Yogya, kita hanya akan mampir hotel, belum check-in, untuk ambil mbak Tri, mbak Nur, makan siang dan snack, kemudian langsung ke Prambanan.”

 

Okay, okay.  Rame-rame minta pak Soleh, kernet, buka bagasi.  Semua ambil keperluan masing-masing, sikat gigi, handuk, make-up etc….. rame, seperti rombongan TKI pulang kampung.  Yang paling panjang antriannya adalah tempat gosok gigi dan cuci muka, secara wastafel-nya hanya ada 3.  Yang sempat mandi siapa saja ya?  Ochie, Nanto … siapa lagi yang mandi?  Sudah bayar belum?  Ada yang ganti baju di kamar mandi, ada yang ganti baju di dalam bis (dikamarnya pak sopir J)  Menyambut hari baru para Galileans segar semua, wangi semua, dan melanjutkan perjalanan ke Yogya dengan suka-cita.

 

buka bagasi bis, ambil koper masing-masing

 

mbak Syan mau mandi?

 

Irma bersolek, biar segar

 

Meninggalkan Bumiayu sekitar jam 07:30, kearah Selatan lewat Ajibarang, Wangon, Rawalo, Sumpyuh, Gombong, Karanganyar, Kebumen.  Sampai Wates (kalau gak salah lho ya) pak Priyo, sopir berkumis, memilih jalan alternative, kearah selatan – jalan Daendeles.  Katanya jalannya kecil, tapi gak rame dan lebih singkat, yang tembus-tembus sudah sampai Bantul.  Ya nurut saja, wong gak ngerti jalan J

 

Dalam perjalanan Bumiayu-Yogya, sekitar jam 8:00-an, PK meng-contact mbak Tri untuk memberitahu bahwa, jam kedatangan Galileans tidak sesuai dengan schedule.  Mbak Tri sudah di Yogya, sedang akan menjemput mbak Nur plus snack.  PK meminta mereka menunggu Galileans di hotel saja.  Kalau sudah dekat hotel, PK akan menelpon mereka, agar mereka menunggu di pinggir jalan bersama snack dan makan siang, karena Galileans akan langsung ke Prambanan.  Oh ya, arisan kocokan pertama di tarik.  Yang dapet sapa ya?  Mbak Nani dan Isam ya?

 

Masuk Bantul sekitar jam 11:00-an dan sampai di tempat mbak Tri dan mbak Nur menunggu sekitar jam 12:00-an.  Mas Rio, mas Irvi dan mas Miko turun untuk membantu ngangkat box makan siang dan snack, sementara bis cari ‘U-turn’ di ringroad.  Makanan naik, mbak Tri dan mbak Nur naik….. bis rame lagi, rame kangen-kangenan sama mbak Tri dan rame kenal-kenalan sama mbak Nur.  Box makan siang dibagikan, Galileans makan di bis dalam perjalanan ke Prambanan.  Galileans makan = bis sepi.

 

Wisata Prambanan ini di-PIC-in oleh mas Pram dan Linda.  Tapi, karena dua-duanya sibuk makan, sampai lupa tugas mereka, whahahaha…..  (betul begitu kah?)  Sampai di Prambanan sekitar jam 12:30.  Pengumuman oleh PIC: “Galileans, disini waktunya satu jam saja.  Jadi sudah harus berada di bis jam 13:30”.  Turun dari bis ….. puang!!!…. huah…. ditampar hawa panas sekaleeeee……  Di Prambanan ini mataharinya ada 3 lho, puanasnya minta ampyun.  Persewaan payung laku.  Yang mencolok adalah payung warna merah dan shocking pink, berpinggir kuning-coklat, motif ukir-ukir, bertuliskan IRMA……  Sepertinya IRMA sudah membuka agen sewa-menyewa payung terbesar di Prambanan J  Galileans tidak ada yang sewa, karena sudah ‘sedia payung sebelum kepanasan dan kehujanan’.

 

 

Sambil menunggu ibu Dewi ATM membeli ticket, Galileans yang tak ‘tahan’ langsung cari toilet, dan yang tak ‘tahan’ juga mulai ‘merambah’ tenda-tenda souvenir di dekat bis.  Apa yang dibeli?  Ooooo topi to, biar gak kepanasan ya.  Okay-lah…. mari bergerak, menunggu pembagian ticket ditempat teduh. Ticket dibagikan dan Galileans masuk ke pelataran Candi Prambanan.  Ticket yang dibagikan seperti ticket Trans-Jakarta, setebal kartu kredit.  Agar ‘pintu’ terbuka, ticket harus di ‘scan’.  Mesin pintu-nya ada yang rusak, macet….  Pasti gak di service dan dipelihara.

 

Ternyata tidak semua ikut masuk atau jalan ke candi.  Ada tiga orang yang jalan kearah ‘cho-cho train’ sambil cari buah saga, ada 3 orang yang takut panas, pilih duduk-duduk di gazebo.  Sebagian besar naik ke candi dan maniac photo habis-habisan.  Ada beberapa Galileans yang ternyata belum pernah sama sekali ke Prambanan lho!  Good lah, jadi sekarang bisa liat deh.

 

Masih jam 13:25 ketika terdengar melalui ‘hallo-hallo’: “Pengumuman.  PS Galilea dari Jakarta dimohon segera kembali ke bis, karena perjalanan akan dilanjutkan”.  Halah…..  bikin malu aza…..  Dibacainnya dua kali lagiiiiiiiiii…………. :p  Semua balik ke bis dan berangkat menuju Kota Gede.  Mbak Nur minta diturunkan di daerah nJanti.  (Pasti mbak Nur sudah bosen wisata Jogya ya?)

 

Photomaniac Team

 

'ngeyup' Team

 

Dari Prambanan menuju Kotagede.  PIC wisata perak adalah Franky dan mb’Syan (wong belum curhat kok sudah dipasangin sih?).  Secara mas Franky penduduk Jogya, jadi lancar sekali menerangkannya, sementara mb’Syan hanya menyetujui dengan senyuman saja.  Sampai di Kota Gede sekitar jam 13:30 lebih-lebih dikit lah….  Langsung parkir di depan workshop perak-nya pak Harto Suhardjo.  Di pintu workshop Galileans disambut oleh guide, dibawa ke depan sebuah papan display, dan guide menerangkan proses pembuatan perak, dari mulai biji, sampai menjadi benang-benang perak, sampai menjadi kalung, bros, anting, cincin dan segala macam hiasan lain.  Galileans mendengarkan dengan penuh perhatian J  Setelah itu Galileans dibawa ketempat kerjanya.  Hampir semua dikerjakan secara manual, ya membentuk, menyolder, me-lem.  Galileans seneng melihatnya dan ‘appreciate’ karena pembuatannya rumit dan harus teliti.

 

sang PIC didepan pintu masuk pengrajin perak Harto Suhardjo

 

“Semua hasil produksi bisa di lihat di showroom…”, begitu ujar guide.  Berbondong-bondonglah Galileans ke showroom, tapi tak seorang pun membeli… karena …. harganya mahal.  Gak belanja gak masalah lah, tapi malah bikin ‘keributan’ di teras….. wah-wah-wah….. sampai diliatin mbak-mbak dan mas-mas yang jaga L  Mungkin mereka dalam hati berkata: “Penampilan okey semua, tapi duwit gak duwé, malah gawé ribut nang kéné.”

 

gak pada beli perak, malahan main dakon

 

Kunjungan selanjutnya Kasongan.  Pada tau gak kasongan itu tempat apa?  Biar Galileans paham, PIC Betsy dan Nanto memberikan informasi tentang tempat tersebut.  Nanto bicara, Betsy peraga.  Ternyata dari hasil pantomime dan info, Kasongan adalah tempat kerajinan gerabah temans J.  Sampai di Kasongan sekitar jam 15:00-an.  Menurut informasi, daerah Kasongan ini tutup pada jam 16:00, jadi Galileans hanya punya waktu satu jam saja.  Bis berhenti di depan sebuah toko yang cukup besar.  Galileans menyebar, karena banyak toko-toko lain disekitarnya.  Ada yang belanja, ada liat-liat saja, ada yang liat-liat kemudian tertarik dan beli-beli, ada yang duduk sambil jajan bakso dan wedang ronde…..  sambil dihibur pengamen yang ber-ndhang-dhut ria.  Asyiiikkk.  Suasana tambah rame ketika mas Pram dan mas Rio ikut ngamen!!  (Mudah-mudahan Nanto segera meng-edit video film-nya, jadi bisa liat mereka yang bergabung dengan pengamen.)  Galileans, pada ngasih saweran ke pengamennya gak?

 

njajan bakso dan ronde.... suegerrrrrr

 

Berbelanja di Kasongan tidak perlu khawatir nenteng-nenteng barang.  Kalau yang dibeli besar-besar, kaya ‘loro blonyo’ atau guci-guci besar, tinggal kasih alamat ke penjual, bayar barang di tambah ongkos kirim, dijamin barang akan sampai di rumah dengan selamat.

 

..... mas Pram, yang pegang dan beli .....

 

..... yang pegang-pegang, masih mikir beli atau gak .....

 

.... gak pegang dan gak beli.... :D

 

Jam 17:00 semua sudah ada di bis untuk segera menuju hotel.  Di dalam bis rame, saling mengeluarkan barang yang dibeli.  Ternyata yang paling banyak dibeli adalah ‘alat pijet’.  Maklum, sudah pada pegel semua badannya, sudah tulang-tulang tua semua J.  “Mbak Wati nyobain dong alat pijetnya, kalau enak aku juga mau”, kata kak Zella.  “Enak kok Zel.  Cepetan beli mumpung masih disini”, jawab guru BP.  Kak Zella: “Dedy, tolong dong kamu turun beliin alat pijet kayak punya mbak Wati.”  Dedy turun beli, Dedy naik ngasih barangnya ke Zella.  Terus ada yang minta dibeliin lagi, Dedy turun lagi, beli lagi, naik lagi…… Ealah kacian betul Dedy.  (Apakah alat pijetnya pada dipakai semua?)

 

Kunjungan Kasongan selesai.  Bis langsung meluncur ke Hotel Kusuma.  Letak Hotel Kusuma itu disebuah jalanan sempit, pas untuk dua mobil.  Terus sekarang dimasukin bis Blue Star yang besar dan panjang.  Ungkeg sana, ungkeg sini, mundur dikit, maju dikit…. yang di dalam bis stress.  Tapi berkat keahlian pak Priyo, bis dapat parkir dengan manisnya di depan hotel (walaupun sempat nyenggol lampur signage J).  Tas-tas turun, kunci dibagikan, dan masuk kamar masing-masing.

 

Galileans memakai kamar dari no. 12 s/d 24 kalau gak salah.  Kamar-kamar mengelilingi sebuah taman kecil….  Lebih tepat dibilang losmen daripada hotel…….  (Menurut cerita, ternyata Hotel Kusuma itu dulunya rumah kost-kost-an, terus diubah fungsinya menjadi hotel J)  Setiap kamar berisi dua orang.  Tempat tidurnya queen size bed, dengan satu selimut berwarna shocking pink!  Selimut satu untuk berdua?  Pasti rebutan deh.  Disetiap kamar ada TV, AC, air panas dan dingin, shower, ember buesar untuk menampung air, dan closet duduk.  Kacian lho, ada beberapa  kamar yang AC-nya tidak dingin tapi panas, kamar te’Meidy-mbak Christine dan kamar te’Ivy-te’Nani.  Mungkin bukan ‘air conditioning’ yang dipasang tapi ‘angin cepoi-cepoi’.  Untung bisa dibetulkan, walaupun beberapa kali (lebih dari 5 kali) listriknya ‘njegleg’, lampu mati, karena gak kuat.  Celakanya, begitu lampu mati, AC-nya yang sudah dingin menjadi panas lagi….. :D  Sebel gak sih?  Niat bikin hotel mbok ya daya listriknya di tambah to.

 

Jam 18:30 hampir semua sudah mandi.  Makan malam box yang disediakan segera di santap oleh Galileans yang tidak pernah kenyang…..  Ketika sedang makan, datanglah mas Sunu dan mbak Yati, kemudian pak Gogo, isteri dan anak-anaknya.  Sesuai schedule diadakan ibadah malam, yang dimulai sekitar jam 7:00pm, dipimpin oleh ‘Ketua Yayasan’, te’Ivy.  Mudah-mudahan semua masih ingat apa yang di ‘khotbahkan’ te’Ivy.  (Hari Kamis musti di tanya satu-satu.)

 

ada yang serious dengerin renungan .....

 

 

yg ini gak serious, pada photo bersama .... :)

 

Ibadah malam selesai.  Galilean kembali heboh mau ‘pintong’ (pindah tongkrongan) ‘wisata beringin’ – sayang gak semua bisa ikut, karena cuapek.  PIC-nya Irma dan Isam.  Ada 2 mobil yang bisa dipakai, mobil kijang mbak Tri dan satu avanza sewaan.  Yah, mobil kijang ban-nya kempes.  Gak tau keberatan muatan (isi 10 buesar-buesar), atau memang kurang angin.  Untung tidak jauh dari Hotel Kusuma ada angin.  Yang pintong berangkat, yang tidak ikut pintong (te’Ivy, Zella, budhé) masih duduk-duduk sambil ngobrol nemenin mas Sunu, mbak Yati, pak Gogo dan isterinya.  Sementara te’Medy, mb’Christine, Sandra, Inge, Isam dan Mario sudah masuk kamar dan zzzzzzz……… (lho secara Isam adalah PIC, kok gak ikut ya?)  Tamu-tamu pulang, te’Ivy, te’Zella dan budhé masuk kamar, lèyèh- lèyèh.

 

Lagi enak-enaknya tiduran sambil nonton TV tiba-tiba listrik mati.  Budhé keluar kamar dan duduk diteras.  Ternyata te’Ivy juga lagi duduk di teras karena ada tamu.  Lampunya mati agak lama.  Budhé tanya ke petugas: “Mati sedaya nggih pak?” (Mati semua ya pak?)  Petugas: “Nggih bu.  Sajake saking PLN, gentosan.”  (Iya bu, dari PLN gantian.)  Budhé: “Weleh, oglangan to?  Tekan jam pira iki?” (Weleh, giliran to?  Sampai jam berapa?)  Petugas: “Dugi enjang mbok menawi.” (Sampai pagi mungkin.)  Matek lah ….. panas, banyak nyamuk, mati lampu pula……   Tapi kira-kira 30 menit kemudian lampu nyala lagi.

 

Sekitar jam 23:00-an (mungkin lho) yang pada pintong ('pindah tongkrongan' - minjem istilah temen-temen 'sahabat museum') baru pada pulang.  Langsung pada ganti baju, cuci kaki dan tidur …. (ada yang gak cuci kaki kah ….. J langsung nggloso?)

 

Cerita yang pintong:

Tujuan utama wedangan di Raminten, tapi ‘ra isa’ (gak bisa), karena penuh.  Pintong pindah ke alun-alun, tetep wedangan, ditambah sepedaan dan nyoba jalan diantara beringin (namanya juga ‘wisata beringin’).  Sewa sepeda tandem bersadel 3, limabelasrebu (Rp15,000) untuk 4 putaran.  Pilotnya mas  Nanto seputaran, dan mas Rio untuk 3 putara !!!!…… sampai nafasnya ‘menggèh-menggèh’, kehabisan napas dan tenaga - lha wong yang dibelakang berbadan besar semua dan tidak mau ‘nggenjot’.  Bagaimana dengan beringin?  Siapa yang suskses bisa jalan lurus diantara beringin?

 

yang naik sepeda tandem..... 'sopirnya' sampai gempor :D

 

Kisah dibuang sayang

Lokasi: – Hotel Kusuma – Waktu:  – Pagi hari

Ada seorang laki-laki ‘lulusan rsj Pakem cumlaude’, namanya Clay.  Waktu lan-jalan Clay lupa bawa jelly untuk men-jigrak-kan rambutnya.  Masuklah ia ke kamar sebelah, ke kamar Mayo, sambil berkata: “Mayo, bagi jelly-nya dong.”  Mayo tak menjawab, hanya menatap Clay dengan wajah aneh.  Clay heran, ada apa ini?  Dan barulah Clay sadar bahwa, Mayo tidak punya rambut…..