Tuesday, March 31, 2009

bagage claim

hari senin kemarin, 30 mar - tempat tidur diangkut, ya terpaksa tidur dibawah - lemari diangkut, ya terpaksa baju-baju dimasukin ke koper-koper, ke back-pack, ke kardus, ke tempat apa saja yang bisa buat nyimpen baju .... terus ditaruh di kamar belakang ... tak pikir-pikir kamar belakang kok kayak 'bagage claim' di airport ... hehehehe.....

 

 

Monday, March 30, 2009

beralas papan

mar 30, 2009

akhirnya . . . . .  tibalah waktunya kami berdua harus tidur di lantai, beralas papan dan kasur  - tahapan menjelang akhir dari proses perpindahan.  bedsheet, sarung bantal dan guling terpaksa harus belang-belang, karena sudah di kardus-kardusin ....   lupa naruhnya di mana .....  ya sudah, yang penting nyenyak.

 

 

Wednesday, March 25, 2009

lama dan baru

Tempat ini, sudah kami tempati sejak May 1985, akan kami tinggalkan

Di rumah ini, banyak berkat yang kami terima

Baik yang berupa suka-cita maupun masalah

Yang dapat kami lewati berkat pimpinan-NYA

Tempat ini akan kami tinggalkan

Berat rasanya tinggalkan para tetangga yang sudah seperti saudara

Tak akan kami lupakan - semua akan tetap ada dihati kami - tetap ada di kenangan kami

Tempat ini akan kami tinggalkan

Inilah pilihan kami untuk pergi

Ketika lahan mulai penuh, aliran air mulai berubah arah

Jalan air tertutup tanah dan betonan rumah

Tempat ini akan kami tinggalkan

Menuju tempat lain yang sudah disediakan-NYA bagi kami

Untuk meneruskan kehidupan kami.

 

Disinilah kami akan tinggal

Melewatkan hari-hari tua kami

Pasti akan ada lagi saudara-saudara baru, teman-teman baru

Dan….

Kepada-MU, ya TUHAN, kami serahkan kehidupan kami selanjutnya

Kiranya ENGKAU selalu menyertai langkah hidup kami.

 

 

 

25 Maret 2009

 

 

Friday, March 6, 2009

cherry blossom

ternyata sakura itu sama dengan cherry blossom, seperti yang disebutkan di 'wikipedia'.....

 

Cherry blossom

From Wikipedia, the free encyclopedia

 

Sakura

 

Scientific classification

Kingdom:

Plantae

Division:

Magnoliophyta

Class:

Magnoliopsida

Order:

Rosales

Family:

Rosaceae

Subfamily:

Prunoideae

Genus:

Prunus

Species

Prunus serrulata (Prunus jamasakura)
Prunus speciosa
Prunus × yedoensis
Prunus sargentii

 

Sakura is the Japanese name for cherry trees, and their blossoms. In English, the word "sakura" is equivalent to the Japanese flowering cherry, and their blossoms are commonly called cherry blossoms.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

yang diatas sisa sakura di 'cibodas botanical garden' - 25 Feb 09

yang dibawah cherry blossom di keukenhof (tapi gak ada macro-nya) - 22 apr 01

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

bagus

anak kecil di rumah-ku, Bagus, sudah 5.5 tahun umurnya.  sejak ada adik ipar dirumahku, Bagus berteman dengannya.  sekarang di rumah ada 2 guru.  selain aku, adik iparku suka ngajarin Bagus membaca, menulis.  menurut guru TK-B-nya, tulisan Bagus paling bagus dari temen-temennya.  padahal menurutku masih juelek.  kalau nulisnya jelek, selalu saya suruh ngulang, sampai keliatan bagus.  kalau membaca, dia lumayan pinter, walaupun masih sering dieja.

 

 

 

 

 

 

selain belajar, adik iparku juga ngajarin permainan-permainan, salah satunya main 'cangkulan'.  kartunya dapat dari 'yangkung' (demikian Bagus memanggil suamiku).  sejak bisa main kartu, setiap habis belajar, selalu memaksa orang-orang untuk main, dengan cara tiba-tiba membagi kartu didepan kami-kami yang sedang duduk-duduk....    wajahnya selalu berbinar-binar kalau lagi main kartu.  apalagi kalau dia menang dan punya kartu 'AS' banyak di tangannya.  dia sudah punya tak-tik untuk mengalahkan orang, walaupun kadang-kadang dia curang.  kalau lagi nyangkul suka kebablasan, kartu sudah didapat, tapi terus nyangkul .....  Bagus boleh main kartu dengan syarat - harus belajar dulu.  habis mandi sore, belajar 30 menit, baru main kartu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

selain main kartu, sekarang Bagus sudah bisa bersiul pakai tangan, menirukan bunyi burung.  bangganya setengah mati.  tapi kalau siul pakai mulut, Bagus belum bisa.

mudah-mudahan Bagus bisa menjadi 'orang' dan mengangkat kedua orang tuanya.

jakarta, 6 Mar 09

 

 

Monday, March 2, 2009

taiwan 6

Citibank Travel Series

Magnificent Taiwan – 6D/5N

Dec 3 – 8, 2008

 

Pulang – Dec 8, 2008 – Taipei – Jakarta

 

Jam 04:30 saya sudah bangun.  Menyelesaikan packing dan kemudian mandi.  Nah, ketika sedang enak-enak duduk di closet, merasakan goncangan gempa.  Tiba-tiba kok rasanya pusing dan semua bergoyang-goyang.  Saya membangunkan mas Agni, tapi dia tidak merasa gempanya …. L  Ternyata, ketika kemudian ngobrol dengan peserta lain, ada beberapa orang juga yang merasakan goncangan gempa.

 

Karena kami harus sampai di airport jam 07:00, semua peserta sudah ada di lobby sejak jam 06:00 untuk sarapan dan kemudian berangkat.  Sampai di airport kami harus membawa kopor-kopor kami sendiri, check-in sendiri, kemudian ke ruang tunggu.  Melewati jajaran toko-toko, saya berniat menghabiskan NT yang hanya cukup untuk membeli kue mochi dan coklat.  Diruang tunggu, banyak sekali wajah-wajah Indonesia, yang ternyata TKI pulang kampung.  Gaya mereka bermacam-macam.  Ada yang tetep sederhana, ada yang berpakaian a la ABG Taiwan … hehehehe…..

 

Masuk dalam pesawat, ternyata sebagian besar rombongan kami mendapat tempat duduk di paling belakang.  Gak masalah, karena ternyata bagian belakang itu kosong dan hanya rombongan Citigroup Jakarta.  BR-237 tepat take-off jam 09:00.  Kami-kami yang ada di paling belakang bisa pindah tempat sesukanya, photo sana-sini, ngobrol sana-sini…… 

 

Akhirnya …. sampailah di Bandara Soekarno-Hatta tepat jam 13:30.  Ngantre imigrasi, ngantre ambil barang …. pulang deh, sampai di Taman Asri dengan selamat.  Terima kasih TUHAN, atas perlindungan dan penyertaanmu selama perjalanan kami.

 

(catatan selesai ditulis - 28 February 2009)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

taiwan 5

Citibank Travel Series

Magnificent Taiwan – 6D/5N

Dec 3 – 8, 2008

 

Trip day IV – Dec 7, 2008 – Taichung – Taipei

 

Hari ini menuju Taipei dengan menggunakan bullet train.  Bis men-drop kami di Taichung Train Station, dan langsung ke Taipei dengan membawa koper-koper kami.  Ticket kereta sudah ada di tangan guide.  Karena masih ada waktu sekitar 40 menitan, kami sempat melihat-lihat sekitar.  Station-nya bersih, rapi.  Sehingga membuat iri, kenapa Gambir dan station lain gak bisa niru yang baik-baik begini ya?

 

Jam 8:50 kami ‘digiring’ ke atas.  Kereta jurusan Taipei belum muncul.  Gerbong kami adalah gerbong 5.  Guide mengajari kami untuk berdiri tepat di belakang garis dengan tulisan angka 6 atau 5.  Kira-kira 5 menit menunggu, tepat jam 9:00 kereta datang.  Penumpang yang turun harus didahulukan, kemudian  masuklah kami ke dalam bullet train.  Perjalanan ke Taipei memakan waktu kurang lebih satu jam.  Keretanya bersih dan suara rel beradu dengan roda besi … ‘nyaris tak terdengar’…..  lessssss…..  Enak sekali buat tidur.  Kayaknya baru saja tertidur sudah dibangunkan, karena sudah sampai di Taipei….  Kami berbondong-bondong menuju pelataran depan station menunggu bis kami.  Ternyata bis belum sampai di Taipei.  Jadi diputuskan naik MRT menuju CKS Memorial Hall.  (CKS = Chiang Kai Shek).

 

CKS Memorial Hall terdiri dari satu bangunan utama dan dua bangunan lain, kalau tidak salah untuk pertunjukan dan pameran seni.  Dilantai atas bangunan utama ada patung CKS besar sekali dan dilantai bawah adalah museum dan souvenir shops.  Museum-nya berisi photo-photo sejarah berdirinya Taiwan dan benda-benda yang dulu dipakai oleh CKS, mobil , tandu dan souvenir kunjungan kenegaraan (yang ini bagus-bagussssss).  Dari CKS Memorial Hall kami dibawa untuk makan siang.  Melewati pintu depan CKS, kami melihat banyak orang berkumpul.  Ternyata para petani yang sedang berdemonstrasi.  Makan siang kami kali ini adalah makanan Thai, di Yun Thai restaurant.

 

Selanjutnya ke Martyr’s Shrine.  Disini kami sempat berphoto bersama para penjaga, yang tegak berdiri seperti patung, tidak boleh bergerak dan tidak boleh dipegang.  Ada seorang ibu-ibu dari rombongan tourist lain tidak tahu dan memegang sang  penjaga…. eeee penjaganya marah lho.  Bedil-nya di hentak-hentakkan.  Ditempat ini kami sempat melihat upacara pergantian penjaga.  Seru juga.  Sementara nama-nama para pejuang-pahlawan Taiwan tertulis semua disana, di pajang disebuah ruangan besar.  Tentu saja saya tidak bisa membaca, karena pakai tulisan China. 

 

Dari tempat ini kami dibawa ke National Palace Museum.  Sebelum masuk ke museum, diadakan ‘photo keluarga’ dengan membeber spanduk.  Museumnya besar sekali, kalau gak salah 3 lantai.  Barang-barang yang dipamerkan bagus-bagus.  Yang sempat saya ingat, ada ukiran gading yang menggambarkan sebuah dusun, kecil sekali.  Untuk melihat detail-nya, pengunjung harus memakai kaca pembesar yang tersedia disana.  Banyak sekali benda-benda kuno yang dibuat dari jade.  Yang terkenal adalah ukiran sayur sawi hijau dari jade, ukurannya kira-kira 30 cm.  Okey, kunjungan ke museum selesai.  Sambil menunggu semua berkumpul, saya menyempatkan diri ke souvenir shop museum.  Wah, barangnya bagus-bagus, harganya pun ‘bagus’.  Bingung mau beli apa, karena harus cepat-cepat, takut ditunggu.  Betul juga, lagi enak-enaknya milih freezer magnet, mas Agni dan Tjendra si tour leader menyusul, katanya semua sudah kumpul kecuali saya!!!!!

 

Lanjut ke Taiwan 101, yang adalah Taipei Financial Center, yang berlantai 101 diatas permukaan tanah dan 5 lantai underground.  Design bangunan ini seperti ruas-ruas bamboo.  Karena sudah memasuki bulan December, di depan bangunan ini ada pohon natal yang tinggi sekali berhias lampu warna biru.  Observatory deck ada dilantai 89, dan untuk menuju ke lantai tersebut,  kami harus membayar NT400.  Ada 2 lift khusus untuk naik keatas, dan hanya memakan waktu 37 detik saja!  Sayang kalau gak naik, karena pemandangan Taipei diwaktu malam dari atas, bagus sekali…. Gak nyesel deh, kapan lagi.

 

Nah, makan malam terakhir di Taipei adalah yang paling asyik.  Kami dibawa ke Mongolian Restaurant.  Pilih sendiri dagingnya, pilih sendiri sayurnya, pilih sendiri bumbunya, diserahkan ke juru masak, dimasakin, jadi deh ….. makan sepuasnya.

 

Dari makan malam langsung dibawa ke Shih Lin Nite Market.  Kalau dilihat dari luar, pasar ini mirip seperti pasar Majestic.  Kami berdua tidak turun, selain males kami juga capekkkkk.  Jadi kami tidur di bis saja.  Ternyata betul, teman-teman serombongan bercerita bahwa, barang-barangnya kurang bagus dan mahal.

 

Malam terakhir di Taiwan ini kami kembali menginap dihotel Holiday Inn Express, hotel hari pertama kami tiba di Taiwan.  Karena sudah cukup malam, semua langsung masuk kamar masing-masing, tidak ada yang keluyuran lagi.  Cuaca dingin sekali, sehingga kami tidak menyalakan AC.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

taiwan 4

Citibank Travel Series

Magnificent Taiwan – 6D/5N

Dec 3 – 8, 2008

 

Trip day III – Dec 6, 2008 – Kaoshiung - Taichung

 

Hari ini kami akan berangkat lebih pagi dari biasanya.  Sarapan diajukan menjadi jam 06:30 dan check out jam 07:30.  Kelihatannya semua peserta sudah mulai paham dengan waktu.  Tepat jam 07:30 kami berangkat melanjutkan trip hari ke-3, dengan tujuan utama Sun Moon Lake.

 

Dalam perjalanan menuju Sun Moon Lake, kami diajak mampir ke Jin Lon Diamond, African Diamond gosokan Taiwan.  Harapan guide sih, kami ada yang beli.  Ternyata tidak ada karena mahal.  Yang nyebelin dan membuat kami risih adalah ‘spg’-nya.  Mereka ‘mengejar-kejar’ kami dengan perhiasan yang harganya dibawah 1juta…. agar kami berminat dan beli.

 

Saat mengisi bensin, saya lan-jalan disekitar pompa bensin.  Tak lama kemudian, ibu Linda dan ibu Lieke memanggil saya.  Ternyata mereka sedang ada di sebuah warung yang menjual ubi, semacam ubi madu cilembu (mungkin Taiwan import dari Cilembu?)  Saat itu mereka sedang tidak membuat ubi bakar, tapi ada ubi goreng yang dicelup dalam cairan gula gandum, mirip seperti cairan madu.  Menarik, jadi saya beli satu wadah seharga NT50 untuk dimakan rame-rame. 

 

Sampailah kami di Sun Moon Lake area.  Jalanan mulai menanjak, udara mulai bertambah dingin dan tentu saja pemandangan menjadi bertambah indah.  Karena Taiwan sedang memasuki musim gugur menuju dingin, daun-daun pohon didaerah ini berwarna dua, hijau dan coklat kekuning-kuningan.  Akhirnya, sekitar jam 12-an, sampailah kami di Ching Sheng Hotel, dimana kami akan makan siang.  Tapi kami harus menunggu sekitar 1.5 jam, karena reservasi makan siang kami adalah jam 1:30pm.  Tidak masalah.  Persis didepan hotel Ching Sheng ada kuil Wenwu yang juga merupakan obyek wisata.

 

Turun dari bis rombongan ‘merapat’ kepinggir danau dekat hotel.  Tiba-tiba tercium bau gorengan yang sangat menerbitkan air liur.  Ternyata oh ternyata, ada orang jaulan sosis goreng….  Sayang kalau tidak membeli dan merasakannya.  Jadi, saya membeli 2 tusuk sosis ukuran kecil, satu untuk mas Agni dan satu untuk saya sendiri.  Wuah, sosis panas yang juicy dan renyah, dimakan diudara dingin, disaat perut mulai minta diisi.  Nikmat sekali.  Saya bilang ke pak Hardy: “Nanti kalau mau pulang saya mau beli lagi, untuk dimakan dijalan.”

 

Sambil menunggu makan siang, kami ‘berkunjung’ ke Wenwu Temple.  Wenwu temple terdiri dari 2 temple, temple bawah dan temple atas.  Kurang tahu perbedaannya apa, mungkin dewa penguasanya yang beda.  Yang pasti, di temple atas banyak sekali gantungan-gantungan seperti lampion kecil yang berisi doa atau permohonan.  Kalau ornament-nya sama-sama cantik dan tentu saja bernuansa muerahhhh…..  Di samping temple atas, ada toko souvenir.  Karena masih banyak waktu, kami mampir untuk melihat-lihat dan beli-beli yang enteng-enteng dan murah.

 

Makan siang di Ching Sheng hotel.  Makanannya ya begitu-begitu saja.  Selalu ada ayam, bebek, daging sapi, ikan, sayuran, noodle dan nasi.  Saya tidak terlalu bernafsu makan, karena sudah kenyang makan sosis yang ‘mak-nyus’ dan masih kepengin lagi :D  Habis makan, masih diberi waktu 20 menit untuk belanja-belanja.  Didepan hotel ada banyak kios souvenir.  Tapi sayang, pilihan gak banyak.  Kalau gelang-gelang dari batu sih, gak beda jauh dengan yang di Samarinda atau Balikpapan.  Ya, terpaksa beli beberapa gantungan kunci yang ada boneka Cina-nya.  Katanya dewa uang dan dewa ketawa (kalau gak salah).

 

Kunjungan selanjutnya adalah Peacock Garden.  Sebetulnya garden-nya sendiri cukup besar.  Tapi kami hanya dibawa untuk melihat peternakan merak berbagai warna dan jenis.  Selain merak ada beberapa jenis burung antara lain magpie biru, golden pheasant, colorful pheasant ….  Pokoknya unggas yang langka.  Kami tidak lama disini dan selanjutnya dibawa ke Ita Thao village.  Gak tahu kenapa, kami hanya dibawa ke sebuah toko yang menjual obat-obatan tradisional.  Padahal di agenda disebutkan: “Formosan Aboriginal Cultural Village and Theme Park – yang mempunyai taman bergaya Eropa.” L  Pasti lebih menarik dari pada toko obat.  Nah, di toko obat tersebut, kami dipameri ‘janin’ rusa yang dikeringkan.  Katanya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit asma.  Kalau ada yang berminat, akan ditumbukkan dan dimasukkan kedalam kapsul.  Kelihatannya tak satupun berminat, karena harganya muahal sekaleeeeee….  Satu rusa kecil kalau gak salah, setelah di kurs sekitar lebih dari 5 juta!!!!

 

Kunjungan di Sun Moon Lake berakhir di sini dan kami meneruskan perjalanan ke Taichung.  Sepanjang jalan dari Sun Moon Lake kami berpapasan dengan mobil-mobil yang menuju Sun Moon Lake, orang-orang yang mau ber week-end di sana.  Mirip suasana orang-orang Jakarta yang mau berlibur ke daerah Puncak.  Untung kami melawan arus… kalau tidak, bisa sampai di Taichung malam sekali.  Kembali kami menyusuri jalan-jalan Taiwan yang dibuat diatas pilar-pilar, sehingga lahan dibawahnya tetap bisa digunakan untuk perkebunan ataupun pertanian.

 

Masuk kota Taichung sekitar jam 8:00pm.  Kami langsung menuju tempat makan malam, sebuah restaurant bergaya Brazilia, dibuat seperti masuk ke dalam goa-goa.  Cukup artistik.  Tapi makanannya tidak jauh dari seafood, daging dan ikan…..  Ya dinikmati saja yang bisa dimakan.  Yang gak doyan ya gak usah dimakan.

 

Selesai makan malam kami ‘digiring’ ke nite market, di daerah Fongijia.  Weleh-weleh, umpel-umpelan penuh manusia.  Mau cari tempat untuk bis berhenti sebentar saja sulit.  Dan nite market-nya jauh dari yang saya bayangkan.  Seperti Malioboro saja.  Tapi yang dijual tidak ada yang bisa dibeli.  Kebanyakan baju-baju untuk musim dingin, yang dijual dengan harga murah.  Kalau ada baju-baju kaos, bahannya jelek dan mahal.  Jadi kami berdua hanya keliling sana-sini melihat-lihat.  Ada sebuah antrean panjanggg yang menarik perhatian kami.  Ternyata mereka sedang mengantre makanan dari tahu, yang baunya seperti selokan…  Katanya sih rasanya enak, tapi kalau baunya tidak mendukung, kepengin pun tidak.

 

Capek jalan dan belanja (beberapa orang ada yang belanja), kami dibawa ke hotel DeBao.  Hotelnya kecil, tapi kamarnya besar dan bersih.  Kamar kami dilantai 12.  Begitu buka pintu langsung tempat tidur.  Kamar mandi ada di dalam.  Sayang kamarnya tidak berjendela, hanya jendela bohong-bohongan.  Ternyata hotel DeBao ada diapit bangunan lain dan tidak punya lahan taman L

 

Potret-potret kamar, siapin baju untuk esok hari, mandi dan tidur …..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

taiwan 3

Citibank Travel Series

Magnificent Taiwan – 6D/5N

Dec 3 – 8, 2008

 

Trip day II – Dec 5, 2008 – Hualien - Koashiung

 

Jam 07:00 semua sudah turun untuk breakfast.  Udara pagi itu dingin, mendung dan berangin.  Terpaksa pakai baju dobel berikut jacket.  Tepat jam 08:00, kami meninggalkan hotel dan kota Hualien untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Kaoshiung, yang adalah kota terbesar kedua.  Kami akan melewati Hua Tung Coastal Highway dan sebelum sampai diujung pulau, akan bebelok ke kanan.

 

Sepanjang perjalanan dari Hualien ke Kaoshiung, terbentang sawah dan perkebunan bermacam buah-buahan.  Kebun srikaya, jambu klutuk, jambu air, pisang, jeruk, nenas.  Buah-buahan dibudi-dayakan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan buah yang besar-besar dan bagus kualitasnya.  Buru sekali ini saya liat srikaya besar-besar, apalagi yang namanya srikaya nenas, besar dan manis.  Di Taiwan padi ditanam 2 kali dalam setahun.  Ketika kami lewat, sawah-sawah sedang kering, sengaja dikeringkan, agar tanahnya bernafas dulu.  Selain kebun buah dan sawah, banyak terlihat kebun pinang, karena penduduk asli Taiwan masih makan sirih.  Kota-kota kecil yang kami lewati mirip dengan kota-kota kecil di Jawa.  Dipusat kota berjejer toko-toko, restaurant yang kebanyakan dindingnya ditempeli keramik, mirip kamar mandi.

 

Kami berhenti disebuah pabrik penggilingan beras..  Padi di Taiwan disimpan dalam bentuh gabah dan disimpan di sebuah ‘cooler’ dan menjadi frozen.  Apabila diperlukan baru digiling menjadi beras.  Kemudian beras-beras tersebut dikemas dan dibekukan.  Guide memberi kesempatan kepada kami untuk ke rest-room.  Kemudian kami keliling melihat toko, yang selain menjual beras juga produk lain dari beras.  Lagi melihat keliling, mas Agni memanggil saya dan mengajak kebelakang toko.  Ternyata dibelakang ada kebun bunga … wuahhhhh berwarna-warni, bagus untuk photo J  Sayang gerimis, jadi gak bisa photo ditengah-tengah bunga.  Bagian belakang toko beras adalah coffee shop, orang bisa makan-minum sambil menikmati kebun bunga.  Untuk oleh-oleh, saya membeli 2 bungkus beras Taiwan  @ sekilo …..

 

Meneruskan perjalanan.  Daerah yang kami lalui kelihatannya sedang panen srikaya.  Ibu-ibu memaksa pak Tony untuk berhenti di warung srikaya.  Yang punya toko membelah satu srikaya nenas sebagai icip-icip.  Muanis, seger.  Semua jadi kalap ingin membeli, tapi harus beli satu box isi 12 biji.  Maka kami beli srikaya nenas secara kolektif.  Saya beli 2 buah, sebuahnya NT50 (atau sekitar Rp20,000).  Tak jauh dari warung srikaya, kami berhenti lagi untuk makan siang.  Restaurantnya dipinggir pantai.  Kalau tidak salah nama kotanya Daren.  Kembali makan paket, nasi dan 10 macam lauk termasuk buah.  Jeruknya pucet, tapi rasanya manis.  Sebelum sampai ke Fo Guang Shan, tempat big statue of Buddha, kami berhenti di toko buah kedua yang menjual kesemek dan jambu air.  Buahnya besar-besar.  Lagi-lagi, ibu-ibu panic belanja.

 

Akhirnya sampailah di Fo Guang Shan temple.  Kami harus cepat-cepat naik, karena sebentar lagi kuil tutup.  Kami masuk melalui lorong panjang agak menanjak.  Kemudian sampai di bangunan dengan anak tangga banyak untuk sampai ke tempat sembahyang.  Di depan tempat sembahyang ini ada lonceng besar sekali.  Menurut guide, kalau mau membunyikan lonceng, kami harus menyebut nama dan menyebutkan keinginan, baru menabuh lonceng, maka keinginan akan dikabulkan!  Ruang sembahyang tidak boleh dipotret dari dalam, tapi boleh dari luar.  Keluar dari tempat sembahyang, masih harus menaiki tangga lagi untuk sampai kesebuah pelataran luas, dimana sang big Buddha berdiri, dikelilingi banyak patung Buddha.  Dari big Buddha, kami turun menuju satu kelenteng lagi, dimana ada 3 patung Buddha besar yang sedang duduk.  Pelataran kelenteng luas sekali, berpintu merah khas China.  Setelah puas berphoto, kami kembali ke bawah, dan tentu saja mampir ke tempat souvenir.

 

Meneruskan perjalanan ke Kaoshiung.  Masuk kota sudah mulai gelap.  Taiwan sedang memasuki musim dingin, jadi siangnya pendek.  Kami langsung menuju Spring Autumn Pavilion, yang dijaga oleh patung naga dan harimau yang besar, yang terletak di pinggir danau Lien Tze Tan.  Sayang sekali, kuilnya sudah tutup.  Jadi kami harus cukup puas untuk memotret dari luar saja.  Tapi agak terhibur dengan temple yang terletak persis diseberang Spring Autumn Pavillion.  Kelenteng besar dan bagus, dominan dengan warna merah khas China.  Kami boleh masuk dan memotret.

 

Tiba waktunya makan malam.  Kami dibawa ke Dream Mall untuk makan malam disana.  Lagi-lagi makan paket: nasi dan 10 jenis lauk termasuk pencuci mulut.  Selesai makan kami diberi waktu sampai jam 09:00pm untuk keliling Dream Mall.  Mas Agni dan saya tidak begitu tertarik, jadi hanya berkeliling sebentar dan kemudian mencari tempat duduk sambil nunggu waktu berkumpul.  Akhirnya tepat jam 09:30pm semua sudah ada didalam bis, siap menuju Cu Hotel.

 

Cu Hotel, 453 Zhonghua 1st Rd. – Gushan District, Kaohsiung.  Hotelnya terletak di tengah kota, tidak sebagus dua hotel sebelumnya, mungkin bintang **.  Tapi tak apalah, kan hanya untuk merem saja.  Kami tersebar di lantai 12 dan 13.  Kamar kami besar dengan dua tempat tidur queen sizes.  Kamar mandinya sedang dan sedikit kusam, untung anduknya putih bersih dan wangi.

 

Setelah ‘ritual’ potret memotret, mas Agni segera menjalankan tugasnya untuk men-charge semua battery camera dan telephone.  Saya menyiapkan baju untuk esok hari, mandi dan diakhiri dengan beres-beres baju kotor.  Kemudian ‘nggloso’ … duh enaknya, ketika badan ini menyentuh kasur … zzzzzz