Thursday, February 15, 2007

"catatan harian" seorang ......

CATATAN HARIAN – dari mulai sakit sampai sembuh …. ooohhh DBD


 


Rabu, January 24, 2007


 


Mas Agni gak enak badan dari sejak siang hari.  Katanya, sudah minum ponstan sudah agak enak.  Tapi sekitar jam 21:30 tak ukur temperaturnya … …. wuih … 40.2!  Mikir ….. musti berbuat apa nih!


 


Bawa ke RSPP aja lah.  Aku minta tolong tetangga sebelah, Pak Pur, untuk nyopirin, untung pak Pur belum tidur.  Sementara aku siap-siap baju, siapa tau harus menginap.  Sampai di IGD-RSPP mas Agni langsung di infuse berwarna ‘pink’ seperti sirup ‘coco pandan’ dan di ambil darah untuk di test.  Kira-kira satu jam kemudian, badannya keringetan dan suhunya turun sampai 36.8.  Normal.


 


Jam 24:30 hasil test darah menunjukkan tidak ada yang mencurigakan dan boleh pulang,setelah infuse habis.  Dokter jaga memberi resep dan surat pengantar untuk control.  Pulang …..   Sampai dirumah sudah 02:30 dan baru siap tidur jam 3:00!  Wuahhem…. nguantuk sekaleee…..


 


Kamis, January 25, 2007


Kehidupan rutinitas-ku berjalan seperti biasa.  Bangun jam 04:30 [jadi tidur hanya 1.5 jam!], mandi, dandan dan siap berangkat kantor jam 05:30.  Temperatur badan mas Agni waktu tak tinggal, normal-normal aja.


 


Jam 10:00 aku ijin pulang cepet.  Sampai dirumah sekitar jam 11:00 – lho mas Agni kok panas lagi.  Tak thermometer – 39.8!, dengan keluhan pusing, mual dan  ulu atinya sakit ya…. L


 


Sampai sore panasnya gak turun-turun.  Kebetulan mbakyunya mas Agni, mbak Christine dan suaminya, mas Donny, ke rumah.  Kita bawalah mas Agni ke dokter umum langganan, dr. Made, di Apotik Shangrilla.  dr. Made bilang, kemungkinan tipus, tapi bisa juga DBD.  Dikasih anti-biotic untuk menghantam tipusnya, dan surat pengantar check laboratorium, kalau besok sore panasnya tidak turun-turun.


 


Udah minum obat, udah tidur.  Lha kok kira-kira jam 03:00 pagi, tak ukur temperaturnya kok masih 39 sih!


 


Jumat, January 26, 2007


Hari ini aku gak ngantor.  Mas Agni masih panas tinggi, diatas 38.  Terus aku liat kok ada bintik-bintik merah di tangan dan kakinya …. tuing …. jangan-jangan DBD ya….. wah apa yang musti aku perbuat?  OK – mas Agni harus cek darah!  Aku menelpon laboratorium apotik Nidea.  Mereka kiriim orang untuk mengambil darah mas Agni.


 


Menjelang jam 11:30 hasil lab sudah jadi dengan jumlah tromposit 165!  Wadhuh …. Harus ke RSPP nih.  Sekali lagi minta tolong pak Pur untuk antar ke RSPP.  Untung hari itu pak Pur tidak ke kantor.


 


Sampai di IGD-RSPP, sesuai prosedur, mas Agni langsung di infuse.  Darah tidak perlu diperiksa lagi, karena sudah bawa hasil lab dari rumah.  Dokter menyarankan untuk segera cari kamar.  OK – sudah dapat kamar 1B – 439 di lantai 4, gedung baru.  Jam 15:30 mas Agni siap masuk kamar.  Yahhhh ……mulailah ‘kehidupan’ rumah sakit yang monotone, yang harus kami jalani (tentu saja aku akan nungguin mas Agni sampai sembuh kan).


 


Sabtu, 27 Januari 2007


Pagi-pagi diambil darah, check tekanan darah.  Mas Agni masih bisa mandi sendiri, setelah infuse-nya dicopot sementara.  Tapi makan dan minum tetep susah/sedikit, karena lambungnya sakit. Hasil darah pengambilan pagi – trombosit 107.  Turun ich!


 


Perawat yang jaga malam memberitahu aku:  ‘Bu, bapak positive kena DBD.  Banyak minum aja, bu.  Obatnya cuma cairan kok, baik infuse maupun minuman’.  OK-lah suster.


 


Minggu, 28 Januari 2007


Hasil darah hari ini: trombosit turun lagi jadi 33!!!  Ayo dong mas, minumnya yang banyak, biar naik dong…. L  Tapi gimana ya, kasian mas Agni.  Kalau dipaksa minum, ulu atinya sakit, malah mau muntah.


 


Senin, 29 January 2007


Aku memutuskan cuti 2 hari untuk menemani mas Agni.  Hari ini mas Agni tidak boleh turun dari tempat tidur sama sekali.  Saya tanya: ‘kenapa?”.  Ternyata trombositnya sudah turun jadi 13!!!  Suster jaga malam memberitahu aku bahwa: ‘trombosit pak Agni sudah naik satu point bu, jadi 14’.  Bersyukurlah.  Katanya kalau sudah ada kenaikan, akan naik terus.


 


Selasa, 30 Januari 2007


Setiap hari, rumah sakit memulai kegiatannya jam 5 pagi.  Pagi itu  Mas Agni pengin kebelakang, tapi tidak jadi karena pusing dan pindah tiduran di sofa (tempat tidurku).  Kali kedua mas Agni mencoba ke kamar mandi mau ‘pup’ dan mandi sekalian.  Ech, malahan mau pingsan dan keluar keringat dingin sampai bajunya basah kuyup.  Tiduran lagi.  Terus suster bilang, ‘pup ditempat saja bu, pakai pispot’.  Karena tak biasa, batal deh ‘pup’-nya..


 


Habis makan siang di kantin, aku mampir ke kantor suster untuk menanyakan jumlah tromposit ….. 11!!!!  Ya ampun, kok turun lagi.  Lha gimana mau naik, yang sakit gak bisa minum banyak dan makan.  OK – nanti kalau dokter dateng aku mau lapor tentang ulu ati yang sakit.


 


Dr. Hariadi berkunjung sekitar jam 14:30.  Aku lapor bahwa ulu ati mas Agni sakit, jadi gak bisa minum banyak maupun makan.  Diperintahkan untuk suntik anti mual, tapi suster bilang ‘kan udah Dok.’  Kemudian dokter tanya tentang hasil ‘pup’ (kebetulan menjelang tengah hari mas Agni bisa ‘pup’).  Aku laporkan bahwa warnanya gelap menuju kehitam-hitaman!  Langsung doker memerintahkan untuk pasang ‘sonde’ (pipa kecil yang dimasukkan dari hidung sampai ke lambung) untuk periksa lambung mas Agni, takut kalau ada pendarahan.


 


Wadhuh, kok jadi serem gini.  Aku keluar kamar dengan pikiran yang agak bingung, merasa sendiri dan takut penyakit mas Agni tambah parah.  Aku menjauh dari kamar karena gak tega liat mas Agni ‘disakiti’ sonde.  Aku menyendiri sambil berdoa, minta kekuatan dari TUHAN.  Rasanya pengin nangis, tapi aku tahan.  Dalam hati aku terus berdoa, dan kemudian aku diberi-NYA kekuatan untuk menelpon Suryani (adik mas Agni) dan Witri, dengan pesan, jangan bilang-bilang orang dulu ya!  Dan kemudian, aku merasa tenang dan yakin bahwa, tindakan medis yang dilakukan, akan membuat mas Agni merasa lebih nyaman karena perutnya bersih.  Yang artinya, akan bisa makan dan minum dengan enak, yang akan membantu proses naiknya trombosit.  Aku tenang dan yakin bahwa, inilah jawaban TUHAN yang terbaik bagi doa-doa yang aku panjatkan.


 


Kira-kira 10 menit aku liat suster yang bertugas memasang sonde keluar dari kamar.  Aku segera masuk.  Mas Agni sedang kesakitan dan muntah-muntah.  Aku pegangi tangannya sambil bilang: ‘muntah aja mas, sudah ditampung kok’.  Muntahannya tidak keluar dari mulut, tapi langsung mengalir dari pipa sonde, yang langsung ditampung disebuah kantong.  Ya ampun, yang keluar merah … darah …  Salah satu suster sedikit berteriak: ‘ada pendarahan – oksigen’ ….  Cepat-cepat – gerak cepat, ambil selang oxygen, disambung ke saluran oksigen,  Mas Agni muntah dan muntah lagi, darah campur isi lambung!  Ooooohhhhhh……


 


Dengan oxygen, mas Agni agak tenang, walaupun sebentar-sebentar ngeluh: ‘ada yang ngganjel di tenggorokanku’ – ya tentu saja, ada selang disitu kan.  Aku hanya bisa menghibur:‘sabar ya pah, perutnya lagi dibersihin.  Papah tidur aja, biar gak terasa sakitnya’.


 


Jam 18:00 dilakukan pembersihan pertama.  Dimasukkan air es segelas ke dalam lambung mas Agni.  Air es ini gunanya untuk membekukan sisa-sisa darah, serta menutup urat-urat darah yang pecah.  Kemudian disedot kembali.  Tindakan ini akan dilakukan sehari 2x sampai tidak ada lagi tanda-tanda pendarahan, baru sonde bisa dicabut.  Malam hari dapat kabar baik, trombositnya sudah naik jadi 21.


 


Rabu, 31 Januari 2007


Karena sudah ada pendarahan di lambung, mas Agni harus di-transfusi ‘plasma/trombosite’ untuk mempercepat kenaikan trombosit.  Hari ini dimasukkan 10 kantong @ 300ml.  Hari ini lambung disemprot 2x dan sudah mulai bersih.  Siang hari trombositnya sudah naik jadi 62.  Puji TUHAN.


 


Kamis, 1 February 2007


Hari ke 2 transfusi – 10 kantong lagi.  Hasil cuci lambung hari ini bersih, sudah tidak ada tanda-tanda pendarahan lagi.  Air yang keluar dari lambung sudah bening.  Sekitar jam 10:00 suster memberitahu bahwa trombosit sudah naik lagi jadi 91.  Puji TUHAN.  Satu jam kemudian, sonde sudah bisa dibuka.  Makan siang dan malam berupa bubur.  Mas Agni belum bisa makan banyak, tapi sudah bisa minum banyak, sudah tidak pusing maupun mual.


 


Jumat, 2 February 2007


Hari itu dokter tidak datang berkunjung.  Mungkin karena banjir dimana-mana, yang menghalangi perjalanannya.  Mas Agni sudah mulai complaint pengin pulang, sudah sehat, sudah bosen di rumah sakit.  Lha tapi gak bisa, wong dokter belum kasih ijin pulang.  Hari itu trombosit naik jadi 192.


 


Sabtu, 3 February 2007


Akhirnya dokter datang juga sekitar jam 8 pagi.  Setelah semua data diliat, mas Agni diperbolehkan pulang.  Trombosit hasil ambil dara pagi adalah 232!!! Horeeeee…


 


Mau pulang aku kelabakan.  Mas Agni gak punya baju untuk pulang, karena selama di RSPP kan pakai baju seragam.  Jadi… pergilah aku ke Heritage untuk beli celana panjang dan t-shirt.  Mau pulang juga musti mikir, enaknya lewat mana.  Saat itu Jakarta lagi ‘diserang’ banjir.  Akhirnya, cari jalan putar yang pasti tidak kena banjir: lewat Jl. Fatmawati, naik toll Pondok Indah kearah Bintaro, turun di Jl. Veteran Bintaro, masuk Bintaro, lewat Jl Pondok Betung, masuk Jl. Cipadu Raya, dan akhirnya masuk Taman Asri dari belakang.


 


Terima kasih TUHAN – mas Agni sudah boleh sembuh.  Terima kasih karena semua kesesakan telah berakhir.  ENGKAU telah memberikan yang terbaik bagi kami, kesabaran, penyerahan diri dan iman pada-MU.


 


16 comments:

  1. aduh tenik...ngeri ya DBD ini...
    untung antik udah bisa pulang dan sehat lagi..
    semua atas doa dan kesetiaan tenik menemani antik selama antik dirawat..

    ReplyDelete
  2. Banyak perkara
    Yang tak dapat kumengerti
    Mengapakah harus terjadi
    Di dalam kehidupan ini
    Satu perkara
    Yang kusimpan dalam hati
    Tiada sesuatu kan terjadi
    Tanpa Allah peduli
    Allah mengerti
    Allah peduli
    Segala persoalan
    Yang kita hadapi
    Tak akan pernah
    DibiarkanNya
    Kubergumul sendiri
    S’bab Allah peduli.....

    syukurlah Pa-Oen dah sembuh..dah bisa ketawa-ketiwi lagi.. ;)

    ReplyDelete
  3. Mbacanya jadi terharu. Apalagi inget waktu bezoek Oom Agni. Kasian banget. Kebayang gak sih, Oom Agni yang biasanya segar bugar jadi menderita kayak gitu. Ih, sedih banget. Puji Tuhan, Oom Agni sudah sehat lagi.

    ReplyDelete
  4. waduhh ...baca cerita dari email aza bulu kuduk dah berdiri
    ini catatannya lebih seru
    thanks God, Papa Oen dah sehat dan ceria kembali :p

    ReplyDelete
  5. Budhe, ikut bersyukur pakde sdh sembuh (kemarinnya kita denger juga critanya dari mama). Take care ya...

    ReplyDelete
  6. Thank God papa oen udah sembuh, jadi udah bisa ikutan rame2 ketemuan sama "anak2"nya yg nakal2 lagiiiiii :-))

    ReplyDelete
  7. Mba, Tuhan menjawab doa kita tepat pada waktunya. Mas Agni diberi kesembuhan. Kalo baca ceritanya membuat kita terharu dan Finally jawaban Tuhan itu Indah ..Our God is awesome. Praise The Lord.

    ReplyDelete
  8. Barusan BDN nilpun hanya untuk kasih komentar: Ngawur! Ga bilang-2 sama mas+mbak tertuanya, lain kali ga boleh gitu.Meski semua orang pasti punya kesibukan sendiri-2, tapi kalau ada kejadian GAWAT gitu HARUSNYA kasih tau lah! Untung aja tiap bangun pagi aku diem dulu berdoa buat yang sakit-2 (tap kan ga tau klo Atik puaraah banget!), dan juga buat Eyang Tri Dihardjo supaya juga bisa sabar merasakan remtik tulang sepuhnya itu. Yo wis, untunglah ten Tuhan memang selalu baik, apa pun yang terjadi semoga memang selalu menurut kehendakNya. Yo wis Ten masih ada satu cobaan berat buat kel Soekardjo, sebagai perwakilan kel besar kel SNY bisanya nitip salam buat yang di Jogja, semoga semakin sehat dan bisa segera pulang 'memang home sweet home ' ya Ten, masiyo omahe dewe kelebon banyu dan merusak brbrp buku penting. Sampai ketemu ya ten crito-2 lo ya???? BDN (ibunya 3T)

    ReplyDelete
  9. Kemaren ga bs jenguk papa oen..
    :(( tapi syukurlah, kondisi papa oen sekarang udah ok..
    *ga nyangka DBD bs separah itu*

    ReplyDelete
  10. BDN - Chica - Alice - Diana - Olivia - Yiyik - Deedee - Lydia - Sansan:

    Terimakasih atas semuanya. TUHAN seluruh umat manusia itu memang baik. So, jangan pernah jauh dariNYA.

    ReplyDelete
  11. Ini pas aku berkunjung!

    Wah sempet gawat juga ya, nggak enak bener DBD ini :(
    Tapi kemaren2 aku sudah sempet chatting 1-2 baris dengan Antik, wkt aku pake komputer sekolah dan Antik di kantor (ora ono sing nyambut gawe, kabeh chatting hehehe)

    ReplyDelete
  12. payah nih - ponakan sama oom-nya - makan gaji buta :) ......

    ReplyDelete
  13. Te nik, ternyata menyeramkan yaaa..... aku weekend kemaren juga sempet ga enak badan. karena kuatir DB dan nularin yang lain, jadinya aku mutusin pulang ke Semarang. Besoknya ternyata hasil darah menunjukkan ada positif tipus, tapi masih belum parah. dan trombosit juga masih normal. Syukurlah, sekarang om Agni sudah sembuh ya :d *ikut senang*

    ReplyDelete
  14. Ayu - thanks ya - sekarang ini kalau gak enak badan, lebih baik langsung periksa darah aja. soalnya, ada jenis DBD yang gak pakai panas, tiba-tiba udah shock. so, mulai sekarang, berbudaya-lah untuk minum banyak, karena DBD itu obat utamanya adalah cairan. cairan apa saja. air putih, air angka, juice, coca cola :) .... pokoknya cairan.

    ReplyDelete
  15. Puji Tuhan Mas Agni pulih kembali.Membaca gejala DBD Mas Agni sdh termasuk parah. Indonesia memang sarang DBD krn negara tropikal. Thn 2002 waktu saya masih di Bali, sy juga kena DBD, digigitnya waktu liburan sama teman di Gili Air (ternyata di pulau itu memang sarang DBD), pulau dekat pulau Lombok. Seminggu setelah liburan, saya pulang ke Jakarta, krn pas itu sekolah Perancis lagi libur kenaikan kelas selama sebulan. Masa inkubasi virusnya selama 1 minggu, gejala panas tinggi baru timbul pas di Jakarta. Kebetulan sy operasi kecil mata ikan di telapak kaki di RS Fatmawati.Beberapa hari setelah operasi, panas tinggi sampai 40°, naik turun. Mama waktu itu menyangka panas biasa & tidak menduga DBD krn tdk keluar bintik merah di badan. Seminggu setelah operasi mata ikan, kontrol ke Dr utk mencabut jahitan di kaki. Dr langsung bilang utk cek darah krn kemungkinan DBD. Ternyata benar Mbak...Saya tuh waktu itu sdh lemas banget sampai nggak kuat jalan, sampai suster bawa saya pakai kursi roda. Langsung diopname selama seminggu di RS Fatmawati.Waktu itu sy mempunyai keinginan utk cepat sembuh, jadi sy paksain utk minum air putih sebanyak-banyaknya dan minum jus jambu klutuk merah dan makan banyak walaupun nggak ada selera makan. Trombosit sy susah naiknya, sama suster dibantu dgn injeksi di infus, aduh sakit banget waktu diinjeksi. Puji Tuhan, Tuhan itu baik banget sama saya. Bayanginn aja Mbak, kalau waktu itu saya sakitnya di Bali, mungkin sy sdh tidak tertolong lagi, dan juga nggak ada saudara disana yg dimana bisa minta tolong...

    ReplyDelete
  16. memang DIA selalu baik. manusia aja yang suka merasa kuat sendiri atau mencari kekuatan ditempat lain.... salam buat suami ya....

    ReplyDelete