Friday, July 17, 2009

tempo dulu

Orang dan Kota

Orang sepuh dalam photo ini namanya bapak Agus Tjugianto, lahir di Wonosobo (1940), dibesarkan di Wonosobo, dan sampai sekarang tinggal di Wonosobo.  Tentu saja Pak Agus merupakan ‘resource person’ yang amat sangat paham tentang Wonosobo dan tempat-tempat

wisata disekitarnya, terbukti dari beberapa ‘award’ yang diterimanya: 1999 ‘Wonosobo Tourism Figure Award; 2002 ‘Indonesian Tourism Masterpiece Award’, serta buku berjudul ‘Dieng Plateau’ yang ditulisnya.

Kira-kira 55 tahun lalu, saya pernah tinggal di Wonosobo.  Ketika itu Bapak saya dipindah kerja dari Purworejo ke Wonosobo, dan kala itu umur saya belum setahun.  Keluarga saya menetap di Wonosobo sekitar 4 tahunan, sebelum pindah ke Salatiga sekitar tahun ’57/’58.  Nah, ketika pak Agus menjadi ‘tour guide’ rombongan kami di alun-alun Wonosobo, saya berbincang dengan Pak Agus.

“Pak Agus, saya pernah menjadi penduduk Wonosobo, sekitar tahun ’53 s/d ’57, ketika bapak saya berdinas sebagai kepala SGB-N.”

Pak Agus: “Sebentar ….. boleh saya tahu nama bapaknya siapa ya?”

Saya sebutkan nama …….

Pak Agus: “Oooo tentu saja saya tahu.  Anda putrinya?”

Saya: ‘Iya, saya anak bungsu.”

Pak Agus: “Mbakyu Anda yang paling besar siapa namanya?”

Saya: “Endang Retnowati.”

Pak Agus: “Itu teman saya SMP – lha itu sekolahannya.” (sambil menunjuk SMP yang ada di sebelah kirinya)

 

Hehehehe, ampyun…. ternyata dunia sempit, dan ternyata orang ‘djadoel’ masih mengenal dan mengingat orang ‘djadoel’ juga…   Sekarang mbakyu saya sudah almarhum.  Coba masih hidup, akan saya ajak berkunjung ke Wonosobo untuk ber-reuni dengan teman masa kecilnya.

 

Rumah Djadoel

Berkat pak Agus, rombongan kami diperbolehkan masuk ke Kabupaten, walaupun hanya dari luarnya saja.  Bangunan aslinya masih tetap ada dan masih seperti dulu.  Hanya di depannya sekarang ada pendopo baru.  Menurut pak Agus, pendopo yang asli sudah hancur kena bomb sekitar tahun 1913.  Terus pendopo yang sekarang adalah pendopo baru yang dibangun sekitar tahun 2000.  Kayaknya Bapak saya punya photo-photo bangunan lama deh, ketika dulu sering di undang Bupati saat itu, Pak Sangidi, untuk ‘minum teh’ atau acara-acara resmi lainnya.  Nanti kalau ke Salatiga akan saya cari ach.

 

Memisahkan dari rombongan yang masih berkeliling alun-alun, saya ‘mengunjungi’ rumah djadoel-ku di Jl. Mesjid No. 3.  Ditemani mas Agung, kami berjalan mencari alamat tersebut dan ketemu.  Tapi kok lain ya.  Perasaan halamannya dulu ‘jembar’ kok sekarang mepet sekali ke jalan besar, rumahnya lebar kok sekarang kecil amat.  Saya kurang yakin …. Sebelah kanan rumah yang dulunya kantor penerangan kok jadi toko kecil ….  Gak mungkin ach.  Tapi jelas-jelas rumah itu Jl. Mesjid No. 3!

 

Untuk menyakinkan, saya menelpon mbakyu saya, mbak Tatik, katanya: “Ketemu tukang photo Dahlan gak?  Sebelah kirinya itu bekas kantor penerangan.  Lha kirinya kantor penerangan itu rumah kita dulu.  Sekarang sudah jadi bank.”  Bener kan saya salah mengunjungi ‘rumah djadoel’-ku.  Tentu saja salah, lha wong sekarang nama jalannya berubah jadi Jl. Pemuda.  ‘Rumah djadoel’-ku sekarang jadi bank.  Ini yang betul, halamannya luas.  Menurut mbak Tatik, yang berkunjung 2 tahun lalu, bangunan aslinya masih ada dan masih sama persis seperti waktu kami kecil.  Tapi sudah ‘ketutupan’ bangunan bank yang baru.

 

Yaaaa, mau balik lagi males ach …..  Suatu kali saya akan ke Wonosobo lagi, saya mau minta ijin satpam bank untuk masuk melihat rumah ‘djadoel’-ku……

 

 

wonosobo, 12 july 2009

12 comments:

  1. senangnya yg baru balik dr "masa lalu" :)

    ReplyDelete
  2. iya Nan... tapi jadi kangen mereka-mereka yg gak ada (ibu-bapak-mbakyu) ...

    ReplyDelete
  3. waah kok yo kebeneran, kanca sekolahe te'ndang..

    ReplyDelete
  4. hehehehe..... aku dewe ya kaget ....

    ReplyDelete
  5. iki pendekar alis putih jik nang bandung, tak critani sisan :D

    ReplyDelete
  6. wah... sepertinya perjalanan "reuni" masa kecil yang berkesan!!

    ReplyDelete
  7. pendekar alis putih (pap) gak patia ngerti wonosobo. waktu eyang pindah wonosobo, pap disekolahin eyang di yogya .... :)

    ReplyDelete
  8. sayang, waktu itu umurku masih balita, jadi gak terlalu nyanthel tentang wonosobo ... lupa-lupa-ingat (kayak lagunya kuburan ... hehhhehehe)

    ReplyDelete
  9. aku koq nggak inget tentang rumah Jl. Mesjid itu ya. Waktu kecil kali aku gak sering diajak ke sana sama Pak Bas. Seneng ya mbak bisa menengok Wonosobo. Sekarang kotanya lebih bagus kah? Lebih gede dari Salatiga, mbak?

    ReplyDelete
  10. hehehehe.... oom Bas iku rajin niliki mbakyune. pas aku ketabrak sepeda, oom Bas juga nengok. tak delok-delok, wonosobo ketoke luwih gede timbang salatga dan luwih resik (rumangsaku lho)....

    ReplyDelete
  11. oh ya, aku kelingan banget mbak niniek ketabrak sepeda. heboh banget ya, masuk rumah sakit ya? rambutmu kan dipotong pendek, cepak kaya tentara.. haha

    ReplyDelete
  12. gak masuk rs kok Dhit, nang ngomah. tapi ya gegar otak, wong muntah terus, jare rupaku wis biru :( mulane dikira wis arep 'rampung'. lha mulane pak Bas dan eyang Rochayah pada nang Wonosobo, tilik..... hehehehe.... iya rambutku potong cepak ... model jaman saiki kan :)

    ReplyDelete