April 22, 2010 – Amsterdam – Koebenhavn (Copenhagen) – Night train
Ticket and Reservation:
CNL-40447, Coach 201, Bed Nos. 11-15 – 19:01/10:06
Setelah beristirahat selama 9 malam 10 hari di Delft, kami meneruskan perjalanan ke Scandinavia, untuk bergabung dengan tour ‘FOCUS ON SCANDINAVIA”. Dari Amsterdam ke Copenhagen kami naik CNL (City Night Line) dan masih menggunakan fasilitas Eurailpass ‘Point to Point’. Tahun 2001 kami pernah naik night train dari Geneva ke Lourdes. Waktu itu rasanya ‘stress’, karena Lourdes bukan tujuan akhir kereta, jadi hati kami tidak tenteram, takut ‘kebablasan’. Kali ini kami tidak stress, malahan ‘looking forward’, karena Koebenhavn adalah tujuan akhir kereta.
Kami meninggalkan Delft jam 16:54. Kira-kira satu jam perjalanan, sampailah kami di Amsterdam. Kami masih punya waktu satu jam. Sementara menunggu, mas Agni membeli bekal, karena ini perjalanan yang sangat puanjanggggg….. 15 jam. Kira-kira jam 18:45 ada rangkaian kereta CNL datang. Puanjangggg sekali. Gerbong-gerbong bertuliskan kota tujuan, misalnya: Warsaw, Berlin, Koebenhavn dll. Rangkaian panjang ini akan memendek sedikit demi sedikit, memisahkan diri. Kalau tidak salah ‘perpisahan’ rangkaian dilakukan di Dusseldorf dan Hamburg.
‘Kamar’ kami terletak di ujung, bersebelahan dengan toilet! Toiletnya bersih. Selain wastafel dan wc, ada tempat shower dengan air panas-dingin. Keuntungan dekat toilet, kalau perlu ke belakang dekat. Ruginya, agak sedikit terganggu dengan suara ‘flush’ dan orang ‘wira-wiri’.
Kamar kami sebetulnya diperuntukkan 3 orang, tapi yang dirubah menjadi tempat tidur hanya 2 saja, yang membuat kami yakin bahwa kamar itu hanya untuk kami berdua. Koper dua-duanya masuk kamar sehingga ruang gerak jadi sempit. Sebetulnya dibagian atas ada tempat koper khusus, tapi koper terlalu berat untuk diangkat keatas! Di pojok kiri ada semacam lemari. Curious, tak buka…. ternyata wastafel kecil yang diterangi 2 lampu neon kecil. Di rak kanan tergantung 2 handuk kecil, di rak kiri ada 2 gelas air putih. Oooo…. tempat gosok gigi dan cuci muka.
Petugas yang in-charge di gerbong meminta dan menyimpan ticket kami serta mencatat pilihan minuman untuk sarapan besok pagi. Oooo….., ternyata dikasih sarapan to, tiwas beli sangu banyak sekali. Setelah selesai catat mencatat, saya minta tolong agar tempat tidur bawah dilipat jadi tempat duduk dulu, nanti kalau sudah mau tidur baru dijadikan tempat tidur.
Kereta mulai bergerak. Pintu kamar kami buka, agar tidak merasa terkungkung diruangan yang sempit. Gordijn juga kami buka. Sekitar jam 8:30pm mas Agni naik untuk tidur. Saya duduk sendiri sambil melihat keluar. Setelah diluar betul-betul gelap, gordijn saya tutup. Sekitar jam 10-an saya keluar kamar, karena mendengar kamar sebelah sedang rapi-rapikan tempat tidur. Kebetulan petugas-in-charge ada disitu, jadi saya sekalian minta tolong untuk merubah tempat duduk menjadi tempat tidur. Tiduran sambil selimutan, anget, lama-lama tertidur juga. Sementara setiap kali kereta berhenti, saya terbangun dan buka gordijn sedikit, ngintip apa yang terjadi diluar.
Sebelum bell ‘wake-up call’ berbunyi, kami sudah bangun, sudah gosok gigi dan rapi-rapi diri dan tempat. Tak lama kemudian petugas-in-charge datang merubah tempat tidur menjadi tempat duduk; dan kemudian datang kembali membawa nampan berisi coffee and tea dan sarapan kami dalam box: baguette kecil isi ham, butter croissant, keju, butter, jam dan juice.
Sampai di Koebenhavn jam 10:06 pagi. Untung Koebenhavn train station tidak sedang di renovasi, jadi ada escalator. Pertama-tama yang kami cari sesampai di ‘lobby’ adalah tempat tukar uang. Di Denmark, walaupun termasuk EU, masih tetap mempertahankan DK – Danish Kronor. Setelah punya DK baru bisa beli local train ticket yang menuju Osterport, dimana hotel kami berada.
Comfort Osterport Hotel persis diseberang station kereta api, tinggal nyeberang jalan saja. Hotel ini tidak mempunyai lift, hanya tangga biasa. Kami check-in dan langsung dapat kamar. Kamar kami hampir diujung dan bersebelahan dengan jalan kereta api. Untungnya suara kereta tidak ‘mengganggu’ pendengaran. Setelah mandi, makan siang bekal yang tersisa, kami jalan-jalan keluar. Heran, perjalanan 15 jam, tapi gak terasa capek. Mungkin karena kami dua-dua bisa tidur nyenyak semalaman.
asyik mbak.
ReplyDeleteasyik d'Wil. biyen durung sempet ngrasake 'bima' :D
ReplyDelete