Lagi iseng menunggu susutnya keringat setelah nyapu dan ngepel….. Lagi memikirkan kata-kata ‘tinggal’ yang berawalan di- dan me-: ‘di-tinggal’ – ‘di-tinggal-kan’ – dan – ‘meninggalkan’ – terus di-othak-athik sesuka daku
‘ditinggal’ pergi – gak enak ach. Apalagi kalau ‘pergi untuk selamanya’. Lha wong ditinggal sebentar saja gak enak kok.
‘ditinggal’ kawin – berarti patah hati, sakit hati ….
‘ditinggal’ sendirian – jadi sepi, gak ada yang diajak ngomong, bengong
Masih banyak lagi lah ……
‘meninggalkan’ rumah – untuk vacation, belanja, lan-jalan …. Enak kan. (Kalau ‘meninggalkan’ rumah tanpa pamit – itu namanya ‘minggat’.)
‘meninggalkan’ pekerjaan – ini pasti mbolos = seneng-seneng
Berkali-kali mengalami ‘ditinggalkan’ rasanya sedih. Ditinggalkan boss yang baik, ditinggalkan teman sekerja karena pensiun atau pindah kerja….. gak enak deh, walaupun masih bisa teleponan ataupun ketemuan.
Kayaknya jadi enakkan ‘meninggalkan’. ‘Meninggalkan’ pekerjaan lama dan pindah ke pekerjaan baru ada suatu rasa enjoy karena bisa lepas dari ‘mulut buaya’ walaupun kemudian masuk kedalam ‘mulut singa’. Tapi meninggalkan pekerjaan karena memang harus ditinggalkan ternyata sangat menyenangkan. Serasa ada kehidupan baru ….
Tapi ‘meninggalkan’ yang tidak menyenangkan aku rasakan minggu-minggu ini, ketika harus meninggalkan TA menuju CI. Aku ditangisi tetanggaku sambil matanya berkaca-kaca: ‘aku kok sedih liat mbak ninik pergi’. Dia berkaca-kaca, aku jadi ikut berkaca-kaca juga. Inilah ‘meninggalkan’ yang tidak enak. Meninggalkan tetangga yang baik, meninggalkan rumah yang menyimpan buanyak kenangan….
Kesimpulannya: dari keduanya aku lebih memilih me- dari pada di- ….. hehehehe…..