Kehendak-MU jadilah
Mb’End,
Mas dan adik-adik-mu kaget
Ketika dengar bahwa kamu masuk rumah sakit tanggal 7 Februari 07 lalu
Bukan karena penyakit asma yang menjadi ‘milikmu’
Tapi karena kerasnya obat osteo-artristis(?)
Yang akhirnya mengganggu ‘maag’-mu
Yang membuat kamu sulit untuk makan maupun minum
Yang membuat kamu dehidrasi sehingga mengganggu syarafmu
Lebih mengejutkan lagi ketika mbak Djoe cerita
Ketika dia menjengukmu
Mb’End sama sekali tidak mengenali mbak Djoe
Juga tidak mengenali Dhidhut, Devi, maupun Rully, anak-anak-mu sendiri
Bahkan namamu sendiri, kamu tidak ingat lagi!
Ini membuat mas Kardjo, suamimu sangat sedih dan terpukul
Seminggu kemudian kamu harus masuk ICU
Kabarnya, karena kamu kekurangan oksigen - jadi perlu ruang isolasi
Menjauhkanmu dari orang-orang yang menjengukmu
Yang begitu banyak, mereka yang menyayangimu
Sehingga dokter Laksmi bilang:
‘keluarga ini memang susah diatur’
Hari Sabtu, 16 Februari 07
Butetet dan aku terbang pagi ke Yogya
Dan kami langsung ke RS Bethesda dimana kamu dirawat
Kamu masih di ruang ICU
Kami bisa masuk ruangan setelah mendapatkan ijin khusus
Ooo Mb’End, banyak sekali selang ditubuhmu
Ada 2 selang infuse, selang sonde, kateter dan suntik
Ada alat ukur temperature dan tekanan
Oh - syaraf mata kanan-mu sudah terganggu
Tapi kamu masih bisa melihat dengan yang kiri
Butetet memanggil namamu:
‘Mb’End, iki Tatik karo Ninik tilik’
Kamu bereaksi – menggumankan sesuatu, tapi tak jelas
Dan kamu berusaha bangun
Tapi tak mungkin, karena kedua tangan & kakimu diikat
Agar Mb’End tidak melepas selang-selang
Yang bergelantungan disekelilingmu
Mb’End,
Sedih melihat keadaanmu seperti itu, tapi kami masih berharap
Kamu akan menjadi lebih baik, bisa sadar kembali
Bisa pulang kerumah dan berkomunikasi dengan semua
Walaupun kamu nantinya harus selalu berkursi roda
Minggu siang, 18 Februari – kabar gembira
Kamu bisa dipindah ke ruang rawat biasa, Puji TUHAN
Artinya: kami bisa berdekatan dan berinteraksi denganmu
Jam 20:15 – kamu masuk kamar 309
Butetet dan aku mencoba berbicara denganmu
Dan bisa membuatmu tertawa
Tapi hatiku sedih, melihat mas Kardjo, suamimu
Dia berdiri dipojok, aku lihat dia menangisimu, Mb’End
Kami tak bisa lama menunggui-mu, Mb’End
Kami harus kembali ke hotel
Besok pagi-pagi kami akan kembali ke Jakarta
Esok hari, Senin, 19 Februari – sebelum meninggalkan hotel
Aku menelpon, dik Ning, adik iparmu
Katanya, semalam kamu tidurnya gelisah
Menjelang pagi hari baru kamu bisa tidur
Sore hari di Jakarta, aku mendapat SMS dari dik Ning
‘Mbak Endang harus masuk ICU lagi, nafasnya berat’
Ya ampun …. ke ICU lagi
Menjelang malam aku menelpon mas Kardjo, suamimu
Ini jawabannya:
‘Karena nafasnya berat, dokter minta ijin memasang ventilator
Anak-anak tadi sudah tak telpon minta persetujuan
Mereka sudah setuju semua.
Paru-parunya lemah sekali, dan alat adanya hanya di ICU’
Keputusan yang paling tepat untukmu, Mb’End
Kami berharap sedikit demi sedikit
Paru-parumu dapat kembali bekerja sendiri
Tanpa bantuan alat ini
Hari Jumat pagi, 23 Februari – Rully, anakmu, mengabarkan
‘Ketergantungan Mama pada ventilator tinggal 10% saja.
Doakan cepet membaik ya Ten’
Tentu saja Rul, kami semua selalu berdoa untuk-mu mbak Endang
Kabar gembira ini, aku sebarkan ke mas-mas dan mbak-mbak
Semuanya mengucap syukur atas hal ini
Sabtu, 24 Feb 07 – handphone aku nyalakan sekitar jam 7:00
*cring* - ada sms dari Restu, menantumu:
‘Dari Dhidhut: - Pagi ini jam 6:45, dokter Hendra panggil saya.
Tekanan darah mama turun drastis, sehingga kesadarannya hilang.
Contact yang kemarin mama bisa, sekarang hilang juga.
Mohon doanya’
Aku segera mem-forward SMS ke mas-mas dan mbak-mbak
*Dheg* … tekanan darah turun – kesadaran hilang
TUHAN, apa yang akan terjadi dengan mbakyuku
Apakah ini waktu-MU?
Jam 8:30 - Mas Agni dan aku berangkat ke gereja untuk suatu acara
Belum sampai di gereja
Handphone-ku berdering – Butetet menelpon
‘Nik, mbak Endang wis ora ana mau jam 9:15’
Aku lemas – aku bengong – dan aku nangis
Aku kehilangan mbakyuku yang cerewet tapi penuh perhatian
Aku kehilangan saudara kandungku
TUHAN, ternyata harapan dan kehendak kami
Tidak sama dengan kehendak-MU
Kami lupa untuk berserah
Kami hanya menginginkan kemauan kami sendiri
Kami lupa untuk mengingat dan mengatakan:
‘Kehendak-MU saja jadilah’
©©©©©
Minggu pagi, 25 Feb 07
Mb’End, diruang tengah rumahmu, mereka membaringkanmu
Dalam tidur panjang-mu
Tak ada lagi rasa sakit yang kau rasakan
Tak ada lagi kesesakan
Wajahmu damai, damai dan tersenyum
Mb’End, engkau telah bertemu dengan TUHAN
Bertemu dengan Bapak dan Ibu
Tugasmu di dunia:
mendampingi suami dan anak-anak-mu usai sudah
Kini engkau damai disamping Bapa Surgawi
Selamat jalan mbak
Saudaramu yang masih tersisa ini
Akan terus berkarya bersama-NYA
Sampai saat kami masing-masing pun tiba
Selamat jalan mbak
Kami kehilangan – tapi ini adalah yang terbaik
Yang TUHAN telah pilihkan bagi-mu
Bagi keluargamu, bagi kami saudara-saudaramu
Dalam guyuran hujan deras kami beriringan
Mengantarkan jasadmu ke tempat pembaringanmu terakhir
Jauh disana, di Gunungsumpu, Bantul
Selamat jalan mbak
Kami mengasihi dan mencintaimu
Dan kamu akan tetap ada di hati kami
Dengan segala kenangan yang pernah kita rajut bersama
Sewaktu aku kecil, sampai aku menjadi tua
SELAMAT JALAN MBAKYUKU