Senin, 4 September 2006
08:45 – di kantor
Riiiiiinnnnnggggggggggg
Indah : Mbak Nur, ada telepon dari rumah ……
Nur : Apa Nduk?
Nduk : Bu, ada orang mau minta daun cincau
Nur : Ya situ, boleh. Tapi ‘maprasnya’ [motongnya] yang rapi ya.
Nduk : Iya Bu
17:30 – turun dari taxi di depan rumah
Nur melihat tumpukan kayu cincau dan daun-daun salam koja, diikat dan ditumpuk di depan ‘regol’ [pintu pagar]. Nur menengadah keatas dan ……
Nur : Ya ampun, ya ampun, ya ampun……. lha kok pohon cincauku habis …. gimana sih orang itu, minta daun kok dipotong habis semuanya …. L
Nduk : Iya Bu, tadi Yuli tinggal nyuci, terus waktu Yuli ke depan sudah habis semua seperti ini.
Nur : Ya ampun nduk, nduk – kenapa gak ditungguin sih. Pasti kamu tadi salah ngomong. Ya ampun ….. wah jan, mbok pikiran kamu itu dipakai to nduk, nduk. Ibu
Nduk : Tadi malah orangnya mau nebang pohonnya, tapi saya bilang jangan, dipapras saja.
Nur : Lha kok kamu gak nungguin itu lho.
Kepenginnya pulang kantor itu tanpa masalah. Ech, lha kok pembantuku bikin masalah. Katanya lulusan SMP, SMP desa = SD … yach sabar, sabar …. yang penting jujur ….. Tapi kalau pas bodonya ‘kumat’, sebel juga lah.
Sebel tak bawa senam biar ilang. Ech, pulang dari senam, sampai rumah liat onggokan daun dan batang, mangkel lagi…. sampai mas Agni pulang. Komentar mas Agni: ‘