Thursday, March 1, 2007

Kehendak-Mu Jadilah

Kehendak-MU jadilah


 


Mb’End,


Mas dan adik-adik-mu kaget


Ketika dengar bahwa kamu masuk rumah sakit tanggal 7 Februari 07 lalu


Bukan karena penyakit asma yang menjadi ‘milikmu’


Tapi karena kerasnya obat osteo-artristis(?)


Yang akhirnya mengganggu ‘maag’-mu


Yang membuat kamu sulit untuk makan maupun minum


Yang membuat kamu dehidrasi sehingga mengganggu syarafmu


 


Lebih mengejutkan lagi ketika mbak Djoe cerita


Ketika dia menjengukmu


Mb’End sama sekali tidak mengenali mbak Djoe


Juga tidak mengenali Dhidhut, Devi, maupun Rully, anak-anak-mu sendiri


Bahkan namamu sendiri, kamu tidak ingat lagi!


Ini membuat mas Kardjo, suamimu sangat sedih dan terpukul


 


Seminggu kemudian kamu harus masuk ICU


Kabarnya, karena kamu kekurangan oksigen - jadi perlu ruang isolasi


Menjauhkanmu dari orang-orang yang menjengukmu


Yang begitu banyak, mereka yang menyayangimu


Sehingga dokter Laksmi bilang:


‘keluarga ini memang susah diatur’


 


Hari Sabtu, 16 Februari 07


Butetet dan aku terbang pagi ke Yogya


Dan kami langsung ke RS Bethesda dimana kamu dirawat


Kamu masih di ruang ICU


Kami bisa masuk ruangan setelah mendapatkan ijin khusus


 


Ooo Mb’End, banyak sekali selang ditubuhmu


Ada 2 selang infuse, selang sonde, kateter dan suntik


Ada alat ukur temperature dan tekanan


Oh - syaraf mata kanan-mu sudah terganggu


Tapi kamu masih bisa melihat dengan yang kiri


Butetet memanggil namamu:


‘Mb’End, iki Tatik karo Ninik tilik’


Kamu bereaksi – menggumankan sesuatu, tapi tak jelas


Dan kamu berusaha bangun


Tapi tak mungkin, karena kedua tangan & kakimu diikat


Agar Mb’End tidak melepas selang-selang


Yang bergelantungan disekelilingmu


 


Mb’End,


Sedih melihat keadaanmu seperti itu, tapi kami masih berharap


Kamu akan menjadi lebih baik, bisa sadar kembali


Bisa pulang kerumah dan berkomunikasi dengan semua


Walaupun kamu nantinya harus selalu berkursi roda


 


Minggu siang, 18 Februari – kabar gembira


Kamu bisa dipindah ke ruang rawat biasa, Puji TUHAN


Artinya: kami bisa berdekatan dan berinteraksi denganmu


Jam 20:15 – kamu masuk kamar 309


Butetet dan aku mencoba berbicara denganmu


Dan bisa membuatmu tertawa


Tapi hatiku sedih, melihat mas Kardjo, suamimu


Dia berdiri dipojok, aku lihat dia menangisimu, Mb’End


 


Kami tak bisa lama menunggui-mu, Mb’End


Kami harus kembali ke hotel


Besok pagi-pagi kami akan kembali ke Jakarta


 


Esok hari, Senin, 19 Februari – sebelum meninggalkan hotel


Aku menelpon, dik Ning, adik iparmu


Katanya, semalam kamu tidurnya gelisah


Menjelang pagi hari baru kamu bisa tidur


 


Sore hari di Jakarta, aku mendapat SMS dari dik Ning


‘Mbak Endang harus masuk ICU lagi, nafasnya berat’


Ya ampun …. ke ICU lagi


Menjelang malam aku menelpon mas Kardjo, suamimu


Ini jawabannya:


‘Karena nafasnya berat, dokter minta ijin memasang ventilator


Anak-anak tadi sudah tak telpon minta persetujuan


Mereka sudah setuju semua.


Paru-parunya lemah sekali, dan alat adanya hanya di ICU’


Keputusan yang paling tepat untukmu, Mb’End


Kami berharap sedikit demi sedikit


Paru-parumu dapat kembali bekerja sendiri


Tanpa bantuan alat ini


 


Hari Jumat pagi, 23 Februari – Rully, anakmu, mengabarkan


‘Ketergantungan Mama pada ventilator tinggal 10% saja.


Doakan cepet membaik ya Ten’


Tentu saja Rul, kami semua selalu berdoa untuk-mu mbak Endang


Kabar gembira ini, aku sebarkan ke mas-mas dan mbak-mbak


Semuanya mengucap syukur atas hal ini


 


Sabtu, 24 Feb 07 – handphone aku nyalakan sekitar jam 7:00


*cring* - ada sms dari Restu, menantumu:


‘Dari Dhidhut: - Pagi ini jam 6:45, dokter Hendra panggil saya.


Tekanan darah mama turun drastis, sehingga kesadarannya hilang.


Contact yang kemarin mama bisa, sekarang hilang juga.


Mohon doanya’


Aku segera mem-forward SMS ke mas-mas dan mbak-mbak


 


*Dheg* … tekanan darah turun – kesadaran hilang


TUHAN, apa yang akan terjadi dengan mbakyuku


Apakah ini waktu-MU?


 


Jam 8:30 - Mas Agni dan aku berangkat ke gereja untuk suatu acara


Belum sampai di gereja


Handphone-ku berdering – Butetet menelpon


‘Nik, mbak Endang wis ora ana mau jam 9:15’


Aku lemas – aku bengong – dan aku nangis


Aku kehilangan mbakyuku yang cerewet tapi penuh perhatian


Aku kehilangan saudara kandungku


 


TUHAN, ternyata harapan dan kehendak kami


Tidak sama dengan kehendak-MU


Kami lupa untuk berserah


Kami hanya menginginkan kemauan kami sendiri


Kami lupa untuk mengingat dan mengatakan:


‘Kehendak-MU saja jadilah’


 


©©©©©


 


Minggu pagi, 25 Feb 07


Mb’End, diruang tengah rumahmu, mereka membaringkanmu


Dalam tidur panjang-mu


Tak ada lagi rasa sakit yang kau rasakan


Tak ada lagi kesesakan


Wajahmu damai, damai dan tersenyum


Mb’End, engkau telah bertemu dengan TUHAN


Bertemu dengan Bapak dan Ibu


Tugasmu di dunia:


mendampingi suami dan anak-anak-mu usai sudah


Kini engkau damai disamping Bapa Surgawi


 


Selamat jalan mbak


Saudaramu yang masih tersisa ini


Akan terus berkarya bersama-NYA


Sampai saat kami masing-masing pun tiba


 


Selamat jalan mbak


Kami kehilangan – tapi ini adalah yang terbaik


Yang TUHAN telah pilihkan bagi-mu


Bagi keluargamu, bagi kami saudara-saudaramu


 


Dalam guyuran hujan deras kami beriringan


Mengantarkan jasadmu ke tempat pembaringanmu terakhir


Jauh disana, di Gunungsumpu, Bantul


 


Selamat jalan mbak


Kami mengasihi dan mencintaimu


Dan kamu akan tetap ada di hati kami


Dengan segala kenangan yang pernah kita rajut bersama


Sewaktu aku kecil, sampai aku menjadi tua


 


SELAMAT JALAN MBAKYUKU

18 comments:

  1. turut berduka cita, mama Oen..
    semoga mbak-nya mama Oen bisa hidup damai di dalam tangan Bapa...

    ReplyDelete
  2. Budhe, kita juga denger beritanya minggu lalu, tapi baru tau sekarang rinciannya. Turut berduka cita... yg tabah ya, Budhe.

    ReplyDelete
  3. Turut berduka cita, Tante Ninik. Itu yang terbaik yang Tuhan berikan buat semuanya. Kiranya Tuhan selalu memberi kekuatan dan ketabahan untuk keluarga Tante Endang pada khususnya dan keluarga besar Karsidi pada umumnya.

    ReplyDelete
  4. turut duka cita Ma'Oen.
    semoga beliau berada ditempat yg baik disisiNya.

    ReplyDelete
  5. ... :(

    Terakhir ketemu TeNdang waktu aku & Syb ke Jogja th 2002 yl. Salam kagem YT & YK yo TeNd..

    ReplyDelete
  6. turut berduka cita, Mam..
    mbacanya aja bikin ikut merasa..

    ReplyDelete
  7. Tenik,
    Ikut dukacita ya, semoga selalu diberi ketabahan dan kekuatan oleh Tuhan YME

    ReplyDelete
  8. mama Oen... turut berduka cita ya..... 2 tahun yg lalu saya juga kehilangan kakak perempuan, hampir setiap kali mata rasanya berlinang terus kalo keinget almarhum.... sampai satu malem ia ada dalam mimpi saya... setelah itu rasa kekosongan itu hilang.... dan saya percaya almarhum baik2 aja di alam "sana".......

    ReplyDelete
  9. Alice - Yiyik - Diana - Tiwi - Tita - Dhani - Chica - Ichan:

    Terima kasih semuanya. Itu sudah kehendak-NYA. Saya sangat kehilangan - waktu saja yang akan menghapus kehilangan ini.... sekali lagi, terima kasih.

    ReplyDelete
  10. turut berduka cita mama Oen..semoga tabah...
    HE knows what's the best for mbak Mu *hugs*

    ReplyDelete

  11. Send this eCard !


    Kami berdoa kiranya keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan penghiburan dari Tuhan Yesus.

    GBU.
    Lidya & Brian

    ReplyDelete
  12. Deedee - Lydia & Brian,

    Terima kasih. Semua perhatian dari sanak-saudara dan teman-teman, sangat-sangat memberi tambahan kekuatan dan penghiburan.

    ReplyDelete
  13. Ma Oen turun berduka cita, semoga keluarga yang di tinggalkan lebih tabah dalam menghadapinya.

    ReplyDelete
  14. Dear Mama Oen,

    Turut berduka ya..
    Itu bukti kasih sayang Allah, dgn tidak membiarkan almarhumah menderita lebih lama, melainkan beristirahat dalam damai.

    ReplyDelete
  15. Maya & Sansan,

    Terima kasih banyak. Memang, ternyata Sang Pencipta lebih menyayangi mbakyu-ku. Makasih ya.

    ReplyDelete
  16. Mimms-ku sayang,
    baru skrg aku tau gmn ceritanya.. tdnya cuma denger sedikit2 ttg gmn kondisi mbak Endang....
    aku juga ikut berdukacita yg mendalam ya Mimm..., titip salam utk Dhidut, Devi & Rully, juga untuk mas Kardjo.

    ReplyDelete
  17. makasih ya Tobil, adikku - sekarang kita ini, yang masih tinggal di dunia, harus saling mengasihi dan berbagi kasih.

    ReplyDelete
  18. Bagus Ten critanya. Meskipun membacanya jadi ikutan 'semedhot', Terimakasih, GBU dengan sharing crita-2 semacam ini.
    Meski BDN mengikuti dan berdoa terus memang 'Kehendak-MU Jadilah!". Memang hendaknya selalu inget deh kalau yang mampu mengatur kehidupan di dunia ini DIA saja.
    Setiap kali aku layat di mana pun dan kapan pun selalu mengingatkan 'keterbatasan' kita sebagai MANUSIA. Harta seberapa besarpun tidak bermanfaat, tetapi kasih kepada sesama. Ingat-ingat kata-kata: siapapun suatu saat akan mengalaminya, tunggu saja giliran, so 'do the best while you're could'. Ibunya 3 T

    ReplyDelete