Tuesday, March 29, 2011

..... dibuang sayang bagian 3 .....

GALILEA WENT TO JOGLO

(JOGya – SoLO)

 

 

Jumat – 11 Juni 2010: Yogya hari pertama

 

Sampai dimana ini?  Sepertinya sudah hampir pagi.  Jalanan sudah mulai terang sedikit-sedikit (‘terang tanah’).  Mencoba memperhatikan papan-papan dipinggir jalan untuk mencari nama daerah, tapi tidak terbaca saking remeng-remengnya cahaya lampu.  Yang pasti arah Yogya to J.  Ketika sudah agak terang barulah terbaca ‘Tojong atau Tanjung’ (tetep gak bisa baca).  Disebuah simpang tiga, pak sopir membelokkan mobil ke kiri, dan kira-kira 15 menit kemudian terlihat pompa bensin.  Horeeee…… kita berhenti.   Ternyata sampai di daerah Bumiayu, tiba disana sekitar jam 6:00.  “Ayo, ayo turun.  Yang kencing, yang kencing.”

 

 

 

Pompa bensin bepelataran luas ini cukup bersih.  Di belakangnya ada bangunan yang terdiri dari: paling kanan tempat istirahat sopir; ditengah ‘toilet vip’ dan musola; paling kiri toko kecil jualan snack etc, tapi juga menyediakan teh panas, kopi, jahe.  Galileans yang sudah kebelet langsung ke toilet, sebagian cari minuman hangat.  Toiletnya bersih lho.  Selain toilet juga tersedia kamarmandi.  Buang air kecil Rp1,000, air besar dan mandi berapa ya?  Galileans yang gak punya uang ribuan atau lupa bawa uang untuk bayar toilet, gak usah khawatir, banyak yang ‘nraktir’ toilet kok ….. J

 

Namanya juga Galileans.  Setiap kali berhenti, dan setiap kali lihat orang pegang camera, pada sakauw semua, sakauw photo.  Langsung pasang badan untuk photo session.  Walaupun badan lelah, masih ngantuk, belum gosok gigi, masih bau bantal, tapi semangat photo tetap menggebu-gebu.  Belum mandi pun Galileans tetep okey-okey lho!

 

Photo session di Bumiayu

 

Terlihat PK kumpul dan mengadakan rapat kecil.  Kira-kira 20 menit kemudian, PK memberi pengumunan:

 

“Karena tidak mungkin sampai di Yogya jam 9:00, maka bagi yang perlu mandi, silakan mandi di sini, atau hanya mau cuci muka, gosok gigi dan ganti baju, silakan.  Perjalanan ke Yogya, menurut pak sopir, kira-kira masih 4 jam lagi.  Ada sedikit perubahan acara, sesampainya di Yogya, kita hanya akan mampir hotel, belum check-in, untuk ambil mbak Tri, mbak Nur, makan siang dan snack, kemudian langsung ke Prambanan.”

 

Okay, okay.  Rame-rame minta pak Soleh, kernet, buka bagasi.  Semua ambil keperluan masing-masing, sikat gigi, handuk, make-up etc….. rame, seperti rombongan TKI pulang kampung.  Yang paling panjang antriannya adalah tempat gosok gigi dan cuci muka, secara wastafel-nya hanya ada 3.  Yang sempat mandi siapa saja ya?  Ochie, Nanto … siapa lagi yang mandi?  Sudah bayar belum?  Ada yang ganti baju di kamar mandi, ada yang ganti baju di dalam bis (dikamarnya pak sopir J)  Menyambut hari baru para Galileans segar semua, wangi semua, dan melanjutkan perjalanan ke Yogya dengan suka-cita.

 

buka bagasi bis, ambil koper masing-masing

 

mbak Syan mau mandi?

 

Irma bersolek, biar segar

 

Meninggalkan Bumiayu sekitar jam 07:30, kearah Selatan lewat Ajibarang, Wangon, Rawalo, Sumpyuh, Gombong, Karanganyar, Kebumen.  Sampai Wates (kalau gak salah lho ya) pak Priyo, sopir berkumis, memilih jalan alternative, kearah selatan – jalan Daendeles.  Katanya jalannya kecil, tapi gak rame dan lebih singkat, yang tembus-tembus sudah sampai Bantul.  Ya nurut saja, wong gak ngerti jalan J

 

Dalam perjalanan Bumiayu-Yogya, sekitar jam 8:00-an, PK meng-contact mbak Tri untuk memberitahu bahwa, jam kedatangan Galileans tidak sesuai dengan schedule.  Mbak Tri sudah di Yogya, sedang akan menjemput mbak Nur plus snack.  PK meminta mereka menunggu Galileans di hotel saja.  Kalau sudah dekat hotel, PK akan menelpon mereka, agar mereka menunggu di pinggir jalan bersama snack dan makan siang, karena Galileans akan langsung ke Prambanan.  Oh ya, arisan kocokan pertama di tarik.  Yang dapet sapa ya?  Mbak Nani dan Isam ya?

 

Masuk Bantul sekitar jam 11:00-an dan sampai di tempat mbak Tri dan mbak Nur menunggu sekitar jam 12:00-an.  Mas Rio, mas Irvi dan mas Miko turun untuk membantu ngangkat box makan siang dan snack, sementara bis cari ‘U-turn’ di ringroad.  Makanan naik, mbak Tri dan mbak Nur naik….. bis rame lagi, rame kangen-kangenan sama mbak Tri dan rame kenal-kenalan sama mbak Nur.  Box makan siang dibagikan, Galileans makan di bis dalam perjalanan ke Prambanan.  Galileans makan = bis sepi.

 

Wisata Prambanan ini di-PIC-in oleh mas Pram dan Linda.  Tapi, karena dua-duanya sibuk makan, sampai lupa tugas mereka, whahahaha…..  (betul begitu kah?)  Sampai di Prambanan sekitar jam 12:30.  Pengumuman oleh PIC: “Galileans, disini waktunya satu jam saja.  Jadi sudah harus berada di bis jam 13:30”.  Turun dari bis ….. puang!!!…. huah…. ditampar hawa panas sekaleeeee……  Di Prambanan ini mataharinya ada 3 lho, puanasnya minta ampyun.  Persewaan payung laku.  Yang mencolok adalah payung warna merah dan shocking pink, berpinggir kuning-coklat, motif ukir-ukir, bertuliskan IRMA……  Sepertinya IRMA sudah membuka agen sewa-menyewa payung terbesar di Prambanan J  Galileans tidak ada yang sewa, karena sudah ‘sedia payung sebelum kepanasan dan kehujanan’.

 

 

Sambil menunggu ibu Dewi ATM membeli ticket, Galileans yang tak ‘tahan’ langsung cari toilet, dan yang tak ‘tahan’ juga mulai ‘merambah’ tenda-tenda souvenir di dekat bis.  Apa yang dibeli?  Ooooo topi to, biar gak kepanasan ya.  Okay-lah…. mari bergerak, menunggu pembagian ticket ditempat teduh. Ticket dibagikan dan Galileans masuk ke pelataran Candi Prambanan.  Ticket yang dibagikan seperti ticket Trans-Jakarta, setebal kartu kredit.  Agar ‘pintu’ terbuka, ticket harus di ‘scan’.  Mesin pintu-nya ada yang rusak, macet….  Pasti gak di service dan dipelihara.

 

Ternyata tidak semua ikut masuk atau jalan ke candi.  Ada tiga orang yang jalan kearah ‘cho-cho train’ sambil cari buah saga, ada 3 orang yang takut panas, pilih duduk-duduk di gazebo.  Sebagian besar naik ke candi dan maniac photo habis-habisan.  Ada beberapa Galileans yang ternyata belum pernah sama sekali ke Prambanan lho!  Good lah, jadi sekarang bisa liat deh.

 

Masih jam 13:25 ketika terdengar melalui ‘hallo-hallo’: “Pengumuman.  PS Galilea dari Jakarta dimohon segera kembali ke bis, karena perjalanan akan dilanjutkan”.  Halah…..  bikin malu aza…..  Dibacainnya dua kali lagiiiiiiiiii…………. :p  Semua balik ke bis dan berangkat menuju Kota Gede.  Mbak Nur minta diturunkan di daerah nJanti.  (Pasti mbak Nur sudah bosen wisata Jogya ya?)

 

Photomaniac Team

 

'ngeyup' Team

 

Dari Prambanan menuju Kotagede.  PIC wisata perak adalah Franky dan mb’Syan (wong belum curhat kok sudah dipasangin sih?).  Secara mas Franky penduduk Jogya, jadi lancar sekali menerangkannya, sementara mb’Syan hanya menyetujui dengan senyuman saja.  Sampai di Kota Gede sekitar jam 13:30 lebih-lebih dikit lah….  Langsung parkir di depan workshop perak-nya pak Harto Suhardjo.  Di pintu workshop Galileans disambut oleh guide, dibawa ke depan sebuah papan display, dan guide menerangkan proses pembuatan perak, dari mulai biji, sampai menjadi benang-benang perak, sampai menjadi kalung, bros, anting, cincin dan segala macam hiasan lain.  Galileans mendengarkan dengan penuh perhatian J  Setelah itu Galileans dibawa ketempat kerjanya.  Hampir semua dikerjakan secara manual, ya membentuk, menyolder, me-lem.  Galileans seneng melihatnya dan ‘appreciate’ karena pembuatannya rumit dan harus teliti.

 

sang PIC didepan pintu masuk pengrajin perak Harto Suhardjo

 

“Semua hasil produksi bisa di lihat di showroom…”, begitu ujar guide.  Berbondong-bondonglah Galileans ke showroom, tapi tak seorang pun membeli… karena …. harganya mahal.  Gak belanja gak masalah lah, tapi malah bikin ‘keributan’ di teras….. wah-wah-wah….. sampai diliatin mbak-mbak dan mas-mas yang jaga L  Mungkin mereka dalam hati berkata: “Penampilan okey semua, tapi duwit gak duwé, malah gawé ribut nang kéné.”

 

gak pada beli perak, malahan main dakon

 

Kunjungan selanjutnya Kasongan.  Pada tau gak kasongan itu tempat apa?  Biar Galileans paham, PIC Betsy dan Nanto memberikan informasi tentang tempat tersebut.  Nanto bicara, Betsy peraga.  Ternyata dari hasil pantomime dan info, Kasongan adalah tempat kerajinan gerabah temans J.  Sampai di Kasongan sekitar jam 15:00-an.  Menurut informasi, daerah Kasongan ini tutup pada jam 16:00, jadi Galileans hanya punya waktu satu jam saja.  Bis berhenti di depan sebuah toko yang cukup besar.  Galileans menyebar, karena banyak toko-toko lain disekitarnya.  Ada yang belanja, ada liat-liat saja, ada yang liat-liat kemudian tertarik dan beli-beli, ada yang duduk sambil jajan bakso dan wedang ronde…..  sambil dihibur pengamen yang ber-ndhang-dhut ria.  Asyiiikkk.  Suasana tambah rame ketika mas Pram dan mas Rio ikut ngamen!!  (Mudah-mudahan Nanto segera meng-edit video film-nya, jadi bisa liat mereka yang bergabung dengan pengamen.)  Galileans, pada ngasih saweran ke pengamennya gak?

 

njajan bakso dan ronde.... suegerrrrrr

 

Berbelanja di Kasongan tidak perlu khawatir nenteng-nenteng barang.  Kalau yang dibeli besar-besar, kaya ‘loro blonyo’ atau guci-guci besar, tinggal kasih alamat ke penjual, bayar barang di tambah ongkos kirim, dijamin barang akan sampai di rumah dengan selamat.

 

..... mas Pram, yang pegang dan beli .....

 

..... yang pegang-pegang, masih mikir beli atau gak .....

 

.... gak pegang dan gak beli.... :D

 

Jam 17:00 semua sudah ada di bis untuk segera menuju hotel.  Di dalam bis rame, saling mengeluarkan barang yang dibeli.  Ternyata yang paling banyak dibeli adalah ‘alat pijet’.  Maklum, sudah pada pegel semua badannya, sudah tulang-tulang tua semua J.  “Mbak Wati nyobain dong alat pijetnya, kalau enak aku juga mau”, kata kak Zella.  “Enak kok Zel.  Cepetan beli mumpung masih disini”, jawab guru BP.  Kak Zella: “Dedy, tolong dong kamu turun beliin alat pijet kayak punya mbak Wati.”  Dedy turun beli, Dedy naik ngasih barangnya ke Zella.  Terus ada yang minta dibeliin lagi, Dedy turun lagi, beli lagi, naik lagi…… Ealah kacian betul Dedy.  (Apakah alat pijetnya pada dipakai semua?)

 

Kunjungan Kasongan selesai.  Bis langsung meluncur ke Hotel Kusuma.  Letak Hotel Kusuma itu disebuah jalanan sempit, pas untuk dua mobil.  Terus sekarang dimasukin bis Blue Star yang besar dan panjang.  Ungkeg sana, ungkeg sini, mundur dikit, maju dikit…. yang di dalam bis stress.  Tapi berkat keahlian pak Priyo, bis dapat parkir dengan manisnya di depan hotel (walaupun sempat nyenggol lampur signage J).  Tas-tas turun, kunci dibagikan, dan masuk kamar masing-masing.

 

Galileans memakai kamar dari no. 12 s/d 24 kalau gak salah.  Kamar-kamar mengelilingi sebuah taman kecil….  Lebih tepat dibilang losmen daripada hotel…….  (Menurut cerita, ternyata Hotel Kusuma itu dulunya rumah kost-kost-an, terus diubah fungsinya menjadi hotel J)  Setiap kamar berisi dua orang.  Tempat tidurnya queen size bed, dengan satu selimut berwarna shocking pink!  Selimut satu untuk berdua?  Pasti rebutan deh.  Disetiap kamar ada TV, AC, air panas dan dingin, shower, ember buesar untuk menampung air, dan closet duduk.  Kacian lho, ada beberapa  kamar yang AC-nya tidak dingin tapi panas, kamar te’Meidy-mbak Christine dan kamar te’Ivy-te’Nani.  Mungkin bukan ‘air conditioning’ yang dipasang tapi ‘angin cepoi-cepoi’.  Untung bisa dibetulkan, walaupun beberapa kali (lebih dari 5 kali) listriknya ‘njegleg’, lampu mati, karena gak kuat.  Celakanya, begitu lampu mati, AC-nya yang sudah dingin menjadi panas lagi….. :D  Sebel gak sih?  Niat bikin hotel mbok ya daya listriknya di tambah to.

 

Jam 18:30 hampir semua sudah mandi.  Makan malam box yang disediakan segera di santap oleh Galileans yang tidak pernah kenyang…..  Ketika sedang makan, datanglah mas Sunu dan mbak Yati, kemudian pak Gogo, isteri dan anak-anaknya.  Sesuai schedule diadakan ibadah malam, yang dimulai sekitar jam 7:00pm, dipimpin oleh ‘Ketua Yayasan’, te’Ivy.  Mudah-mudahan semua masih ingat apa yang di ‘khotbahkan’ te’Ivy.  (Hari Kamis musti di tanya satu-satu.)

 

ada yang serious dengerin renungan .....

 

 

yg ini gak serious, pada photo bersama .... :)

 

Ibadah malam selesai.  Galilean kembali heboh mau ‘pintong’ (pindah tongkrongan) ‘wisata beringin’ – sayang gak semua bisa ikut, karena cuapek.  PIC-nya Irma dan Isam.  Ada 2 mobil yang bisa dipakai, mobil kijang mbak Tri dan satu avanza sewaan.  Yah, mobil kijang ban-nya kempes.  Gak tau keberatan muatan (isi 10 buesar-buesar), atau memang kurang angin.  Untung tidak jauh dari Hotel Kusuma ada angin.  Yang pintong berangkat, yang tidak ikut pintong (te’Ivy, Zella, budhé) masih duduk-duduk sambil ngobrol nemenin mas Sunu, mbak Yati, pak Gogo dan isterinya.  Sementara te’Medy, mb’Christine, Sandra, Inge, Isam dan Mario sudah masuk kamar dan zzzzzzz……… (lho secara Isam adalah PIC, kok gak ikut ya?)  Tamu-tamu pulang, te’Ivy, te’Zella dan budhé masuk kamar, lèyèh- lèyèh.

 

Lagi enak-enaknya tiduran sambil nonton TV tiba-tiba listrik mati.  Budhé keluar kamar dan duduk diteras.  Ternyata te’Ivy juga lagi duduk di teras karena ada tamu.  Lampunya mati agak lama.  Budhé tanya ke petugas: “Mati sedaya nggih pak?” (Mati semua ya pak?)  Petugas: “Nggih bu.  Sajake saking PLN, gentosan.”  (Iya bu, dari PLN gantian.)  Budhé: “Weleh, oglangan to?  Tekan jam pira iki?” (Weleh, giliran to?  Sampai jam berapa?)  Petugas: “Dugi enjang mbok menawi.” (Sampai pagi mungkin.)  Matek lah ….. panas, banyak nyamuk, mati lampu pula……   Tapi kira-kira 30 menit kemudian lampu nyala lagi.

 

Sekitar jam 23:00-an (mungkin lho) yang pada pintong ('pindah tongkrongan' - minjem istilah temen-temen 'sahabat museum') baru pada pulang.  Langsung pada ganti baju, cuci kaki dan tidur …. (ada yang gak cuci kaki kah ….. J langsung nggloso?)

 

Cerita yang pintong:

Tujuan utama wedangan di Raminten, tapi ‘ra isa’ (gak bisa), karena penuh.  Pintong pindah ke alun-alun, tetep wedangan, ditambah sepedaan dan nyoba jalan diantara beringin (namanya juga ‘wisata beringin’).  Sewa sepeda tandem bersadel 3, limabelasrebu (Rp15,000) untuk 4 putaran.  Pilotnya mas  Nanto seputaran, dan mas Rio untuk 3 putara !!!!…… sampai nafasnya ‘menggèh-menggèh’, kehabisan napas dan tenaga - lha wong yang dibelakang berbadan besar semua dan tidak mau ‘nggenjot’.  Bagaimana dengan beringin?  Siapa yang suskses bisa jalan lurus diantara beringin?

 

yang naik sepeda tandem..... 'sopirnya' sampai gempor :D

 

Kisah dibuang sayang

Lokasi: – Hotel Kusuma – Waktu:  – Pagi hari

Ada seorang laki-laki ‘lulusan rsj Pakem cumlaude’, namanya Clay.  Waktu lan-jalan Clay lupa bawa jelly untuk men-jigrak-kan rambutnya.  Masuklah ia ke kamar sebelah, ke kamar Mayo, sambil berkata: “Mayo, bagi jelly-nya dong.”  Mayo tak menjawab, hanya menatap Clay dengan wajah aneh.  Clay heran, ada apa ini?  Dan barulah Clay sadar bahwa, Mayo tidak punya rambut…..

 

No comments:

Post a Comment