Ta.... biar ada isi, ini tak critain waktu Tenik lan-jalan ke Manado ya. Panjang tapi, jangan bosen.... Jane ana photo-photone, tapi waktu tak paste kok gak metu ya? Wah gak ngerti carane aku ... hehehe.....
----------
JALAN-JALAN KE
Tanggal 9 s/d 12 September 2005 lalu, Antique dan Tenik pergi ke
Jumat,
Lion Air first flight ke
Pesawat berangkat tepat jam 6; dan ini adalah penerbangan langsung tanpa transit, dengan lama terbang kurang lebih 3 jam. Setelah melintasi Laut Jawa dan sebagian Kalimanta, Lion Air mendarat dengan mulus di Bandara Sam Ratulangi Manado tepat jam 10.
Di bandara kami sudah dijemput Michael yang punya gawe, lengkap dengan ‘anak buah’ Garuda yang akan membantu kami mengurus bagasi. Dengan demikian kami bisa langsung keluar. Bis pariwisata yang akan membawa kami ke pulau Lembeh [tujuan hari pertama] sudah stand-by. Nah, sambil nunggu barang-barang keluar, rombongan berphoto ria. Tak peduli matahari yang terik, yang penting … photo!!!! Ceprat-cepret dibawah sign ‘selamat datang di
Tujuan pertama kami adalah pulau Lembeh, yang terletak di seberang pelabuhan Bitung, atau di bagian selatan ‘kepala’ Sulawesi Utara. Di pulau ini, anak-anak akan belajar diving dan mereka adalah betul-betul para pemula. Perjalanan Bandara-Bitung ditempuh kurang lebih 45 menit. Selama perjalanan, kami dipandu oleh Martin, pengelola Sulawesi Dive Quest [SDQ] pulau Lembeh, yang ikut menjemput kami di Bandara. Sampailah kami di pelabuhan Bitung. Kapal kayu motor yang bertuliskan Sulawesi Dive Quest sudah menunggu. Kapalnya cukup besar. Katanya sih, bisa muat 40 orang. Barang-barang masuk kapal, orang-orang masuk kapal dan … kapal lapas tali … lapas landas menuju pulau Lembeh.
15 menit kemudian, kapal mendarat di pulau Lembeh. Tempat kapal berlabuh kira-kira 200 meter dari tempat penginapan SDQ. Karena saat itu air sedang surut, kapal tidak dapat merapat di depan penginapan. Untung sekali, para crew penginapan membantu membawakan barang-barang kami. Kalau tidak … berat
SDQ bukanlah sebuah tempat penginapan mewah. Sangat sederhana, tapi bersih dan pelayanannya bagus. Tidak ada AC, hanya ada fan. Kamar mandinya cukup bersih dan terang.
Saat itu 2 bungalow sudah terisi oleh 2 pasang tamu asing yang belajar diving, dari Jerman dan Perancis. Jadi, rombongan kami yang terdiri dari 20 orang mendapat 3 bungalows dan rumah panggung.
Setelah semua barang masuk kamar masing-masing, kami siap untuk menyantap makan siang. Sudah lapar sekali, karena sudah sedikit lewat waktu makan siang. Menu makan siangnya adalah: ikan bakar, ikan masak belanga [bumbu kuning], ayam rica, sayur … apa ya … dan sambal. Pencuci mulutnya semangka dan kelapa muda.
Ketika kami sedang makan Martin, pengelola merangkap guru diving, mengumumkan bahwa, kelas diving akan berangkat dari pulau Lembeh jam 15:00.
Jam
Sayang sekali, waktu belajar diving sore itu tidak terlalu banyak. Jelita dan Elly belum mendapat kesempatan terjun keair, tahu-tahu sudah mulai gelap dan sudah saatnya untuk kembali ke penginapan. Ya sudah. Masih ada hari esok dan masih ada pelajaran lagi. Kali ini kapal kami bisa mendarat tepat didepan penginapan, karena air sedang pasang. Tapi tetap saja, kami harus ‘ngrubyuk’ untuk sampai ditempat kering.
Sampailah di penginapan. Mandi ach. Ech, tengah-tengah mandi, showernya mati, alias air tandonnya habis… Terpaksa tunggu sampai air penuh kembali. Selesai mandi, tentu saja makan malam. Menu malam itu, seingat Tenik ada ikan dan ayam rica. Selain itu, crew penginapan menyiapkan pemanggangan. Ternyata yang dipanggang adalah ikan barakuda dan babi!!! Barakuda dimakan dengan sambal kecap dan dabu-dabu. Dagingnya lembut dan manis gurih. Mungkin karena ikannya masih benar-benar ‘fresh from the sea’. Sedangkan babinya adalah se-ekor, segelundung babi muda yang dibumbui bumbu khas
Ternyata udara pantai pulau Lembeh pada malam hari tidak panas, tapi sejuk, sehingga kipas angin dalam kamar, Tenik matikan. Angin semilir membuat mata bertambah ngantuk. Jendela Tenik tutup, pasang kelambu … dan tidur … Nyenyak sekaleee, sampai waktu Antique masuk kamar, Tenik tak terbangun sedikitpun. Tapi Tenik sempat terbangun menjelang pagi dan merasa kedinginan, sehingga terpaksa menarik sarung pantai sebagai selimut. Rasanya aneh, kedinginan di tepi pantai!!!
Sabtu,
Jam
Sarapan pagi siap jam
Setelah para divers berangkat, Anut segera bertindak sebagai ‘dukun kerok’. Rama dikerok, digosok, disuruh makan, minum obat dan disuruh tidur. Selesai menemani Rama sebentar, Tenik kembali ke kamar untuk packing, karena setelah makan siang akan check-out dari Lembeh. Setelah selesai packing, mandi. Habis mandi duduk-duduk di teras sambil baca buku. Angin semilir, cuaca agak mendung, kok lama-lama ngantuk juga ya. Jam
Makan siang selesai. Ari dan Michael mengurus pembayaran. Kami berpamitan ke semua crew penginapan dan kemudian berphoto bersama. Siap menyeberang ke Bitung. Kembali kami harus berjalan kaki menuju kapal, karena air surut. Sekali lagi untung, semua barang-barang kami dibawakan oleh crew penginapan.
Naik, naik kapal … ech … turun lagi … kami naik kapal yang salah … heheheh… lapas tali … berlayar menuju pelabuhan Bitung. Sampai di pelabuhan, bis pariwisata yang akan membawa kami ‘berwisata Minahasa’ sudah stand-by. Kami berangkat kira-kira jam
Stop Press – di Airmadidi kami berhenti sebentar di pinggir, untuk mengambil ‘stock’ makanan dari temannya Anut, yang adalah dodol yang banyak kenarinya, kue-ku yang merah menyala, dan nasi jaha. Nasi jaha adalah kue yang dibuat dari ketan seperti lemper, tapi tidak ada isinya, dibungkus dengan daun semacam daun pisang, rasanya gurih. Wadhuh, lumayan buat sangu perjalanan Minahasa.
Perjalanan keliling Minahasa ini melelahkan. Kami berangkat dari Bitung sudah terlalu siang dan sempat berhenti sebentar setelah kira-kira hampir 3 jam perjalanan, sebelum sampai di danau Tondano. Kesempatan ini digunakan oleh teman-teman yang sudah ‘ngebet’ ke ‘rest-room’. Perjalanan diteruskan keliling danau Tondano. Bis sama sekali tidak berhenti di pinggir danau. Terus dan terus berjalan mengejar waktu, agar tidak terlalu malam sampai di Tinoor.
Meninggalkan daerah Danau Tondano, bis terus berjalan ke Bukit Kasih. Sampai di Bukit Kasih menjelang magrib, sudah mulai gelap. Bukit Kasih adalah suatu perbukitan, yang diresmikan pada tahun 2004, dicanangkan sebagai lambang kerukunan beragama. Di sini ada sebuah tugu bersisi 5. Masing-masing sisi ada lambang 5 agama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Diatas bukit terlihat 2 buah salib. Yang dibawah agak lebih kecil daripada yang diatas. Untuk menuju ke salib tersebut, sudah ada tangga berpagar. Beberapa teman tetap nekat naik walaupun sudah remang-remang. Selain itu, tempat ini memunyai sumber air panas/belerang dan bau belerangnya cukup tercium. Tepat di depan tugu, ada tangga yang menuju ‘plaza’. Just ordinary tangga dari batu. Cobalah duduk atau berdiri disitu, pantat dan/atau telapak kaki kita akan terasa hangat. Kalau tidak salah, tangga ini didirikan di atas ‘panas bumi’.
Ketika tiba di Bukit Kasih tadi, bis kami langsung ‘diserbu’ para pedangang souvenir. Sebetulnya para pedagang itu sudah mau pulang. Ketika mereka melihat bis rombongan kami, mereka kembali dan menawarkan dagangan mereka kepada kami.
Setelah kira-kira setengah jam di Bukit Kasih, kami siap meneruskan perjalanan. Tapi, kemana Martin dan Pak Is ya? Yah, terpaksalah 3 perempuan [termasuk Tenik] berinisiatif ‘koor’ untuk memanggil Martin…
Perjalanan menuju Tinoor jadi kurang menyenangkan, karena sudah gelap, sehingga pemandangan sepanjang perjalanan tidak bisa terlihat. Sayang sekali, ketika lewat
Akhirnya sampai juga di Tinoor, tepatnya di hotel MAKATEMBO, tepat jam
Selesai makan, kembali ke hotel. Semua segera mandi dan cepat-cepat tidur, karena hari minggu besok harus bangun pagi-pagi dan harus sampai di gereja jam 7 pagi. Tapi, ketika semuanya sudah siap-siap tidur, tiba-tiba lampu mati … Wadhuh, siapa itu yang teriak-teriak? Paling keras sepertinya suara Cici deh. Untung lampu mati hanya sebentar. Ketika semua tidur, Tenik ‘klisikan’ gak bisa tidur sampai menjelang pagi …… gak tau kenapa.
Minggu,
Jam
Jam
Kebaktian mulai tepat jam
Akhirnya kebaktian selesai juga. Setelah bersalam-salaman, kami berphoto ria di seputaran gereja. Setelah ini kami akan ke Meras, untuk makan siang bersama kel. Sahuleka. Jadi, kami harus berganti baju resmi menjadi baju casual. Caranya… ganti dalam bis. Gordijn bis ditutup … voila … jadilah kamar ganti. Di tempat ini kami berpisah dengan Lola, yang akan pulang ke
Udara siang itu panas sekali dan kami akan melakukan perjalanan ke Meras, yang menurut pak sopir, akan ditempuh kira-kira 1 jam. Wah, kami semua sudah lapar. Ketika melintas di
Tiba-tiba, lho, apa yang terjadi dengan Ari? Ternyata Ari, yang sudah dari tadi merasa pusing, merasa bertambah pusing dan mual. Jadi, pada kesempatan turun ke ATM ini, Ari ‘menyempatkan diri mengeluarkan isi perutnya. Masuk angin ya Ri? Telat makan, kurang tidur, capek dan tegang mengurus rombongan ya? Kasihan Ari. Ayo Ri, tahan, sebentar lagi sampai Meras kok … Ayo Anut, kerok Ari, biar agak lega-an.
Perjalanan dilanjutkan. Perut sudah semakin lapar. Sudah hampir 1 jam kok gak sampai-sampai sich? Ech, ternyata pak sopir salah jalan. Dia pikir rombongan ini mau ke Hotel Santika dulu baru ke Meras. Sudah separo jalan lebih, pak sopirnya baru sadar! Yah, putar balik lah. Perjalanan yang harusnya hanya 1 jam, jadi hampir 2 jam!!!!
Akhirnya … sampai juga di Mamre Green Hill, Meras. Pemandangan di sini indah. Jauh dibawah terhampar teluk
Saat kami tiba, kebaktian pengucapan syukur sudah hampir selesai, jadi tinggal acara makan siang saja. Menunya? Wah, banyak sekaleee dan enak-enak.
Kita udah selesai makan Kok Ima sama Jemma belum kelihatan ya? Ternyata ada berita kalau mobil mereka diserempet motor. Jadi, dikirim lagi mobil lain. Syukurlah, tidak ada korban manusia hanya mobilnya saja yang penyok.
Kira-kira menjelang jam
Akhirnya kami semua berdiri untuk pamit. Sambil pamitan, sambil photo-photo. Dasar!!! Rasanya pengin segera sampai di hotel, pengin mandi, badan rasanya sudah lengket. Untunglah, Hotel Santika hanya 7 menit bermobil dari Mamre Green Hill. Sesampai di hotel, pembagian kamar, masuk kamar. Yang dilakukan Antique sesampai di kamar adalah mandi.
Setelah mandi, Antique & Tenik berjalan-jalan disekitar hotel, melihat-lihat bungalow, kolam renangnya, dan kemudian ke dermaga hotel. Ternyata sudah ada beberapa teman yang sudah mendahului ke pantai… tentu saja mereka tak melupakan camera. Matahari saat itu masih ada dan sinarnya masih bagus untuk ambil-mengambil photo. So, ceprat-cepret di dermaga dengan segala
Menjelang magrib kami semua balik ke hotel. Beberapa orang yaitu, Shinta, Santi, Cici, Esther, Anut, Tenik, Fretty, Rani … sapa lagi ya? … langsung berenang. Airnya anget. Wadhuh, Tenik sudah 2 tahun gak berenang. Rasanya kurang ‘pd’. Mana kolamnya ‘dalem’ lagi, kaki ini tidak bisa menjejak dasar kolam!!!! Tapi lumayanlah, bisa jarak-jarak pendek. Ketika sedang berenang, Imma datang dan mendaftar makanan apa yang kami inginkan untuk makan malam. Yah, kami berenang sampai kira-kira jam
Selesai mandi, kami duduk-duduk di lobby, sambil menunggu makan malam siap. Kegiatan apa saja sich, yang ada di lobby? Oooo… ada yang main billiard, ada yang main ‘sepakbola’, ada yang liat F-1 di TV, ada yang duduk-duduk saja sambil mendengarkan kolintang… lho … Antique ikut main ya!
Jam
Semua sudah capek. Jadi setelah makan malam, dengan manisnya semua masuk kamar masing-masing untuk tidur. Lagi pula, besok jam 7 pagi akan ke Bunaken.
Senin,
Rombongan yang akan ke Bunaken sudah berkumpul di lobby jam
Tidak semua ikut berlayar.
Ketika rombongan sudah berangkat, kami ber-5 balik ke hotel dan sarapan pagi sambil ngobrol kesana-kemari. Kami baru beranjak balik ke kamar, ketika rombongan sudah kembali dari Bunaken. Tenik mandi dan siap-siap packing, karena jam 12 harus sudah check-out dari hotel.
Jam
Sampailah di Bandara. Semua ticket sudah di-check-in-kan, tinggal check-in bagasi. Kok Leidyan gak dateng-dateng ya? Sebagai kepala rombongan, Ari sempet panik. Yah, tunggu aja di ruang tunggu … sekalian cari makan siang. Makanan di restaurant bandara ini tidak ada yang enak. Apa boleh buat, dari pada masuk angin, ya dimakan aja.
Pesawat yang seharusnya terbang jam
Akhirnya, perjalanan berakhir di
Inilah kisah perjalanan
Ten! Seru bangeett! Asik banget ya, aku pengen lagi ke Manado.. hueee.. Dulu waktu ke sana sebenernya nemenin ibu conference, tapi akunya sempet snorkelling, rafting dan kemping ke hutan segala.. hehe..
ReplyDeleteFoto2 dipasang di bagian Photos saja Ten, kan ada banyak toh? (pengen lihaaat). Kalau utk di jurnal ini, klik "pasang foto" (maksimal tiga), pasti bisa. Ayo Ten ayoayooo :)
sesuk ya Ta. Tak download ke flashdisk dulu. akeh tenan photone ....
ReplyDeleteasik asik.. ditungguuuu :)
ReplyDelete