Monday, March 2, 2009

taiwan 4

Citibank Travel Series

Magnificent Taiwan – 6D/5N

Dec 3 – 8, 2008

 

Trip day III – Dec 6, 2008 – Kaoshiung - Taichung

 

Hari ini kami akan berangkat lebih pagi dari biasanya.  Sarapan diajukan menjadi jam 06:30 dan check out jam 07:30.  Kelihatannya semua peserta sudah mulai paham dengan waktu.  Tepat jam 07:30 kami berangkat melanjutkan trip hari ke-3, dengan tujuan utama Sun Moon Lake.

 

Dalam perjalanan menuju Sun Moon Lake, kami diajak mampir ke Jin Lon Diamond, African Diamond gosokan Taiwan.  Harapan guide sih, kami ada yang beli.  Ternyata tidak ada karena mahal.  Yang nyebelin dan membuat kami risih adalah ‘spg’-nya.  Mereka ‘mengejar-kejar’ kami dengan perhiasan yang harganya dibawah 1juta…. agar kami berminat dan beli.

 

Saat mengisi bensin, saya lan-jalan disekitar pompa bensin.  Tak lama kemudian, ibu Linda dan ibu Lieke memanggil saya.  Ternyata mereka sedang ada di sebuah warung yang menjual ubi, semacam ubi madu cilembu (mungkin Taiwan import dari Cilembu?)  Saat itu mereka sedang tidak membuat ubi bakar, tapi ada ubi goreng yang dicelup dalam cairan gula gandum, mirip seperti cairan madu.  Menarik, jadi saya beli satu wadah seharga NT50 untuk dimakan rame-rame. 

 

Sampailah kami di Sun Moon Lake area.  Jalanan mulai menanjak, udara mulai bertambah dingin dan tentu saja pemandangan menjadi bertambah indah.  Karena Taiwan sedang memasuki musim gugur menuju dingin, daun-daun pohon didaerah ini berwarna dua, hijau dan coklat kekuning-kuningan.  Akhirnya, sekitar jam 12-an, sampailah kami di Ching Sheng Hotel, dimana kami akan makan siang.  Tapi kami harus menunggu sekitar 1.5 jam, karena reservasi makan siang kami adalah jam 1:30pm.  Tidak masalah.  Persis didepan hotel Ching Sheng ada kuil Wenwu yang juga merupakan obyek wisata.

 

Turun dari bis rombongan ‘merapat’ kepinggir danau dekat hotel.  Tiba-tiba tercium bau gorengan yang sangat menerbitkan air liur.  Ternyata oh ternyata, ada orang jaulan sosis goreng….  Sayang kalau tidak membeli dan merasakannya.  Jadi, saya membeli 2 tusuk sosis ukuran kecil, satu untuk mas Agni dan satu untuk saya sendiri.  Wuah, sosis panas yang juicy dan renyah, dimakan diudara dingin, disaat perut mulai minta diisi.  Nikmat sekali.  Saya bilang ke pak Hardy: “Nanti kalau mau pulang saya mau beli lagi, untuk dimakan dijalan.”

 

Sambil menunggu makan siang, kami ‘berkunjung’ ke Wenwu Temple.  Wenwu temple terdiri dari 2 temple, temple bawah dan temple atas.  Kurang tahu perbedaannya apa, mungkin dewa penguasanya yang beda.  Yang pasti, di temple atas banyak sekali gantungan-gantungan seperti lampion kecil yang berisi doa atau permohonan.  Kalau ornament-nya sama-sama cantik dan tentu saja bernuansa muerahhhh…..  Di samping temple atas, ada toko souvenir.  Karena masih banyak waktu, kami mampir untuk melihat-lihat dan beli-beli yang enteng-enteng dan murah.

 

Makan siang di Ching Sheng hotel.  Makanannya ya begitu-begitu saja.  Selalu ada ayam, bebek, daging sapi, ikan, sayuran, noodle dan nasi.  Saya tidak terlalu bernafsu makan, karena sudah kenyang makan sosis yang ‘mak-nyus’ dan masih kepengin lagi :D  Habis makan, masih diberi waktu 20 menit untuk belanja-belanja.  Didepan hotel ada banyak kios souvenir.  Tapi sayang, pilihan gak banyak.  Kalau gelang-gelang dari batu sih, gak beda jauh dengan yang di Samarinda atau Balikpapan.  Ya, terpaksa beli beberapa gantungan kunci yang ada boneka Cina-nya.  Katanya dewa uang dan dewa ketawa (kalau gak salah).

 

Kunjungan selanjutnya adalah Peacock Garden.  Sebetulnya garden-nya sendiri cukup besar.  Tapi kami hanya dibawa untuk melihat peternakan merak berbagai warna dan jenis.  Selain merak ada beberapa jenis burung antara lain magpie biru, golden pheasant, colorful pheasant ….  Pokoknya unggas yang langka.  Kami tidak lama disini dan selanjutnya dibawa ke Ita Thao village.  Gak tahu kenapa, kami hanya dibawa ke sebuah toko yang menjual obat-obatan tradisional.  Padahal di agenda disebutkan: “Formosan Aboriginal Cultural Village and Theme Park – yang mempunyai taman bergaya Eropa.” L  Pasti lebih menarik dari pada toko obat.  Nah, di toko obat tersebut, kami dipameri ‘janin’ rusa yang dikeringkan.  Katanya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit asma.  Kalau ada yang berminat, akan ditumbukkan dan dimasukkan kedalam kapsul.  Kelihatannya tak satupun berminat, karena harganya muahal sekaleeeeee….  Satu rusa kecil kalau gak salah, setelah di kurs sekitar lebih dari 5 juta!!!!

 

Kunjungan di Sun Moon Lake berakhir di sini dan kami meneruskan perjalanan ke Taichung.  Sepanjang jalan dari Sun Moon Lake kami berpapasan dengan mobil-mobil yang menuju Sun Moon Lake, orang-orang yang mau ber week-end di sana.  Mirip suasana orang-orang Jakarta yang mau berlibur ke daerah Puncak.  Untung kami melawan arus… kalau tidak, bisa sampai di Taichung malam sekali.  Kembali kami menyusuri jalan-jalan Taiwan yang dibuat diatas pilar-pilar, sehingga lahan dibawahnya tetap bisa digunakan untuk perkebunan ataupun pertanian.

 

Masuk kota Taichung sekitar jam 8:00pm.  Kami langsung menuju tempat makan malam, sebuah restaurant bergaya Brazilia, dibuat seperti masuk ke dalam goa-goa.  Cukup artistik.  Tapi makanannya tidak jauh dari seafood, daging dan ikan…..  Ya dinikmati saja yang bisa dimakan.  Yang gak doyan ya gak usah dimakan.

 

Selesai makan malam kami ‘digiring’ ke nite market, di daerah Fongijia.  Weleh-weleh, umpel-umpelan penuh manusia.  Mau cari tempat untuk bis berhenti sebentar saja sulit.  Dan nite market-nya jauh dari yang saya bayangkan.  Seperti Malioboro saja.  Tapi yang dijual tidak ada yang bisa dibeli.  Kebanyakan baju-baju untuk musim dingin, yang dijual dengan harga murah.  Kalau ada baju-baju kaos, bahannya jelek dan mahal.  Jadi kami berdua hanya keliling sana-sini melihat-lihat.  Ada sebuah antrean panjanggg yang menarik perhatian kami.  Ternyata mereka sedang mengantre makanan dari tahu, yang baunya seperti selokan…  Katanya sih rasanya enak, tapi kalau baunya tidak mendukung, kepengin pun tidak.

 

Capek jalan dan belanja (beberapa orang ada yang belanja), kami dibawa ke hotel DeBao.  Hotelnya kecil, tapi kamarnya besar dan bersih.  Kamar kami dilantai 12.  Begitu buka pintu langsung tempat tidur.  Kamar mandi ada di dalam.  Sayang kamarnya tidak berjendela, hanya jendela bohong-bohongan.  Ternyata hotel DeBao ada diapit bangunan lain dan tidak punya lahan taman L

 

Potret-potret kamar, siapin baju untuk esok hari, mandi dan tidur …..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2 comments: