Wednesday, March 28, 2007

3-M

Males


Muales


Muaaaallleesssss


 


Hari ini kenapa tidak seperti kemarin?


Kemarin, berangkat kantor rasanya enak sekali


Santai, pikiran ringan, hati senang


Suasana di kantor yang sedang 'CLEANING DAY'


Bekerja serius, tapi bisa sambil tertawa


Jalan sana-sini


 Tapi hari ini .....


Dari jam 9:00 sudah harus duduk manis di conference room


Untuk ikut 'English Couse' - huh ----


Bosen .... sama guru-nya ..... bosen denger suaranya


Bosen sama caranya ngajar


   Bored 


Ohhhhh..... tapi harus ikut - kan ini program kantor


Ohhhhh - nasib ....





Wednesday, March 7, 2007

..... gak terbayang ....

Gara-gara kecelakaan pesawat Garuda di Yogyakarta, seharian kemarin (Rabu, 7 Maret), konsentrasi kerjaku terganggu.  Ooohhh….. hatiku serasa bersama mereka yang tertimpa musibah, maupun sanak-saudara yang menunggu kabar berita.  Gak terbayang kalau hal itu terjadi pada diriku.  Apalagi salah satu penumpang adalah orang PU yang mas Agni kenal.  Di list penumpang namanya ada, tapi di list korban tidak ada.  Aku jadi membayangkan, bagaimana perasaan isterinya, tidak tau suaminya ada dimana.....


 


Seharian itu, detik.com aku pasang terus.  Sebentar-sebentar tak liat, ada berita apa lagi – pengin tau berapa dan terus berharap agar semuanya bisa terselamatkan.


 


2 minggu lalu aku wira-wiri ke Yogyakarta pakai pesawat GA-200 itu.  Oooohhhh….. gak kebayang, gak kebayang.  Lebih-lebih, waktu tanggal 25 February – kami sekeluarga besar, saudara kandungku plus suami-isteri-nya dan beberapa keponakan, jadi satu ‘tumplek-bleg’ naik GA-200 – yang berangkat dari Jakarta jam 06:00 pagi, agar sampai di rumah almarhumah mbakyu-ku bisa bersama-sama.  Duh, gak kebayang …. L


 


Yah, musibah bisa terjadi dimana saja.  Ketika TUHAN berkehendak, manusia tidak bisa menghindar.  So, kita semua harus tetap siap dan dekat selalu dengan SANG PENCIPTA.


 


Kiranya TUHAN memberikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan bagi yang terkena musibah dan memberi kekuatan bagi keluarga yang ditinggalka.

Thursday, March 1, 2007

Kehendak-Mu Jadilah

Kehendak-MU jadilah


 


Mb’End,


Mas dan adik-adik-mu kaget


Ketika dengar bahwa kamu masuk rumah sakit tanggal 7 Februari 07 lalu


Bukan karena penyakit asma yang menjadi ‘milikmu’


Tapi karena kerasnya obat osteo-artristis(?)


Yang akhirnya mengganggu ‘maag’-mu


Yang membuat kamu sulit untuk makan maupun minum


Yang membuat kamu dehidrasi sehingga mengganggu syarafmu


 


Lebih mengejutkan lagi ketika mbak Djoe cerita


Ketika dia menjengukmu


Mb’End sama sekali tidak mengenali mbak Djoe


Juga tidak mengenali Dhidhut, Devi, maupun Rully, anak-anak-mu sendiri


Bahkan namamu sendiri, kamu tidak ingat lagi!


Ini membuat mas Kardjo, suamimu sangat sedih dan terpukul


 


Seminggu kemudian kamu harus masuk ICU


Kabarnya, karena kamu kekurangan oksigen - jadi perlu ruang isolasi


Menjauhkanmu dari orang-orang yang menjengukmu


Yang begitu banyak, mereka yang menyayangimu


Sehingga dokter Laksmi bilang:


‘keluarga ini memang susah diatur’


 


Hari Sabtu, 16 Februari 07


Butetet dan aku terbang pagi ke Yogya


Dan kami langsung ke RS Bethesda dimana kamu dirawat


Kamu masih di ruang ICU


Kami bisa masuk ruangan setelah mendapatkan ijin khusus


 


Ooo Mb’End, banyak sekali selang ditubuhmu


Ada 2 selang infuse, selang sonde, kateter dan suntik


Ada alat ukur temperature dan tekanan


Oh - syaraf mata kanan-mu sudah terganggu


Tapi kamu masih bisa melihat dengan yang kiri


Butetet memanggil namamu:


‘Mb’End, iki Tatik karo Ninik tilik’


Kamu bereaksi – menggumankan sesuatu, tapi tak jelas


Dan kamu berusaha bangun


Tapi tak mungkin, karena kedua tangan & kakimu diikat


Agar Mb’End tidak melepas selang-selang


Yang bergelantungan disekelilingmu


 


Mb’End,


Sedih melihat keadaanmu seperti itu, tapi kami masih berharap


Kamu akan menjadi lebih baik, bisa sadar kembali


Bisa pulang kerumah dan berkomunikasi dengan semua


Walaupun kamu nantinya harus selalu berkursi roda


 


Minggu siang, 18 Februari – kabar gembira


Kamu bisa dipindah ke ruang rawat biasa, Puji TUHAN


Artinya: kami bisa berdekatan dan berinteraksi denganmu


Jam 20:15 – kamu masuk kamar 309


Butetet dan aku mencoba berbicara denganmu


Dan bisa membuatmu tertawa


Tapi hatiku sedih, melihat mas Kardjo, suamimu


Dia berdiri dipojok, aku lihat dia menangisimu, Mb’End


 


Kami tak bisa lama menunggui-mu, Mb’End


Kami harus kembali ke hotel


Besok pagi-pagi kami akan kembali ke Jakarta


 


Esok hari, Senin, 19 Februari – sebelum meninggalkan hotel


Aku menelpon, dik Ning, adik iparmu


Katanya, semalam kamu tidurnya gelisah


Menjelang pagi hari baru kamu bisa tidur


 


Sore hari di Jakarta, aku mendapat SMS dari dik Ning


‘Mbak Endang harus masuk ICU lagi, nafasnya berat’


Ya ampun …. ke ICU lagi


Menjelang malam aku menelpon mas Kardjo, suamimu


Ini jawabannya:


‘Karena nafasnya berat, dokter minta ijin memasang ventilator


Anak-anak tadi sudah tak telpon minta persetujuan


Mereka sudah setuju semua.


Paru-parunya lemah sekali, dan alat adanya hanya di ICU’


Keputusan yang paling tepat untukmu, Mb’End


Kami berharap sedikit demi sedikit


Paru-parumu dapat kembali bekerja sendiri


Tanpa bantuan alat ini


 


Hari Jumat pagi, 23 Februari – Rully, anakmu, mengabarkan


‘Ketergantungan Mama pada ventilator tinggal 10% saja.


Doakan cepet membaik ya Ten’


Tentu saja Rul, kami semua selalu berdoa untuk-mu mbak Endang


Kabar gembira ini, aku sebarkan ke mas-mas dan mbak-mbak


Semuanya mengucap syukur atas hal ini


 


Sabtu, 24 Feb 07 – handphone aku nyalakan sekitar jam 7:00


*cring* - ada sms dari Restu, menantumu:


‘Dari Dhidhut: - Pagi ini jam 6:45, dokter Hendra panggil saya.


Tekanan darah mama turun drastis, sehingga kesadarannya hilang.


Contact yang kemarin mama bisa, sekarang hilang juga.


Mohon doanya’


Aku segera mem-forward SMS ke mas-mas dan mbak-mbak


 


*Dheg* … tekanan darah turun – kesadaran hilang


TUHAN, apa yang akan terjadi dengan mbakyuku


Apakah ini waktu-MU?


 


Jam 8:30 - Mas Agni dan aku berangkat ke gereja untuk suatu acara


Belum sampai di gereja


Handphone-ku berdering – Butetet menelpon


‘Nik, mbak Endang wis ora ana mau jam 9:15’


Aku lemas – aku bengong – dan aku nangis


Aku kehilangan mbakyuku yang cerewet tapi penuh perhatian


Aku kehilangan saudara kandungku


 


TUHAN, ternyata harapan dan kehendak kami


Tidak sama dengan kehendak-MU


Kami lupa untuk berserah


Kami hanya menginginkan kemauan kami sendiri


Kami lupa untuk mengingat dan mengatakan:


‘Kehendak-MU saja jadilah’


 


©©©©©


 


Minggu pagi, 25 Feb 07


Mb’End, diruang tengah rumahmu, mereka membaringkanmu


Dalam tidur panjang-mu


Tak ada lagi rasa sakit yang kau rasakan


Tak ada lagi kesesakan


Wajahmu damai, damai dan tersenyum


Mb’End, engkau telah bertemu dengan TUHAN


Bertemu dengan Bapak dan Ibu


Tugasmu di dunia:


mendampingi suami dan anak-anak-mu usai sudah


Kini engkau damai disamping Bapa Surgawi


 


Selamat jalan mbak


Saudaramu yang masih tersisa ini


Akan terus berkarya bersama-NYA


Sampai saat kami masing-masing pun tiba


 


Selamat jalan mbak


Kami kehilangan – tapi ini adalah yang terbaik


Yang TUHAN telah pilihkan bagi-mu


Bagi keluargamu, bagi kami saudara-saudaramu


 


Dalam guyuran hujan deras kami beriringan


Mengantarkan jasadmu ke tempat pembaringanmu terakhir


Jauh disana, di Gunungsumpu, Bantul


 


Selamat jalan mbak


Kami mengasihi dan mencintaimu


Dan kamu akan tetap ada di hati kami


Dengan segala kenangan yang pernah kita rajut bersama


Sewaktu aku kecil, sampai aku menjadi tua


 


SELAMAT JALAN MBAKYUKU