Orang dan Kota
Orang sepuh dalam photo ini namanya bapak Agus Tjugianto, lahir di Wonosobo (1940), dibesarkan di Wonosobo, dan sampai sekarang tinggal di Wonosobo. Tentu saja Pak Agus merupakan ‘resource person’ yang amat sangat paham tentang Wonosobo dan tempat-tempat
wisata disekitarnya, terbukti dari beberapa ‘award’ yang diterimanya: 1999 ‘Wonosobo Tourism Figure Award; 2002 ‘Indonesian Tourism Masterpiece Award’, serta buku berjudul ‘Dieng Plateau’ yang ditulisnya.
Kira-kira 55 tahun lalu, saya pernah tinggal di Wonosobo. Ketika itu Bapak saya dipindah kerja dari Purworejo ke Wonosobo, dan kala itu umur saya belum setahun. Keluarga saya menetap di Wonosobo sekitar 4 tahunan, sebelum pindah ke Salatiga sekitar tahun ’57/’58. Nah, ketika pak Agus menjadi ‘tour guide’ rombongan kami di alun-alun Wonosobo, saya berbincang dengan Pak Agus.
“Pak Agus, saya pernah menjadi penduduk Wonosobo, sekitar tahun ’53 s/d ’57, ketika bapak saya berdinas sebagai kepala SGB-N.”
Pak Agus: “Sebentar ….. boleh saya tahu nama bapaknya siapa ya?”
Saya sebutkan nama …….
Pak Agus: “Oooo tentu saja saya tahu. Anda putrinya?”
Saya: ‘Iya, saya anak bungsu.”
Pak Agus: “Mbakyu Anda yang paling besar siapa namanya?”
Saya: “Endang Retnowati.”
Pak Agus: “Itu teman saya SMP – lha itu sekolahannya.” (sambil menunjuk SMP yang ada di sebelah kirinya)
Hehehehe, ampyun…. ternyata dunia sempit, dan ternyata orang ‘djadoel’ masih mengenal dan mengingat orang ‘djadoel’ juga… Sekarang mbakyu saya sudah almarhum. Coba masih hidup, akan saya ajak berkunjung ke Wonosobo untuk ber-reuni dengan teman masa kecilnya.
Rumah Djadoel
Berkat pak Agus, rombongan kami diperbolehkan masuk ke Kabupaten, walaupun hanya dari luarnya saja. Bangunan aslinya masih tetap ada dan masih seperti dulu. Hanya di depannya sekarang ada pendopo baru. Menurut pak Agus, pendopo yang asli sudah hancur kena bomb sekitar tahun 1913. Terus pendopo yang sekarang adalah pendopo baru yang dibangun sekitar tahun 2000. Kayaknya Bapak saya punya photo-photo bangunan lama deh, ketika dulu sering di undang Bupati saat itu, Pak Sangidi, untuk ‘minum teh’ atau acara-acara resmi lainnya. Nanti kalau ke Salatiga akan saya cari ach.
Memisahkan dari rombongan yang masih berkeliling alun-alun, saya ‘mengunjungi’ rumah djadoel-ku di Jl. Mesjid No. 3. Ditemani mas Agung, kami berjalan mencari alamat tersebut dan ketemu. Tapi kok lain ya. Perasaan halamannya dulu ‘jembar’ kok sekarang mepet sekali ke jalan besar, rumahnya lebar kok sekarang kecil amat. Saya kurang yakin …. Sebelah kanan rumah yang dulunya kantor penerangan kok jadi toko kecil …. Gak mungkin ach. Tapi jelas-jelas rumah itu Jl. Mesjid No. 3!
Untuk menyakinkan, saya menelpon mbakyu saya, mbak Tatik, katanya: “Ketemu tukang photo Dahlan gak? Sebelah kirinya itu bekas kantor penerangan. Lha kirinya kantor penerangan itu rumah kita dulu. Sekarang sudah jadi bank.” Bener kan saya salah mengunjungi ‘rumah djadoel’-ku. Tentu saja salah, lha wong sekarang nama jalannya berubah jadi Jl. Pemuda. ‘Rumah djadoel’-ku sekarang jadi bank. Ini yang betul, halamannya luas. Menurut mbak Tatik, yang berkunjung 2 tahun lalu, bangunan aslinya masih ada dan masih sama persis seperti waktu kami kecil. Tapi sudah ‘ketutupan’ bangunan bank yang baru.
Yaaaa, mau balik lagi males ach ….. Suatu kali saya akan ke Wonosobo lagi, saya mau minta ijin satpam bank untuk masuk melihat rumah ‘djadoel’-ku……
wonosobo, 12 july 2009