Thursday, May 8, 2008

persiapan & May 1, 2008

20 Apr 08

Lokasi  :           Rumah mbak Tuti

Acara   :           Arisan keluarga Sastrosudarmo

 

Oom Wari, adik mami mertua yang paling kecil, bagi-bagi undangan.  Oooo anaknya yang paling kecil, Iwan, mau nikah tanggal 3 Mei 2008 di Salatiga.  Jadi to?  J  Wah, tanggal 2 Mei hari kejepit, bisa ambil cuti nih, bisa ke kondangan.  Tapi jadi bingung.  Rencana semula mau ke KalTim.  Atau sebaiknya ke Salatiga dulu ya?

 

26 April 08

Lokasi  :           Jl. Camar, Bintaro Sektor III

Acara   :           Tujuh-bulanan Novi-Ari

                        Ngobrol-ngobrol antar saudara

 

Ternyata mbak Titin, mas Donny, Mentik dan Djoko berencana ke Solo, jalan darat.  Berangkat tanggal 1 Mei, pulang 4 Mei.  Mereka rencanannya mau sekalian kondangan ke Salatiga.  Akhirnya mas Agni dan aku ’klayu’, pengin ke Solo-Salatiga juga.

 

28 April 08

Mas Agni pesan tiket Garuda.  Untung masih dapat harga bagus, Jakarta-Solo p.p. gak sampai 800ribu J

 

 

01 May 08

 

Jakarta

04:00   Taxi dari rumah ke Bandara

04:45   Sampai di Bandara

06:10   Wingggggg.....

            Garuda-ku, Garuda-ku kemanakah engkau terbang

            Tinggi di awan ?????? ..... menderu-deru

            Menempuh awan, melawan topan, mencapai langit, yang jernih biru

07:10   Mendarat dengan selamat di Solo

07:30   Setelah cukup lama menunggu, akhirnya ... bagasi keluar juga

 

Solo

Pak Sigit dari Proyek Bengawan Solo sudah menjemput.  Agni: “Cari sarapan dulu, pak Sigit.  Ke soto babat aja.“ ----- Ternyata warung soto babatnya sudah penuh, sampai pada berdiri-berdiri nunggu tempat kosong.  Ach, males ach.  Cari yang gak uwel-uwelan lah, ke soto Triwindu aja yuuukkkkk…..

  

 

 

Wadhuh, soto daging Triwindu memang mak nyus tenan, sueger tenan rek.  Ditambah tempe gorengnya juga tak terkalahkan.  “Bu, bungkus tempe 5 sama 2 bakwan ya.”  Buat sangu ke candi Sukuh dan Cetho.  Perut kenyang, badan segar.  Kami siap melakukan perjalanan Solo dan sekitarnya.

 

 

 

Candi Sukuh

  

 

(from http://www.indonesia-tourism.com/central-java/sukuh-temple.html)

Candi Sukuh

Sukuh temple is located in Berjo Village, Argoyoso district, in the slope of mount Lawu 35 Km east of Solo at a height about 910 m above sea level. The temple stretches from the east to the west with the main gate in the west. Sukuh Temple is decorated with wayang stone carvings of Hindu origin, the only erotic temple in Java. The stepped pyramid is like the ones in South America of the Maya culture. The temples are distinctive compared with other ancient temples in Central Java such as Borobudur and Prambanan, and its uniqueness lies in the landscaping, statuettes, and relief. The temples occupy an 11,000m2 area and consist of three terraces, each connected with an ascending alley. The most influential part is the last terrace, at the very back of the compound. At this very sacred area, once erected a homogenous phallic statue, which is now displayed at the National Museum, Jakarta. Another interesting and controversial factor of this historical site is the artistic relief on its floor, which depict male and female organs symbolizing the birth of life. This kind of construction is common in prehistoric time, especially in the megalithic era of pundan berundak (terrace grave). The temple consist of three terraces, the first terrace is the lowest level, followed by the second and the third above it. The terrace are connected with stairs to each other, each of it has an entrance gate. The temple has believed to be constructed in the 15th century during the declining years of Majapahit Empire. The relief found beside the first gate are believed had mean (sengkalan) reads Gapura Buta Aban Wong and Gapura Buta Anahut Bubut, meaning the year of 1359 saka or 1437 AD.

 

 

 

Sampai di candi Sukuh sekitar jam 9:30an.  Beli ticket @ Rp2,500.  Ketika mau memasuki halaman candi, kabut turun.  Wah, gimana nih, jadi gak bagus untuk photo-photo.  Saat itu yang berwisata hanya mas Agni dan aku thok.  Gak ada wisatawan lain.  Sepi.

 

Penginnya naik sampai atas bangunan paling besar.  Tapi …. gak ach.  Tangganya curam sekali dan licin.  Gara-gara kabut, semuanya jadi basah.  Dari pada kepleset, niat untuk naik urung.

 

Gak terasa, tiba-tiba kabutnya menghilang.  Mungkin tertiup angin yang berhembus J   Lumayan, dapat pemandangan yang agak jelas.  Setelah cukup puas, kami turun dan bertemu dengan 3 orang yang baru mulai naik ke pelataran candi.  Selesai sudah kunjungan ke candi Sukuh.

 

Candi Cetho

 

 

(from http://www.asiarooms.com/travel-guide/indonesia/solo/)

Candi Ceto Solo

            High on the mountains near Solo in Central Java, the temple of Candi Ceto is sited. Candi Ceto is situated further up the Candi Sukuh temple in the mountains. The temple is at an elevation of five hundred meters or 1630 ft above the sea level. One can get a splendid view of the city from the temple. Located high up on the mountains one will certainly enjoy the nip in the air.

            Inscriptions found here is evidence to the fact that the Candi Ceto temple dates back deep into history. Some of the dates found inscribed here are AD 1468, 1472 and 1475. The basic layout and design of the temple is similar to that of the Sukuh temple but the Candi Ceto temple has many more terraces. There are as many as 14 terraces. As at Candy sukuh the main deity portrayed here is Bima. Tattered fragments of narrative relics were found in one of the lower terraces. This apart there are large numbers of small stone turtles.

One of the most interesting remains found here at the Candi Ceto is a dilapidated figure lying flat on the ground. At the western end is a large lingga similar to that found at Sukuh, lying horizontally and pointing to the west. At its base is a composition representing a tortoise on the back of a huge bat. On the tortoise's back is a number of sea creatures pointed in various compass directions.

            During the 1970s a new gateway was built. New structures were also added to the upper terraces which include stone walls and floors. 50 meters further up, there are slopes which are used for bathing purposes. Several statues and a wooden shrine are to be found here. Till the late 1970s high profile people used to come here to meditate. They believed that this place had supernatural powers. Local residents still continue to devote offerings for the deities.

 

 

 Candi Cetho letaknya lebih tinggi dari candi Sukuh, berjarak kurang lebih 5 km dari candi Sukuh.  Pemandangannya menuju candi Cetho indah sekali.  Lereng-lereng kebun teh dengan perkampungan ditengah-tengahnya.  Sayang sekali, ketika kami mulai naik, kabut kembali turun L, photo-photonya jadi kurang bagus

 

 

 Tiket masuk candi Cetho Rp2,500/orang.  Tempat ini cantik sekali.  Naik, naik, naik dan naik terus.  Sudah dapat dipastikan bahwa candi Cetho adalah pura pemujaan Hindu.  Masuk kedalam pura ini serasa berada di Bali.  Ketika kami mulai mendaki tangga menuju candi, kabut mulai turun (lagi) sampai putih semuanya.…. wadhuh, piye iki.

 

 

Saat itu, karena hari libur, candi Cetho banyak dikunjungai orang.  Ada yang datang ber-rombongan, ada yang berdua-duaan (pacaran maksudku J).  Kami jadi agak kesulitan motret-motret, karena banyak orang seliweran.  Jadilah kesabaran kami diuji.  Sampai rombongan-rombogan pergi dan kabut mulai hilang tersapu angin, baru kami bisa agak leluasa.

 

Meninggalkan candi Cetho sekitar jam 11:30.  Tujuan berikutnya adalah museum Sangiran.  Menurut pak Sigit, driver kami, jarak tempuh kira-kira satu jam.  Wah, kalau begitu sebaiknya cari makan siang dulu lah.  Kami berhenti di Indah Restaurant.  Mas Agni makan nasi timlo, aku makan garang asem dan pak Sigit makan nasi pecel pakai terik (uenak kayaknya).

 

Setelah makan, kami meneruskan perjalanan ke Sangiran.  Gak tau lah lewat mana, karena aku tertidur.  Tau-tau sudah sampai di Sangiran, di tempat menara pandang.  Kami turun sebentar, naik ke menara pandang untuk melihat seberapa luas daerah Sangiran.  Dari sini kami ke museum.

 

Museum Sangiran

 

 

Sangiran

From Wikipedia, the free encyclopedia

            Jump to: navigation, search

Sangiran is an archaeological excavation site at the island of Java in Indonesia. The area comprises about 48 km² and is located in Central Java, about 15 kilometers north of Surakarta in the Bengawan Solo River valley. In 1996 it was accepted as World Heritage by the UNESCO.

            In 1934 the anthropologist Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald started to examine the area. During excavations in the next years fossils of some of the first known human ancestors, Pithecanthropus erectus ("Java Man", now reclassified as part of the species Homo erectus), were found here. About 60 more fossils, among them the enigmatic Meganthropus, have since been found here

 

 

 Tiket masuk Rp3,000 per orang dan kalau mau melihat audio visual per orang Rp2,500, atau Rp50,000 per rombongan.  Kami membayar Rp50,000 karena dihitung sebagai rombongan!!!!!  Weleh-weleh, saat itu museumnya ramai sekaleeee....... Ada rombongan anak SMP dua bis dari Jepara, yang karena sudah siang, baunya ledis-ledis.

 

Bangunan-bangunan di kompleks museum ini agak kurang terawat dan kotor.  Signage juga kurang.  Sampai bingung, mau ke atas naik tangga yang kekiri atau yang kekanan.  Mau ke ruang audio visual juga gak ada tanda arahnya .... payah deh....  Signage-nya pakai mulut orang J  Aku gak begitu tertarik untuk motret-motret.  Mas Agni aja yang crat-cret.  Dari ruang pamer, kami ke ruang audio visual.  Lumayan, nonton ‘film’ 15 menit sambil ngadem.

 

Selesailah wisata hari ini selesai.  Kembali ke Solo.  Check-in di Novotel kira-kira jam 3pm, mandi, dan tidur siang.   Bangun ... lho kok masih jam 4:30pm sih?  Perasaan sudah lamaaaaa sekali tidurnya ….  Begitulah, kalau liburan itu, jamnya jalannya lambat J

 

Jam 7pm, mas Sigit (driver) menjemput kami untuk cari makan malam.  Kepenginnya makan ’racikan selat’.  Okay, cari yuuukkkk.....  Kami jemput keluarga pak Zacharia untuk makan bersama mereka.  Keliling cari warung racikan selat, akhirnya nyangkutnya di ’Sumber Bestik’ pak Darmo di Jl. Honggowongso (http://sumberbestik.com/index.php).   Mas Agni pesen bestik daging, aku pesen bestik lidah telor.   Tentang rasa .... silakan mampir sendiri dan menilai sendiri J

 

Kembali ke hotel dan rest and relax ....  Sekitar jam 10pm mbak Titin telpon, memberi kabar kalau sudah sampai di Solo dan lagi check-in di Hotel Dana.  Syukurlah, rombongan jalan darat sudah sampai dengan selamat .  Tapi ........ kira-kira 30 menit kemudian mbak Titin telpon lagi, minta dicariin kamar di Novotel, kamar di Hotel Dana bau apek!  Mas Agni ke reception untuk cari kamar.  Untung ada 2 kamar superior, tapi hanya untuk semalem saja, karena Novotel memang lagi penuh, karena long week-end kan. Yah, itung-itung untuk istirahat setelah perjalanan panjang.

 

10 comments:

  1. kaya honeymoon ya mbah akung ama mbah uti

    ReplyDelete
  2. wah ...yg jalan² ;)
    kapan nih maem² kaki ampat lagi ?

    ReplyDelete
  3. uhuy......................
    hanimun taruuuussss...............................................:))

    ReplyDelete
  4. wiwiwiwiii.... critanya kumplit! :D
    minta oleh-oleeeh... ;)

    ReplyDelete
  5. hahaha, di candi sukuh dan candi cetho memang selalu begini. kabut, gerimis, angin bertiup, terang, kabut lagi, gerimis lagi, angin datang lagi, terang, kabut lagi, ... , gitu melulu. tapi pemandangannya memang bagus sekali. cuman di cetho aku nggak kuat ngirup wangi kembang sesajennya. akhirnya begitu sampai puncak candi - kalau nggak salah ada 13 tingkat - aku segera turun. sampai di bawah langsung ngembat indomi rebus pesanannya wahyudi :D

    ReplyDelete
  6. Irmaaaaa................ itu namanya LAPAR ... hehehehe..... :0

    ReplyDelete
  7. uda Indraaaaa...... beginilah kalau orang berdua-dua melulu .... harus dinikmati kan :D

    ReplyDelete
  8. kapan kapan..... kita bertemu lagi ..... hehehehe ... atur aja

    ReplyDelete
  9. Soto Triwindu memang suedhap tenan...
    Gak nyoba parunya ya Mam?
    :-)

    Satu lagi Soto favorit kami adalah Soto Kirana di jalan Muh Yamin (terusannya serabi Notosuman). Disitu ada soto ayam dan soto daging. Kalau kami bilang lebih enak Soto Kirana ini daripada Soto Gading.
    :-)

    ReplyDelete