Tuesday, July 28, 2009

duingin

kemarin siang anginnya kuencueng sekaleeeee.... sampah-sampah sampai beterbangan kemana-mana.  mendungnya kesapu dan gak jadi hujan.  yah gak papa, wong sudah diberi hujan 3 hari berturut-turut.

tadi pagi, buka pintu .... wuih .... cesss.... udara luar lebih dingin daripada ac kamar.  duingin sekaleee.  tetap siap-siap jalan kaki pagi ach.... tapi kok dingin ya.  pakai jacket?   masak mau olah raga pakai jacket sih?! udahlah, nekads jalan.  biasanya seperempat perjalanan sudah kringetan.  hari ini gak... 3/4 jalan baru keluar keringet, tapi gak merasa gerah, malah 'semriwing' karena anginnya dingin.  rasa dibadan jadi kurang nyaman.

sampai rumah masih tetep dingin.  tangan dingin sampai ujung-ujungnya.  pada jam 6:45 termometer menunjukkan angka 20%.  pasti tadi waktu jam 5:45 lebih dingin lagi dong......

tapi eunak kok dingin itu - segar .... dari pada panas, sumuk dan bingung ...

ci, de latinos - 28 july 2009

 

Friday, July 17, 2009

tempo dulu

Orang dan Kota

Orang sepuh dalam photo ini namanya bapak Agus Tjugianto, lahir di Wonosobo (1940), dibesarkan di Wonosobo, dan sampai sekarang tinggal di Wonosobo.  Tentu saja Pak Agus merupakan ‘resource person’ yang amat sangat paham tentang Wonosobo dan tempat-tempat

wisata disekitarnya, terbukti dari beberapa ‘award’ yang diterimanya: 1999 ‘Wonosobo Tourism Figure Award; 2002 ‘Indonesian Tourism Masterpiece Award’, serta buku berjudul ‘Dieng Plateau’ yang ditulisnya.

Kira-kira 55 tahun lalu, saya pernah tinggal di Wonosobo.  Ketika itu Bapak saya dipindah kerja dari Purworejo ke Wonosobo, dan kala itu umur saya belum setahun.  Keluarga saya menetap di Wonosobo sekitar 4 tahunan, sebelum pindah ke Salatiga sekitar tahun ’57/’58.  Nah, ketika pak Agus menjadi ‘tour guide’ rombongan kami di alun-alun Wonosobo, saya berbincang dengan Pak Agus.

“Pak Agus, saya pernah menjadi penduduk Wonosobo, sekitar tahun ’53 s/d ’57, ketika bapak saya berdinas sebagai kepala SGB-N.”

Pak Agus: “Sebentar ….. boleh saya tahu nama bapaknya siapa ya?”

Saya sebutkan nama …….

Pak Agus: “Oooo tentu saja saya tahu.  Anda putrinya?”

Saya: ‘Iya, saya anak bungsu.”

Pak Agus: “Mbakyu Anda yang paling besar siapa namanya?”

Saya: “Endang Retnowati.”

Pak Agus: “Itu teman saya SMP – lha itu sekolahannya.” (sambil menunjuk SMP yang ada di sebelah kirinya)

 

Hehehehe, ampyun…. ternyata dunia sempit, dan ternyata orang ‘djadoel’ masih mengenal dan mengingat orang ‘djadoel’ juga…   Sekarang mbakyu saya sudah almarhum.  Coba masih hidup, akan saya ajak berkunjung ke Wonosobo untuk ber-reuni dengan teman masa kecilnya.

 

Rumah Djadoel

Berkat pak Agus, rombongan kami diperbolehkan masuk ke Kabupaten, walaupun hanya dari luarnya saja.  Bangunan aslinya masih tetap ada dan masih seperti dulu.  Hanya di depannya sekarang ada pendopo baru.  Menurut pak Agus, pendopo yang asli sudah hancur kena bomb sekitar tahun 1913.  Terus pendopo yang sekarang adalah pendopo baru yang dibangun sekitar tahun 2000.  Kayaknya Bapak saya punya photo-photo bangunan lama deh, ketika dulu sering di undang Bupati saat itu, Pak Sangidi, untuk ‘minum teh’ atau acara-acara resmi lainnya.  Nanti kalau ke Salatiga akan saya cari ach.

 

Memisahkan dari rombongan yang masih berkeliling alun-alun, saya ‘mengunjungi’ rumah djadoel-ku di Jl. Mesjid No. 3.  Ditemani mas Agung, kami berjalan mencari alamat tersebut dan ketemu.  Tapi kok lain ya.  Perasaan halamannya dulu ‘jembar’ kok sekarang mepet sekali ke jalan besar, rumahnya lebar kok sekarang kecil amat.  Saya kurang yakin …. Sebelah kanan rumah yang dulunya kantor penerangan kok jadi toko kecil ….  Gak mungkin ach.  Tapi jelas-jelas rumah itu Jl. Mesjid No. 3!

 

Untuk menyakinkan, saya menelpon mbakyu saya, mbak Tatik, katanya: “Ketemu tukang photo Dahlan gak?  Sebelah kirinya itu bekas kantor penerangan.  Lha kirinya kantor penerangan itu rumah kita dulu.  Sekarang sudah jadi bank.”  Bener kan saya salah mengunjungi ‘rumah djadoel’-ku.  Tentu saja salah, lha wong sekarang nama jalannya berubah jadi Jl. Pemuda.  ‘Rumah djadoel’-ku sekarang jadi bank.  Ini yang betul, halamannya luas.  Menurut mbak Tatik, yang berkunjung 2 tahun lalu, bangunan aslinya masih ada dan masih sama persis seperti waktu kami kecil.  Tapi sudah ‘ketutupan’ bangunan bank yang baru.

 

Yaaaa, mau balik lagi males ach …..  Suatu kali saya akan ke Wonosobo lagi, saya mau minta ijin satpam bank untuk masuk melihat rumah ‘djadoel’-ku……

 

 

wonosobo, 12 july 2009

hp-sms!

pagi tadi, otw ke kantor, mas agni nelpon: "ada kecelakaan di jalan toll.  kayaknya tetangga kita deh mim, aku liat dia udah diluar mobil lagi nelpon-nelpon.  mobilnya hancur.  kayaknya kecelakaan tunggal."

"kamu turun nolongin gak?"

"gak bisa, wong gak boleh berhenti sama polisi."

"ya wis, ati-ati."

sore .... mas agni pulang dan cerita tentang kecelakaan di toll tadi pagi.  rencananya setelah mandi kami akan menjenguk ke rumah keluarga tersebut.  ach, lebih baik aku sms sang isteri dulu: - 'ibu, apakah betul bapak kena musibah di toll tadi pagi?' ..... jawabannya: 'betul bu, kecelakaan tunggal.  tapi mujizat bu, suami saya tidak apa-apa, padahal mobilnya cukup parah.'

habis mandi, kami berkunjung ke rumah keluarga tersebut.  cerita sang suami: ada dokumen atau tas yang tertinggalan dirumah dan berusaha menelpon isterinya.  tanpa mengurangi kecepatan mobil, dia me-redial hp.  tentu saja matanya liat ke hp dong.  tanpa disadari mobilnya sudah menabrak beton pembatas, yang menyebabkan mobil innova-nya berputar 2x sampai berbalik arah.  mobil hancur, tapi pengemudinya selamat-mat.  hanya goresan di tangan dan punggung yang sakit...... bersyukur...

soooo..... jangan pernah berataupun ber-sms di jalan toll.  bahaya......

17 july 2009