02 May 2008
Bangun pagi dengan badan segar, pikiran segar. Jam 7
Benteng Vastenburg
Benteng Vastenburg
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Di kota Surakarta terdapat pula bekas peninggalan kolonial Belanda yaitu Benteng Vastenburg yang dulu digunakan sebagai pusat pengawasan kolonial Belanda untuk mengawasi gerak-gerik Keraton Kasunanan, namun sekarang keadaannya tidak terurus, di pusat kota Surakarta di dekat (sejalan dengan) Balaikota Surakarta. Dulu bangunan ini bernama "Grootmoedigheid" dan didirikan oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff pada tahun 1745. Benteng ini dahulu merupakan benteng pertahanan yang berkaitan dengan rumah Gubernur Belanda. Benteng dikelilingi oleh kompleks bangunan lain yang berfungsi sebagai bangunan rumah tinggal perwira dan asrama perwira. Bangunan benteng ini dikelilingi oleh tembok batu bata setinggi enam meter dengan konstruksi bearing wall serta parit dengan jembatan angkat sebagai penghubung. Setelah kemerdekaan pernah berfungsi sebagai kawasan militer dan asrama bagi Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya / Kostrad. Bangunan di dalam benteng dipetak-petak untuk rumah tinggal para prajurit dengan keluarganya.
Benteng ini dulunya ’kumuh’ - tertutup kaki lima, sampah-sampah, pemulung, pokoknya jorok. Tapi sejak diselenggarakan “Solo International Ethnic Music (SIEM) 2007“ benteng ini menjadi cukup bersih. Tidak ada kaki lima maupun sampah-sampah. Sampailah kami di depan pintu pager benteng, ech pintunya ditutup, digembok. Muter lagi, siapa tau ada pintu lain yang terbuka. Ternyata sama saja. Jadi kita balik ke pintu pertama. Ya sudahlah, cukup motret-motret dari luar saja.
Tiba-tiba .... lho, mas Agni kok sudah ada halaman luar benteng – loncat dari mana? Di halaman benteng sedang ada orang babat-babat rumput dan mas Agni ’wawan rembug’ dengan pak rumput. Tak lama kemudian orang itu menghampiri pager benteng dengan membawa kunci. Mbak Titin bilang
Ternyata didalam benteng tidak ada bangunannya, hanya berupa lapangan kosong yang dikelilingi benteng/dinding tebel dan ada 2 pohon beringin di tengah-tengahnya. Dulunya ada bangunannya gak ya.? Menurut pak rumput, tempat ini pernah dipakai oleh ABRI/TNI, tapi sudah diserahkan kembali ke .... (sapa ya, aku kok lupa).
Tujuan selanjutnya adalah kampung batik Kauman. Pak Sigit membawa kami ke batik Gunawan. Wuah, ternyata penuh, ada dua rombongan dari Jakarta. Kita nunggu sebentar dan baru masuk kemudian. Menurut pak Sigit, biasanya yang punya akan meng-guide para tamu, tapi karena sedang ada rapat, jadi tamu-tamu dibiarkan ’keluyuran’ sesukanya..... J
Lanjut ke kampung batik Laweyan. Pak Sigit bilang ada 2 Laweyan, satu disebelah sana dan satu lagi disebelah sini J Kampung batik Laweyan menurut-ku daerahnya bersih, adem dan tentrem. Kami dibawa pak Sigit ke batik Mahkota. (Sebetulnya kepenginnya ke batik Mustika, tapi mbak Nana, yang punya batik Mustika sedang ada di Jakarta.) Di batik Mahkota ini cuma bisa beli kain dan sarung atau bahan. Kalau baju-baju gak ada yang muat L Ukuran XL-nya pun kecil... Disini juga ada ruangan untuk display barang-barang kuno, barang-barang aku kecil. Ada baki kuno, koper kuno, box bayi jaman dulu. Yang punya menemani kita sambil memamerkan koleksi kwitansi-kwitansi kuno, order kuno... yang ditempel di album khusus.
Meninggalkan Laweyan dengan perut lapar, karena memang sudah waktunya makan siang. Kami meluncur ke Warung Pecel Solo di Jl. Dr. Supomo. Keliatannya semua enak, rasanya pengin ngicip semuanya. Tak mungkin kan? L Jadi aku pesen pecel, mi goreng, terik daging, tempe goreng – minumnya wedang asem. Sueger rek!
Habis makan lanjut ke Danar Hadi. Nah, disini ada baju ukuranku. Malahan yang ukuran L serasa XL J Tapi ya hanya satu model saja yang ada ukuranku. Yang lain ukuran besarnya habis L
Nah, kalau ke Solo gak mampir dan makan/minum es krim Tentrem, itu gak afdol. Jadi kami menuju kesana. Biar hati tentram dan dingin J Tidak terasa sudah jam 3pm. Rasanya capek, karena udara kota Solo puanas sekaliiii. So, dari es krim Tentrem kami kembali ke hotel untuk istirahat.
Lagi enaknya lèyèh-lèyèh sambil nonton tv ada geledeg keras sekali, sampai aku njondil. Lho, ternyata diluar hujan deresssss. Dan ternyata malamnya pak Sigit cerita bahwa, ada badai dan hujan es. Sampai ada beberapa pohon tumbang dan papan reklame yang roboh. Katanya ada mobil yang ketiban pohon di daerah ngGladag. Weleh, weleh. Kami keluar dari hotel jam 6
Setelah makan meluncur ke daerah Solo baru untuk menengok adik mami mertua yang tinggal di sana. Kami bertamu sampai jam 8
tempat ini keren skali, Maaam!!
ReplyDeletewiihh.. aku ngilerrrr
ReplyDeletehayooo.. bu'de, lagi ngawasin papa ku makan apa ya? haha, salah makan dikit pincang.. hehehe
ReplyDeletemasih ada yang ngamen nembang jawa di depannya ? makan di situ wahyudi sampe merem melek kenikmatan. ya nikmat makanannya, nikmat suasananya, nikmat dengerin tembangnya :D
ReplyDeletemasih Ir. aku motret kok. habis motret baru kasih saweran ... :D
ReplyDeleteiya dik, papah-mu selain makan pecel, juga makan kembang melati .... :D
ReplyDeleteiya nih Dik.... tahukan, kalau papah-mu selain dahar pecel juga dahar kembang melati.
ReplyDeletekalau mau masuk ke sini ... ingat!!! - cari pak Carolus... :D
ReplyDeleteAku bisa membayangkan semuanya karena aku pernah ke tempat2 itu, sangat menyenangkan, kangeeeeeeeeeeeeen
ReplyDeleteGak ke Museum Danar Hadi Mam?
ReplyDeleteWah aku naksir banget sama pendopo kuno/rumah besarnya....
:-)
udah 3x ke museumnya. kemarin ke danar hadi yang di jl. .... apa ya, aku lupa :P
ReplyDelete