Tuesday, March 23, 2010

naik kereta api, tut-tut-tut.... siapa hendak turut

Pertama kali ke luar negeri adalah ke Belanda 22 tahun lalu.  Pergi sendiri, karena mau nyusul suami yang lagi belajar di Delft…..  deg-deg-an juga sih, secara aku ini penakut.….  Waktu itu musim panas di Belanda, tapi mas Agni pesan untuk bawa baju yang cukup hangat, karena cuaca Belanda masih cukup dingin untuk ukuran negara tropis.  Sepertinya semua lancar.  ‘Belahan jiwaku’ akan menjemputku di Schipol, …… ziiiinnnngggggg…… terbanglah garudaku (naik Garuda).

 

Setelah mas Agni wisuda, kami ikut local tour ke Paris dan London, naik tour bus.  Karena tour itu untuk orang Belanda,  guide-nya ya pakai bahasa Belanda lah.  Ya kami plonga-plongo saja, mati gaya .  Yang penting menikmati pemandangan dan photo-photo.  Total stay di Belanda 1.5 bulan – dari pertengahan Agustus sampai akhir September 1988.

 

9 tahun lalu (2001) kembali kami berkunjung ke Belanda lagi dari tanggal 19 April s/d 17 Mei.  Berlibur  sekalian nengok Tita-Sybrant-Dhanu.  Waktu itu spring, jadi masih perlu baju hangat dan jacket tebal….. sampai di Amsterdam, suhu menunjukkan 16°C.  Brrrrrrrrr…….  Persis tanggal 1 Mei, kami meninggalkan Amsterdam untuk memulai lan-jalan kami dengan menggunakan kereta (Eurailpass).  Karena kami akan berpindah-pindah tempat, koper besar kami titipkan di Tita.  Kami hanya membawa 2 buah koper kecil, 1 backpack dan 1 tas ‘cangklong’.  Hotel-hotel pun kami pilih yang walking distance dari train station.

 

Dari Amsterdam kami ke Frankfurt, menginap 3 hari 2 malam (May 1-3).  Lanjut ke Geneva, juga sama, 3 hari 2 malam (May 3-5).  Kemudian ke Zermatt, yang terletak di salah satu lembah pegunungan Alpen.  Di sini kami menginap 4 hari 3 malam (May 5-8).  Pindah lagi ke Lourdes naik kereta api malam dari Geneva.  Sampai di Lourdes pagi-pagi sekitar jam 6.  Meninggalkan Lourdes tanggal 10 ke Paris dan tanggal 13 balik ke Amsterdam.  Walaupun harus pindah-pindah, kami senang, karena kereta di Eropa bagus-bagus dan berrrrrssssiiiihhh.  Dari Paris ke Amsterdam, kami naik kereta ‘Thalys’ yang waktu itu masih terbilang baru…… weiizzzzz, gak ada suaranya dan kuenceng.

 

Tahun ini, 2010, kami kembali akan menikmati perjalanan dengan Eurailpass.  Berawal dengan ketertarikan kami akan sebuah trip ‘Imperial Splendour’ yang ditawarkan oleh ‘Globus’, kami mendaftar sesuai schedule mereka.  Ternyata pada tanggal yang kami pilih tertulis ‘tour not available’…  Ya udah lah, kami bikin trip sendiri aza, sesuai schedule mereka.  So, kami putuskan untuk pakai Eurailpass route Munich-Prague-Budapest-Vienna-Salzburg.  Kemudian dari Salzburg pindah ke Delft, tentu saja pakai kereta.  Kami akan berada di Delft selama 9 hari, bernostalgia dan ‘nyuci baju-baju kotor’.  Dari Delft kami akan naik kereta ke Denmark untuk bergabung dengan tour namanya ‘Focus on Scandinavia’ yang diselenggarakan oleh ‘Cosmos’ (kayak merek tempat beras).

 

Sudah kebayang dua hari sekali musti geret-geret koper ke train station, bawaannya musti se-irit mungkin.  Beberapa tahun yang lalu kami masih lebih muda dari sekarang, masih lebih kuat dari sekarang.  Mudah-mudahan TUHAN menyertai perjalanan kami, memberi kami kesehatan, agar dapat menikmati suasana lain dengan suka-cita.  Doakan kami.

 

ci-bsd city, 24 maret 2010

juara satu

Setelah membuatku sebel (http://nuragni29.multiply.com/journal/item/152) , sampai harus di’strap’ seharian untuk belajar nulis …. Sabtu lalu, 20 Mar 2010, Bagus memberiku kejutan.  Pulang dari sekolah Bagus membawa piala ‘juara satu’ mewarnai bersama Curcuma …. Lumayan juga anak ini.

 

Cerita emaknya Bagus:  Pagi-pagi bangun tidur Bagus bilang ke emak, “Nanti di sekolah ada pertandingan mewarnai, mak.  Bagus harus juara”.  Eeee…. lha kok harapannya didengar dan dikabulkan TUHAN.

 

Selain pertandingan mewarna, hari Sabtu itu ada pembagian raport bayangan.  Nilainya gak ada 5-nya.  Yang paling rendah 6.5.  Terus Bagus bilang ke saya: “Yang-Ti, nilai Bagus gak ada 5-nya, berarti gak sekolah di kampung ya?”  Aku:  “Iya.  Makanya harus belajar dan nurut sama emak, sama yang-kung, sama yang-ti.”

 

yang tersingkir

Aku:  “Pah, aku mau bersih-bersih.  Papah di bawah aja ya?”

Agni:  “Aku di luar aja deh, tak nge-net.”

…..

Ketika selesai nyapu dan mau ambil pel …..  hahahaha…..  mas Agni ternyata, oh ternyata, dia nge-net di area cuci-setrika, meja setrikaan dijadikan meja kerja …… Kacian…….  Tapi ya sebaiknya begitu, dari pada wira-wiri ketika aku lagi nyapu atau wira-wiri ketika aku ngepel dan belum kering…..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wednesday, March 17, 2010

aku lagi sebelllll

sebel, sebel, sebel, aku lagi sebel.  gimana gak sebel.....

bagus dikte menulis dapat nilai 5!!!!  juelek banget tulisannya.  kalau salah bukannya di setip, malah di urek-urek.  tulisannya lebih bagus waktu jaman TK dari pada sekarang.... huh.....  mak-nya bagus juga sebel, karena dua kali di tegur bu guru-nya bagus: 'bu, bagus sekarang kok tulisannya makin jelek, kadang gak bisa dibaca'!!!!  matik akyu.  ikut bertanggung jawab juga kan.....

kemarin sore tak larang keluar main sepeda.  tak suruh di rumah dan belajar nulis....  hari ini tak larang masuk sekolah..... lagi-lagi-lagi .... tak suruh belajar nulis.  ampyunnnnn.... tak kasih contoh tulisan di buku menulis halus:  'saya harus belajar menulis yang bagus'..... tak suruh nulis 10 kali.  masih jelek, 10 kali lagi ......  sampai 3x10.  akhirnya lumayan.  tak suruh istirahat sebentar terus tak suruh nulis a-b-c-d sampai z 2x, yang sudah aku beri contoh.... lumayan.  sekarang tak suruh nulis 'mau pandai harus belajar'.

tadi aku sempat telpon guru kelasnya bagus, bu elen.  aku cerita bahwa, bagus hari ini tidak masuk sekolah, karena sedang di-strap di rumah untuk belajar nulis.  sekalian aku minta tolong bu guru, katanya bagus suka jalan-jalan di kelas dan ngobrol sana-sini.  'kalau bagus gak mau duduk, ambil aja kursinya bu.....'

dasar anak-anak, gak punya rasa bersalah.  nulis sambil ketawa-ketawa, mainan.... *sigh* .... ternyata ngajar anak kecil perlu memiliki persediaan sabar yang buanyakkkkk banget.....

ci, bsd city - 18 maret 2010

Tuesday, March 16, 2010

jateng mar 5 s/d 11 - catatan perjalanan

Jumat - 5 Maret 2010:  Jakarta - Kutoarjo

 

Berangkat jam 5 pagi dengan tujuan Kutoarjo, kota kecil di Jawa Tengah bagian selatan.  Mobil berisi 4 penumpang: mas Agni sebagai sopir, mas Arso (kangmas no. 4) sebagai co-sopir, mbak Didiek (isteri mas Arso) dan aku.  Jalanan lancar dan toll terusssss sejak dari BSD sampai dengan Cileunyi.  Sebelum keluar toll Cileunyi stop di rest area untuk minum kopi dan sarapan sandwich bekal dari rumah.

 

Selepas toll Cileunyi, lewat Nagrek, Malangbong, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar.  Jalanan mulus walau  berkelak-kelok, pemandangan bagus, traffic gak begitu rame.  Begitu masuk daerah Jawa Tengah, jalanan mulai bergelombang…. rasanya kayak naik boat…. duh, musti milih-milih jalan.  Sekitar jam 12-an berhenti makan siang di restaurant Lestari di Karanganyar.  Self service restaurant yang cukup rame dan masakannya lumayan enak, sedep.  Keliatannya bis-bis wisata juga selalu berhenti di situ.

 

Sampai di Kutoarjo sekitar jam 3 sore.  Langsung ke hotel Sawunggalih, yang sudah dipesan oleh nak-ndulur (sepupu) kami dik Wil & dik Dhan.  Hotel Sawunggalih adalah rumah kuno yang kemudian diubah jadi hotel, dengan penambahan kamar di halaman samping dan belakang.  Hotelnya cukup bersih, ada air panas dan ac.

 

Habis mandi dan ‘lèyèh- lèyèh’ sebentar, berangkat menuju ke rumah sepupu kami, dik Wil & dik Dhan, di desa Pacor untuk memenuhi ‘undangan’ makan malam.  Namanya desa, tapi masih dalam kota Kutoardjo… hehehehehe…. Setelah pensiun dik Dhan pindah dari Jakarta ke desa Pacor ini untuk menjadi ‘petani’.  (Padinya subur-subur lho!!)  Wuah….. ternyata di rumah dik Dhan sudah berkumpul sepupu-sepupu lain dari Salatiga dan Jakarta.  Sueneng sekaliiiiiii….. jarang bisa kumpul-kumpul seperti ini.  Ada dik Cang, dik Windar, dik Wida dan dik Tri, dik Endah dan dik Madi, serta dik Widi.  Pokoke sueneng lah, ketemu mereka-mereka ini.  Rumah dik Dhan guedee.  Di depan ada rumah joglo buat pertemuan-pertemuan.  Dibelakang joglo ada 5 kamar tidur ber-ac dan kamar mandi.  Baru dibagian belakang adalah rumah tinggal mereka yang berbentuk ‘L’, terdiri dari 3 kamar tidur, library, kamar mandi tamu, dapur, ruang makan, ruang keluarga, dan ruang tamu… dan paling belakang adalah sawahnya.

 

Sabtu - 6 Maret 2010:  Kutoarjo - Yogya

 

Jam 6 pagi pintu kamar di ketok: ‘room service’…. eeeee …. ternyata diantar 2 piring nasi goreng dan sepoci teh.  Ya ampyun, jam 6 pagi sudah disuruh sarapan…. Too early to have breakfast….  Tapi ya gimana lagi, musti dimakan.  Nasi goreng kalau sudah dingin kan gak enak.

 

Sarapan selesai, aku mandi.  Jam 9:30, kami berangkat ke acara ‘peluncuran’ buku dik Dhan yang berjudul ‘Dari Akar Kembali ke Akar’, sekalian pesta ulang tahun dik Dhan yang ke-70.  Lagi-lagi ketemu saudara-saudara yang jarang ketemu J, juga beberapa orang-orang ‘djadoel’ dari Salatiga…..  Acara peluncuran dan ‘bedah’ buku lancar.  Walaupun udara puanasssss, tapi asyik juga duduk mendengarkan para pembicara, sambil menikmati latar belakang sawah yang hijau.  Acara selesai dan diakhiri dengan makan siang.  Tamu-tamu pulang, yang tersisa saudara-saudara yang masih ngobrol ngalor-ngidul.  Mas Hadi (kangmas no. 1) dan mbak Ning (isteri mas Hadi), dan mas Kardjo (suami alm-mbakyu no. 2) pamit terlebih dahulu sekitar jam 3-an menuju Yogya, dan 15 menit kemudian kami menyusul.

 

Baru saja keluar Kutoarjo, kami melihat mobil mas Kardjo parkir di pinggir jalan, di tukang duren.  Wahhhh, ikut minggir juga ach, ikut makan duren.  Asyiikkk, yang milihin tukang duren-nya, jadi semuanya enak….  Duren selesai lanjutttttt….. ke Yogya.

 

Sampailah di Wates, berarti sudah mendekati Yogya.  Di suatu perempatan, mobil berhenti karena lampu merah dan jalan kembali ketika hijau.  Tiba-tiba …… ‘gedubrak’…. bagian mobil kanan belakang kayak kepentok benda keras.  Tapi kok gak ada apa-apa.  Habis itu, ada sedikit suara-suara, tapi mobil jalan terus sampai ke Yogya dengan selamat.  Di Yogya kami menginap di rumah mas Karjo.  Ada rasa aneh, rumahnya sepi, karena gak ada mbak Endang lagi.  Malam kami tidak kemana-mana.  Capek, dan aku sedikit masuk angin.  Kami duduk-duduk di teras belakang sambil ngobrol-ngobrol sampai jam 11.

 

Minggu - 7 Maret 2010:  Yogya

 

Habis sarapan mas Agni ke bengkel, pengin tau apa yang terjadi dengan ‘gedubrak’ kemarin siang.  Ternyata oh ternyata shock absorber-nya pecah, oli-nya ‘belabaran’ kemana-mana.  Di bengkel itu tidak ada spare part yang dibutuhkan dan harus pesan dari Semarang.  Kalau di Semarang gak ada, harus pesan dari Jakarta …. *sighhhhh*….. ‘baru ada paling lusa pak’, kata tukang bengkel….. berarti baru ada selasa dwong….. yang artinya, schedule lan-jalan berubah L  Untung mas Kardjo punya Kijang yang bisa dipakai wira-wiri.

 

Acara utama hari minggu ini adalah nyekar mbak Endang di Gunung Sempu, Bantul.  Makamnya sudah rapi, sudah di ‘kijing’, karena memang sudah 3 tahun.  Dari makam, mbak Ning minta diantar ke toko sepatu di daerah Bantul, yang katanya jual sepatu kulit murah-murah dan enak.  Tapi mbak Ning sendiri lupa namanya, hanya ingat masuk gapura yang ada tulisannya… J  Untung penjaga makam tau, namanya pusat kerajinan kulit Manding, banyak toko-toko kerajinan kulit: tas, sepatu, hiasan dll.  Toko yang dicari mbak Ning ketemu.  Ikut-ikutan beli sepatu harganya 80-ribu, discount jadi 60-ribu…… J  Meninggalkan Manding makan siang di ‘tahu telupat’.  Murah meriah dan kenyang.  Habis makan langsung ke airport nganter mas Hadi & mbak Ning yang balik ke Jakarta.

 

Sore-sore gerimis yang kemudian menjadi hujan besar.  Enaknya memang duduk di teras belakang sambil ‘medang’ dan ngobrol-ngobrol masa lalu.  Asyik lho, inget-inget yang lucu-lucu.

 

Senin - 8 Maret 2010:  Yogya

 

Jam setengah tujuh pagi, belum mandi tapi sudah gosok gigi, mas Agni, mbak Didiek dan aku beli gudeg di bu Achmad, Selokan Mataram.  Gudeg 10 ribu plus sambel goreng 10 ribu …. wuih… isinya banyak sekaleee.  Tapi bayarnya jadi 116 ribu karena tambah telor pindang 10, tahu 10, gulon 2, rempela-ati 5…. Hehehehehe.  Gudeg dibawa pulang dan makan rame-rame di rumah.

 

Hari ini berniat ke benteng Vredeburg.  Ternyata kalau Senin tutup….. (semua museum diseluruh Indonesia, kalau Senin memang tutup!!!  Lupa ya?).  So, kami nyeberang ke Mirota Batik.  Liat-liat dan beli-beli sedikit.  Bukan hari libur, tapi yang namanya Mirota tetep aja penuh manusia….

 

Selesai urusan Mirota, mbak Didiek dan aku nyebrang ke pasar Beringharjo nyari buah srikaya, yang pas lagi musim.  Asyik juga masuk pasar, liat ibu-ibu jualan pecel, sayurannya seger-seger.  Selain pecel ada bihun dan mie goreng, yang biasanya makannya di campur pecel.  Kepengin ikutan beli, tapi yang jualan ngambil-ngambil sayurannya langsung pakai tangan…. kotor dwong, kan terima duit juga pakai tangan.   Sebaiknya ambil-ambil makanannya pakai garpu lah atau japitan lah….. gak jadi beli deh.  Sambil nenteng srikaya, jeruk dan salak, kami masuk dalam pasar yang jual batik-batik.  Liat-liat dan kemudian beli daster dan oleh-oleh.  Lumayan, murah-meriah.

 

Keluar dari Beringharjo sudah waktunya makan siang.  Mas Agni bilang: ‘awan-awan ngene enake nyoto mas’.  ‘Soto Kadipiro wae lah’, kata mas Kardjo…..  So…. kesanalah kami pergi.  Ternyata di daerah itu berderet-deret warung soto Kadipiro.  Ada yang ‘kadipiro asli’ – ‘kadipiro II’ – ‘kadipiro I’ ….. sama aja kaleeeee….. kami makan di ‘kadipiro II’.

 

Sambil pulang, kami nengok mbak Sis (misanan kami) yang baru keluar dari rumah sakit.  Umurnya sudah 82 tahun dan 2 bulan lalu kena stroke.  Mudah-mudahan sehat kembali dan mengenali semua orang lagi.  Menjelang sore ada telepon dari bengkel Toyota mengabarkan bahwa spare part sudah ada dan bisa dipasang Selasa pagi….  Horayyyyyy…….  Untuk ‘merayakan’ spare part J  mas Agni dan mas Arso beli duren didepan kompleks AURI….  durennya guede-guede….  Beli 3 buah dan dari 3 duren yang dibeli, satu kurang enak.  Tapi yang dua muantabbbzzzzz……

 

Selasa – 9 Maret 2010:  Yogya – Salatiga

 

Jam 6:45 pagi mas Agni sudah berangkat ke bengkel, karena sudah janji untuk mulai dikerjakan jam 7:00.  Setelah sarapan, kami jemput mas Agni di bengkel dan langsung ke benteng Vredeburg.

 

Benteng sepi, hanya ada dua-tiga orang pengunjung.  Kami masuk-masuk sendiri ke dalam ruang diorama-1.  Gak lama kemudian ada ‘guide’ benteng yang nyusul dan meng-guide kami.  Dari sini kami masuk ke bangunan bertingkat dua di sebelah kanan pintu masuk, dulu bekas barak tentara.  Lantai pertama kosong…. kabarnya mau dijadikan café oleh Gusti Pambayun atau jeng Sari (anak pertama HB-X).  Di lantai dua ada photo-photo jaman perjuangan dan benda-benda ‘djadoel’.  Selanjutnya kami dibawa ke ruang-ruang diorama-2 s/d 4 dan bangunan-bangunan lain.  Secara menyeluruh, benteng cukup bersih.  Hanya saja perawatannya musti ditingkatkan, biar gak rusak.  Tiket masuk juga musti diperbesar.  Masak cuman 750 rupiah!!!!  Mbok ya 1000 atau 1500 atau 2000 sekalian…..

 

Sekitar jam 11, mas Agni terima telepon dari bengkel: ‘mobil sudah siap pak’.  So, dari benteng rame-rame nganter mas Agni ke bengkel.  Dari bengkel langsung makan di Moro Seneng, yang terkenal dengan bakmi kakap-nya.  So pesanan siang ini: bakmi kakap goreng, cap-cay, fu-yung-hai dan kalian cah polos…. ludessssss….

 

‘Mobil sudah selesai, kita ke Salatiga siang ini yuk’, kata mas Agni.  So, aku menelpon dik Wida, sepupuku, untuk pesenin 2 kamar di Pondok Remaja Salib Putih.  Tak lama kemudian sms dari dik Wida masuk: ‘ok budhe ninik, hotelnya kosong’ ….. berarti tamunya cuma kami berempat dwong… !!!  Habis makan siang balik ke rumah mas Kardjo, beres-beres bawaan dan jam 2 kami meninggalkan Yogya menuju Salatiga.

 

Jalanan cukup lancar.  Kami berhenti sebentar di Toko Elang, Ampel, beli oleh-oleh.  Begitu oleh-oleh masuk bagasi…… wouw….. penuhhhhhhh…..  Terus diwanti-wanti mas Agni: ‘jangan beli oleh-oleh lagi lho, udah gak muat’.  Iya deh, gak beli-beli lagi.

 

Sampai di Pondok Remaja Salib Putih, yang hanya ± 4km dari kota Salatiga, sekitar jam 3-an.  Wouw, ternyata tempatnya enak dan pemandangannya indah.  Kami dapat kamar diatas no. 201 dan 202.  Setiap kamar terdiri dari 2 tempat tidur queen-size, jadi bisa di isi 4 orang.  Kalau diisi 2 orang, rate-nya Rp300,000/malam, kalau 4 orang Rp400,000/malam.  Ada air panas dan tv.  AC tidak perlu di tempat ini, karena sudah dingin J.  Pemandangan dari teras cantik sekali.  Rawapening kelihatan disebelah kiri.  Sementara Salatiga dan Ambarawa membentang di depan dan sedikit serong kiri.  Kalau malam…. wuih, kelap-kelip lampu kota terlihat indah.  Atraksi lain adalah menikmati agro-wisata disekeliling pondok.  Disamping 20 kamar-kamar hotel, bagi para muda yang suka adventure, ada camping ground, yang dilengkapi toilet wanita dan pria, masing-masing terdiri dari 5 wastafel, 7 shower dan 7 wc.  Tenda yang tersedia 40.  Setiap tenda huni untuk 6 orang dan sudah disediakan matras.  Rate per tenda Rp275,000 termasuk makan pagi.  Kalau gak pakai makan pagi rate-nya Rp150,000.

 

Jam setengah tujuh malam kami turun ke Banjaran, ke rumah mas Ning dan mbak Djoe.  Ngobrol-ngobrol sambil di’suguhi’ lontong-sate ayam (rencana mau di’suguhi’ mie godog, tapi tutup!!!).  Jam 9an kami balik ke hotel.  Sampai di hotel mas Agni ngeluarin camera dan tripod motret pemandangan kota yang berbinar-binar dalam kegelapan malam…..

 

 

Rabu – 10 Maret 2010:  Salatiga

 

Breakfast di dining room yang besar, dan tamunya hanya kami ber-4.  Ada 2 pilihan Continental atau Indonesian breakfast.  Karena mau makan soto garasi, semua pilih continental breakfast yang terdiri dari: 2 slices roti panggang, telur (pilihan rebus, omelet, ceplok), kopi atau teh dan juice (pilihan).  Sambil makan kami mewawancarai waitress-nya: ‘kalau bukan week-end gini sepi ya mbak?’  Waitress: ‘iya bu.  Ini nanti tanggal 13 s/d 16 Maret akan rame, ada rombongan yang nginep.  Apalagi pas tanggal 16 yang libur itu, ada 5 rombongan mau lunch disini’.  Ternyata, selain untuk acara rapat, seminar, retreat dll, tempat ini juga dipakai untuk persinggahan makan sambil menikmati pemandangan.

 

Turun ke Salatiga jam 9-an, mau beli kembang tabur untuk nyekar bapak-ibu, oom-tante, eyang-eyang, budhe-pakdhe, dik Pri.  Tapi ternyata banyak peraturan baru di jalanan Salatiga.  Banyak dibikin one-way.  Untung kotanya kecil, jadi gak bingung-bingung amat.  Cuma mangkel karena harus muter-muter.   Gara-gara puter-puter acara jadi berubah.  Makan soto garasi dulu, baru beli kembang!!!

 

Dari makam kami menengok dik Wida (sepupu).  Di rumah dik Wida ada dik Windar (mbakyunya dik Wida).  Kepenginnya sih nengok para sepupu satu-persatu, tapi waktunya kok mepfet….  Ngobrol-ngobrol sampai jam 1-an.  Dari sini kami ke rumah sepupunya bapak, oom Sadjiarto.  Tapi sebelumnya, kami mampir ke rumah makan Djoglo bu Rini (mantunya oom Sadjiarto), yang letaknya bersebelahan dengan rumah oom Sadji.  Menu spesialnya ‘iga bakar’.  Ternyata memang ‘mak nyuzzzz’, seperti kata pak Bondan ketika makan di tempat tersebut.

 

Kami pamit meninggalkan rumah oom Sadjiarto sekitar jam 3-an.  Salatiga diselimuti mendung tebal.  Kami  langsung ke pusat kota untuk beli sangu untuk perjalanan besok pagi.  Sampai di toko Roti Tegal (yang terkenal sejak dulu) hujan dueressss….   Tanpa payung lari-lari masuk toko.  Di dalam toko ada ibu-ibu yang wajahnya aku kenal, tapi aku lupa namanya, menyapa: ‘selamat sore’.  Aku:  ‘selamat sore’.  Ibu: ‘mbak Ninik ya?’  Aku: ‘iya’.  Ibu: ‘aku masih ngenali soalnya wajahnya gak banyak berubah’.  (Wah…. berarti aku awet muda dwong!!!! Hehehehehe).  Setelah pesan roti dan ngobrol-ngobrol sebentar, ternyata dia adik kelasku di SMP-K 2.  Sementara yang aku kenal adalah kakaknya (Lian Swan), yang setahun diatasku.  Thanks GOD, ternyata masih ada orang ‘djadoel’ yang mengenali aku.

 

Di toko Tegal beli roti ham 9 dan rumhorn 3.  Habis itu masih beli lagi bakpao 6 dan 2 kue maha, di tikungan Jl. Kotamadya.  Dah, itu untuk bekal sarapan dan snack selama perjalanan.  Balik ke hotel dengan catatan: gak usah keluar-keluar lagi.  Kalau lapar ya makan bakpao atau roti ham.  Oh iya, masih ada pisang raja sesisir yang kami beli di depan toko Tegal.  Sampai di hotel disambut dengan hujan yang cukup dueresssss.

 

Hujan berhenti …. pemandangan berganti dengan datangnya kabut yang bergulung-gulung.  Pemandangan yang dulunya nyata, jadi abu-abu tertutup kabut.  Aku menyaksikan gulungan-gulungan kabut datang dari jauh dan mendekat, cantik sekaleee.  Kayak air terjun yang airnya turun pelan-pelan.  Ternyata mas Arso juga duduk di teras menikmati sore yang berkabut.

 

 

Jam 7 malam turun ke receptionist untuk bayar-bayaran, karena kami akan berangkat jam 5 pagi esok hari.  Receptionistnya cewek, sendirian….. hiiiii yen aku wis pasti wedi…..  Balik ke kamar, packing dan tidur …………..zzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

 

Kamis – 11 Maret 2010:  Salatiga –

 

Tepat jam 5 pagi kami meninggalkan Salib Putih.  Walaupun masih pagi, jalanan antara Salatiga-Semarang sudah ruamaiiiiii.  Ternyata orang-orang yang berangkat kerja di pabrik-pabrik sekitar Salatiga-Ungaran.  Otomatis mobil kami gak bisa kenceng-kenceng.  Setelah masuk toll baru terhindar dari ‘umyeg’-nya motor, tapi begitu keluar toll, sudah dihadang lampu merah dengan ‘sejuta’ motor….. L

Pekalongan, Tegal terlewati.  Sampai di Tanjung ada sign ‘toll’ ke Jakarta.  Lebih dari sekilo baru mencapai jalan toll baru ke arah Cirebon.  Jalan toll beton yang belum dilapis aspal, jadi rasanya keras, dan suaranya grodhok-grodhok.  Cirebon terlewati sekitar jam 11an.  Mas Agni bilang: ‘ntar makannya di ‘pesona laut’ aja ya, di daerah Eretan’.  Okay…….. zzziiiiinnggggggg…………

 

Sampailah di ‘pesona laut’ sekitar jam 1:15.  Makan siang.  Selesai makan mas Agni: ‘ban kanan belakang rada kempes.  Cari tukang pompa dulu ya’.  Ternyata persis di depan pesona laut ada tukang pompa dan tambal ban.  Mas Agni menyuruh tukang ban untuk men-cek, jangan-jangan ban-nya kena paku.  Ternyata bukan kena paku, tapi sobek!!!!  Untung ada ban serep.

 

Sampai BSD jam 4:30 tanpa kurang suatu apa pun ….. hampir 12 jam!!!!  Padahal, jaman tahun 98-an, Salatiga-Cikampek 7 jam saja….. Sekarang jalanannya tambah rame, tambah kendaraan, tambah motor….. jalan bergelombang ….  biyuh-biyuh…..  Sampai rumah baru terasa capek.  Aku tanya ke mas Agni: ‘capek pah?’  Mas Agni: ‘ya pasti capek, tapi gak banget.  Kalau mobilnya gak automatic, mungkin aku capek.’  Puji TUHAN.

 

Puji syukur pada TUHAN, yang melindungi kami selama perjalanan, yang menyediakan segala sesuatu ketika kami membutuhkan.  Tangan-NYA selalu memimpin kami dan tidak pernah meninggalkan kami.

bsd, 16 maret 2010

Tuesday, March 2, 2010

step pertama - lancar

jalan-jalan itu seneng-seneng.  tapi persiapannya kadang-kadang nyebelin, apalagi kalau berurusan dengan 'visa' negara.  rasanya muales deh.  apalagi harus dateng sendiri ke kedutaan dan berhadapan dengan petugas-petugas visa yang seringkali cuek.....

tapi tadi kok lain ya.  petugasnya menyapa dengan ramah, mana orangnya cantik lageeee.....  sempet deg-deg-an juga lah, karena jadwal perjalanan kami yang kesana-sini, sebentar disana, sebentar disini, membuat petugas visa-nya juga bingung.  apalagi ketika si cantik bilang: "suratnya mengapa pakai 'depend on the tour operator'?"  untung kami bisa memberi alasan, karena semua dokumen perjalanan kami lengkap-kap.  setelah periksa semua dokumen, dengan ramah si cantik bilang: "bapak-ibu tunggu dulu ya.  saya konsultasi-kan dengan atasan saya." ........

kurang dari 10 menit 'si cantik' keluar dari ruang atasannya dan bilang: "bapak-ibu, bisa kami berikan visa'......  plong, plong ..... kami kembali duduk dan menunggu beberapa saat.  setelah bayar visa fee, si cantik memberi kami lembaran untuk pengambilan visa sambil bicara dengan ramah: "visa bisa diambil 15 maret.  selamat ber honey-moon bapak-ibu".

nah, itu baru namanya service.  males banget deh kalau ketemu petugas yang 'sok petugas', yang membuat orang naik darah.

terima kasih nona cantik.....  pertahankan keramahanmu .....

 

2 maret 2010