The Payangan Hideaway
Monday, June 23, 08
Bebas. Bener-bener bebas. Setelah ‘menyelam’ di Amuk Bay, kini saatnya ‘menyepi’. Kami akan menyepi 3 hari 2 malam di The Payangan Hideaway (TPH). Mobil operasional TPH menjemput kami di Hard Rock Hotel kira-kira jam 05:00pm. Sopirnya namanya mas Febri.
Nama ‘hideaway’ benar-benar cocok. Benar-benar tersembunyi dan jauh dari keramaian. Dari jalan raya Kintamani, kira-kira 2km masuk jalan pedesaan yang naik turun, melalui perkebunan pisang batu … dan siapa sangka, dibaliknya rimbunnya kebun pisang batu ada sebuah peristirahatan yang menyenangkan. Cocok sekali untuk honeymooners, mereka-mereka yang suka ketenangan, kesunyian, kedamaian dan alam.
Perjalanan dari Kuta ke Payangan kira-kira 1.5 jam. Sampai di Payangan sudah gelap, sudah jam 6:30pm. Di tempat parkir kami disambut pak satpam, tukang kebun dan Meri. Barang-barang kami dibawa oleh mereka menuruni tangga yang cukup banyak, dan mereka seolah-olah membawa barang yang ringan. Sampai di lobby kami disambut oleh ibu Ayu, pengurus villa, yang segera menghidangkan teh panas dan sepiring pisang goreng tabur gula halus. Wadhuh, nikmat sekali. Pisangnya ‘gempi’ dan manis asli. Ketika kami menyatakan akan segera ke kamar, bu Ayu menahan kami untuk sekalian makan malam sebelum masuk kamar. Nasi goreng istimewa, pakai telor ceplok, sosis, dan kerupuk. Enak.
Sesudah makan, bu Ayu, Meri dan tukang kebun mengantar kami ke kamar. Turun melewati tangga putar yang ada di kanan-kiri lobby, melewati kolam renang, turun lagi beberapa anak tangga, barulah sampai di villa Padma. Kami harus turun pelan-pelan. Walaupun sepanjang tangga turun dipasang lampu, tapi kami tetap ‘cenunukan’. Para pekerja TPH jalannya cepat sekali, mungkin sudah biasa naik turun ….
Kami sebetulnya memesan bungalow JEPUN, tapi oleh pemilik kami di beri PADMA, dengan harga yang sama dengan JEPUN! Yang paling aku sukai, kamar berlantai kayu Hampir separo dinding kamar adalah kaca. Apabila gordijn dibuka, bisa langsung menikmati pemandangan alam. Tempat tidur kingsize terletak ditengah-tengah, membelakangi ‘lorong’ menuju kamar mandi. Lemari untuk menaruh baju ada di lorong tersebut. Di kanan tempat tidur ada meja tulis, sedangkan di sebelah kiri sofa-bed, dan tv ada di depan tempat tidur.
Setelah beres-beres barang, kami mandi, tidur-tiduran sambil nonton tv, sambil mendengarkan suara concert alam - kodok yang bersahut-sahutan, sampai tertidur. Malam pertama di Payangan
Tuesday, June 24, 2008
Jam 5:30am – saat ‘terang tanah’, aku bangun, berdoa, minum air putih biar segar dan keluar kamar. Wuih, ternyata udara di luar lebih dingin daripada ‘udara’ kamar yang ber-ac. Matahari belum naik, baru mulai mengintip di celah-celah daun. Aku duduk di teras sambil menikmati suara burung yang menggantikan paduan suara kodok. Tenang sekali hati ini… Tak tahan hanya duduk saja, aku mengambil my beloved Kodak easyshare v-550 plus tripod. Photo sana-sini, photo ‘diri’. Aku bangunin mas Agni untuk ikut menikmati suasana, tapi katanya: “Nanti dulu ach, tunggu matahari naik dulu. Sinarnya belum bagus untuk photo.” Lho ….ya gak usah photo-photo dulu to. Yang penting menikmati ‘pagi yang indah sekali’ (lagunya Kus Plus). Ya sudah aku jalan-jalan sendiri ke bawah. Agak kebawah ada ‘rumah-rumahan kecil’. Ternyata itu adalah ‘outdoor lift’. Didalamnya ada 3 tiga tombol bulat hijau bertuliskan 1, 2, 3 yang menunjukkan lantai, serta tombol on-off. Pengin nyoba turun pakai lift tersebut, tapi agak ragu-ragu takut salah.
Eee… akhirnya mas Agni bangun juga dan nyusul turun dengan membawa camera. Belum jauh kami turun, bu Ayu panggil-panggil. Ternyata bu Ayu dan Meri turun membawa sarapan. Terpaksa aku kembali ke bungalow, sementara mas Agni tetap jalan turun. Sarapan pagi kami adalah: roti lapis telor dan keju, ditemani secangkir kopi Bali. Aku panggil mas Agni untuk sarapan, tapi mas Agni malah menyuruh aku turun. Bersama-sama bu Ayu aku turun pakai lift (jadi aku tau cara meng-operasi-kan). Sampai di bawah bu Ayu naik lagi, tapi segera mengirim lift kembali ke bawah …. Kira-kira 15 menit kemudian, kamipun naik untuk sarapan.
Sehabis sarapan, kami naik ke kolam renang, potret-potret, tidur-tiduran di balai bengong. Kami betul-betul menikmati hari yang tenangggggggg…………….. Sedang enak-enaknya santai, mas Gatot telpon menanyakan: “Sudah turun ke pura yang ada air sucinya belum? Deket kok. Turun terus, ikuti tangga batu sampai habis – puranya ada disitu, di pinggir sungai Ayung. Ambil airnya, katanya berkasiat sembuhkan segala penyakit.” OK – kami bersiap-siap turun.
Berjalan turun sampai di lift – turun pakai lift sampai di Cempaka bungalow – disambung jalan turun pelan-pelan. Anak tangga demi anak tangga kami lalui dan akhirnya sampailah kami dibawah, dipinggir sungai Ayung, ditempat pura kecil yang ada mata air suci-nya. Ternyata memang harus ke tempat ini. Tenang sekali tempatnya. Setelah mengambil air yang sejuk, bening dan bersih di mata air, kami duduk-duduk di balai bengong, cuci-cuci tangan, cuci-cuci muka – siapa tau jadi tambah muda hehehe … Nah, saatnya kembali keatas … untuk yang satu ini diperlukan kesabaran, ketekunan dan nafas yang panjang. Jalan pelan-pelan ke atas – berhenti – atur nafas – jalan lagi pelan-pelan, berhenti, atur nafas… terus… hingga sampai di lift … akhirnya sampai dikamar.
Jam 11:30 pak Febri datang. Siang ini kami akan ke pasar Ubud sekalian cari makan siang. Makan apa ya? Bebek Bengil sudah makan dua hari lalu bareng-bareng sama orang kantor. Aku mengusulkan makan di Warung Murni deket museum Le Majeure(?). Tapi pak Febri mengusulkan makan di nasi campur ayam Kadewatan yang terkenal enak. OK, akhirnya kami makan disitu. Ternyata memang enak, walaupun agak pedas.
Dengan perut kenyang kami meneruskan perjalanan ke pasar Ubud. Aku cari ‘telor lukis’ dari kayu. Ternyata, kayaknya, diseluruh pasar Ubud hanya ada satu toko yang menjualnya. Kalung dari kayu pun, yang jualan hanya satu tempat. Kami tidak lama di Ubud, karena kepengin menikmati sore hari di Payangan.
Sampai di TPH, aku tidak kepengin tidur. Jadi membawa buku, tidur-tiduran di balai bengong sambil minum kopi, sementara mas Agni molor. Sampai matahari hilang, aku baru masuk kamar. Mas Agni lagi download photo-photo ke laptop. Sekitar jam 7:00pm bu Ayu dan Meri membawa makan malam! Wouw, rasanya masih kenyang, tapi karena sudah disiapkan, kami makan juga: steak dada ayam, kentang goreng dan salad sayuran. Setelah makan aku mulai packing. Setelah semua rapi, baru aku mandi dan siap tidur sambil nonton tv.
Wednesday, June 25, 2008
Jam 7:00am kami sudah siap di lobby untuk sarapan. Pak Febri akan menjemput kami jam 8:00 untuk ke airport. Sarapan kami pagi ini adalah roti, scramble egg dan keju parut. Minumnya kopi Bali.
Jam 8:00 kurang sedikit, pak Febri datang. Setelah barang-barang dinaikkan ke mobil, kami meninggalkan TPH. Dalam perjalanan menuju airport, kami mampir di Celuk, ke toko oleh-oleh Putri Bali, beli kacang manis, kacang keju dan kacang asin. Jalanan mulai rame – penuh dengan bis-bis turis yang mau nonton barong di Batu Bulan dan naik ke Kintamani… musim liburan sekolah sih …..
Akhirnya…. Sampai di airport jam 09:30. Kami mengunakan jasa ‘executive check-in’ dan kemudian menunggu keberangkatan yang masih 2 jam di Padma lounge, yang ternyata pemiliknya adalah pemilik TPH juga ….
Tak ada delay – jadi kami sampai di Jakarta tepat waktu. Pulang – kembali ke rumah – dan kembali kerjaaaaaa………………….
Ber-rakit-rakit kehulu
Ber-renang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Kerja lagi - jalan-jalan lagi - kerja lagi - jalan-jalan lagi .....
oleh2 buat saya ada ga mbak ?$$% hehehehhe
ReplyDeletehehehehe.... kacangnya udah mlempem :D
ReplyDelete