20 Apr 08
Lokasi
Acara
Oom Wari, adik mami mertua yang paling kecil, bagi-bagi undangan. Oooo anaknya yang paling kecil, Iwan, mau nikah tanggal 3 Mei 2008 di Salatiga. Jadi to? J Wah, tanggal 2 Mei hari kejepit, bisa ambil cuti nih, bisa ke kondangan. Tapi jadi bingung. Rencana semula mau ke KalTim. Atau sebaiknya ke Salatiga dulu ya?
26 April 08
Lokasi
Acara
Ngobrol-ngobrol antar saudara
Ternyata mbak Titin, mas Donny, Mentik dan Djoko berencana ke Solo, jalan darat. Berangkat tanggal 1 Mei, pulang 4 Mei. Mereka rencanannya mau sekalian kondangan ke Salatiga. Akhirnya mas Agni dan aku ’klayu’, pengin ke Solo-Salatiga juga.
28 April 08
Mas Agni pesan tiket Garuda. Untung masih dapat harga bagus, Jakarta-Solo p.p. gak sampai 800ribu J
01 May 08
Jakarta
04
04
06
Garuda-ku, Garuda-ku kemanakah engkau terbang
Tinggi di awan ?????? ..... menderu-deru
Menempuh awan, melawan topan, mencapai langit, yang jernih biru
07
07
Solo
Pak Sigit dari Proyek Bengawan Solo sudah menjemput. Agni
Wadhuh, soto daging Triwindu memang mak nyus tenan, sueger tenan rek. Ditambah
Candi Sukuh
(from http
Candi Sukuh
Sukuh temple is located in Berjo Village, Argoyoso district, in the slope of
Sampai di candi Sukuh sekitar jam 9
Penginnya naik sampai atas bangunan paling besar. Tapi …. gak ach. Tangganya curam sekali dan licin. Gara-gara kabut, semuanya jadi basah. Dari pada kepleset, niat untuk naik urung.
Gak terasa, tiba-tiba kabutnya menghilang. Mungkin tertiup angin yang berhembus J Lumayan, dapat pemandangan yang agak jelas. Setelah cukup puas, kami turun dan bertemu dengan 3 orang yang baru mulai naik ke pelataran candi. Selesai sudah kunjungan ke candi Sukuh.
Candi Cetho
(from http: //www.asiarooms.com/travel-guide/indonesia/solo/)
Candi Ceto Solo
High on the mountains near Solo in Central Java, the
Inscriptions found here is evidence to the fact that the Candi Ceto temple dates back deep into history. Some of the dates found inscribed here are AD 1468, 1472 and 1475. The basic layout and design of the temple is similar to that of the Sukuh temple but the Candi Ceto temple has many more terraces. There are as many as 14 terraces. As at Candy sukuh the main deity portrayed here is Bima. Tattered fragments of narrative relics were found in one of the lower terraces. This apart there are large numbers of small stone turtles.
One of the most interesting remains found here at the Candi Ceto is a dilapidated figure lying flat on the ground. At the western end is a large lingga similar to that found at Sukuh, lying horizontally and pointing to the west. At its base is a composition representing a tortoise on the back of a huge bat. On the tortoise's back is a number of sea creatures pointed in various compass directions.
During the 1970s a new gateway was built. New structures were also added to the upper terraces which include stone walls and floors. 50 meters further up, there are slopes which are used for bathing purposes. Several statues and a wooden shrine are to be found here. Till the late 1970s high profile people used to come here to meditate. They believed that this place had supernatural powers. Local residents still continue to devote offerings for the deities.
Saat itu, karena hari libur, candi Cetho banyak dikunjungai orang.
Meninggalkan candi Cetho sekitar jam 11
Setelah makan, kami meneruskan perjalanan ke Sangiran. Gak tau lah lewat mana, karena aku tertidur. Tau-tau sudah sampai di Sangiran, di tempat menara pandang. Kami turun sebentar, naik ke menara pandang untuk melihat seberapa luas daerah Sangiran. Dari sini kami ke museum.
Museum Sangiran
Sangiran
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Sangiran is an archaeological excavation site at the
In 1934 the anthropologist Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald started to examine the area. During excavations in the next years fossils of some of the first known human ancestors, Pithecanthropus erectus ("Java Man", now reclassified as part of the species Homo erectus), were found here. About 60 more fossils, among them the enigmatic Meganthropus, have since been found here
Bangunan-bangunan di kompleks museum ini agak kurang terawat dan kotor. Signage juga kurang. Sampai bingung, mau ke atas naik tangga yang kekiri atau yang kekanan. Mau ke ruang audio visual juga gak ada tanda arahnya .... payah deh.... Signage-nya pakai mulut orang J Aku gak begitu tertarik untuk motret-motret. Mas Agni aja yang crat-cret. Dari ruang pamer, kami ke ruang audio visual. Lumayan, nonton ‘film’ 15 menit sambil ngadem.
Selesailah wisata hari ini selesai. Kembali ke Solo. Check-in di Novotel kira-kira jam 3pm, mandi, dan tidur siang. Bangun ... lho kok masih jam 4
Jam 7pm, mas Sigit (driver) menjemput kami untuk cari makan malam. Kepenginnya makan ’racikan selat’. Okay, cari yuuukkkk..... Kami jemput keluarga pak Zacharia untuk makan bersama mereka. Keliling cari warung racikan selat, akhirnya nyangkutnya di ’Sumber Bestik’ pak Darmo di Jl. Honggowongso (http
Kembali ke hotel dan rest and relax .... Sekitar jam 10pm mbak Titin telpon, memberi kabar kalau sudah sampai di Solo dan lagi check-in di Hotel Dana. Syukurlah, rombongan jalan darat sudah sampai dengan selamat . Tapi ........ kira-kira 30 menit kemudian mbak Titin telpon lagi, minta dicariin kamar di Novotel, kamar di Hotel Dana bau apek! Mas Agni ke reception untuk cari kamar. Untung ada 2 kamar superior, tapi hanya untuk semalem saja, karena Novotel memang lagi penuh, karena long week-end kan. Yah, itung-itung untuk istirahat setelah perjalanan panjang.
kaya honeymoon ya mbah akung ama mbah uti
ReplyDeletewah ...yg jalan² ;)
ReplyDeletekapan nih maem² kaki ampat lagi ?
uhuy......................
ReplyDeletehanimun taruuuussss...............................................:))
wiwiwiwiii.... critanya kumplit! :D
ReplyDeleteminta oleh-oleeeh... ;)
hahaha, di candi sukuh dan candi cetho memang selalu begini. kabut, gerimis, angin bertiup, terang, kabut lagi, gerimis lagi, angin datang lagi, terang, kabut lagi, ... , gitu melulu. tapi pemandangannya memang bagus sekali. cuman di cetho aku nggak kuat ngirup wangi kembang sesajennya. akhirnya begitu sampai puncak candi - kalau nggak salah ada 13 tingkat - aku segera turun. sampai di bawah langsung ngembat indomi rebus pesanannya wahyudi :D
ReplyDeleteIrmaaaaa................ itu namanya LAPAR ... hehehehe..... :0
ReplyDeletemau, sini kerumahku .... :)
ReplyDeleteuda Indraaaaa...... beginilah kalau orang berdua-dua melulu .... harus dinikmati kan :D
ReplyDeletekapan kapan..... kita bertemu lagi ..... hehehehe ... atur aja
ReplyDeleteSoto Triwindu memang suedhap tenan...
ReplyDeleteGak nyoba parunya ya Mam?
:-)
Satu lagi Soto favorit kami adalah Soto Kirana di jalan Muh Yamin (terusannya serabi Notosuman). Disitu ada soto ayam dan soto daging. Kalau kami bilang lebih enak Soto Kirana ini daripada Soto Gading.
:-)