Friday, June 13, 2008

Samarinda - Tenggarong - Balikpapan

17 May 2008 - Sabtu

Jam 04:00 pagi mas Agni dan aku sudah berada didalam taxi menuju bandara.  Schedule GA-509 jurusan Balikpapan adalah jam 06:05.  Baru saja keluar Taman Asri, mas Agni baru ‘ngeh’ kalau handphone-nya tertinggal.  Jadi kami balik lagi….. L  Aku sudah takut kalau terlambat.  Untung jalanan masih sepi karena masih pagi.  Sampai di airport sekitar jam 05:00-an.  Setelah urusan check-in selesai, kami mencari penghangat perut di Starbuck.  Jam 05:45 panggilan boarding dan tepat jam 06:05 pesawat mulai bergerak menuju runway dan setelah clear …. wuinggggg pesawat mengangkasa.  Waktu tempuh ke Balikpapan, menurut pilot, memakan waktu 1 jam 50 menit.  Makan pagi dihidangkan dengan pilihan nasi atau omelet.  Aku pilih omelet.  Makan selesai, perut kenyang, kantuk datang, yach tidur aja ach.  Lumayan, tertidur setengah jam. 

GA-509 mendarat mulus di bandara Sepinggan, Balikpapan.  Sambil nunggu bagasi, mas Agni menelpon pak Bejo, yang ditugasi menjemput kami.  Baik mas Agni maupun pak Bejo belum pernah bertemu, jadi tanda yang diberikan adalah: “Pak Bejo, saya pakai topi merah ya.”  (jadi ingat cerita si topi merah J).  Pak Bejo akan menemani kami selama di KalTim, sebagai driver merangkap guide.  Mas Agni bilang ke pak Bejo: “Pak, ini bukan perjalanan dinas lho.  Saya mau jalan-jalan aja melihat-lihat KalTim.”

 

Keluar dari Bandara Sepinggan kami langsung menuju Samarinda.  Pak Bejo mengambil jalan lama, agar bisa membawa kami ke Bendungan Samboja, bendungan yang dibangun PU, kalau nggak salah airnya untuk kebutuhan kota Balikpapan.  Sayang sekali, didekat bendungan ini dibuka tambang batubara baru dan dikhawatirkan akan mencemari air dibendungan.  Jalan menuju bendungan Samboja sepiiiiii dan …. sampai di bendungan udaranya puanaaasssss sekaleeeee.  Gak bisa berlama-lama diluar J  Potret-potret sebentar dan kami melanjutkan perjalanan.

Jalan lama Balikpapan-Samarinda yang kami lalui akan bertemu dengan jalan baru yang menebus ‘Bukit Suharto’.  Nah di jalan ‘lintas’ Balikpapan-Samarinda ada restaurant ‘Tahu Sumedang’ dan kami makan disini.  Jauh-jauh ke Kaltim kok ya ketemunya tahu Sumedang to yaaaaa…. J  Kami makan ikan goreng, sambal dan lalapan.  Satu orang dapat satu ikan.  Tak lupa dua porsi tahu Sumedang dan minumnya kelapa muda pakai gula merah.  Wuihhhh,  sueger tenan rek.

Melanjutkan perjalanan melalui Bukit Suharto, yang konon, pohon-pohon dibagian dalam sudah gundul dan yang dihijaukan hanya bagian luar saja, yang dipinggir-pinggir jalan….. J  Tertipu …..  Jalan di bukit Suharto ini berkelok-kelok, mirip kelop ampek-puluh-ampek :D  Perut kenyang, mobil dingin, jalanan mulus…… zzzzzzzz….. aku tertidur.

 

Bangun-bangun sudah sampai di ‘Stadion Utama Kaltim’ di Samarinda, yang rencananya mau dipakai untuk PON bulan Juli 2008 nanti.  Weleh-weleh, mau dipakai bulan Juli kok belum ada tanda-tanda selesai.  Bangunan stadion utamanya megah sekali.  Yang mendesign anak-anak ITS, Surabaya dan adviser merangkap consultant adalah pak Purnomohadi J

Sampailah kami di Samarinda Seberang.  Jalanan menurun dan dari atas terlihat sungai Mahakam membentang luas sekali seperti lautan.  Untuk menuju kota Samarinda, harus menyeberang sungai Mahakam.  Sebelum nyeberang, kami berhenti disebuah restaurant yang bagus lokasinya, di ‘lereng’ sungai Mahakam, namanya ‘Lipan Hill’.  Kami berhenti untuk nge-teh, ngopi dan makan … ech… minum ice cream, sambil melihat lalu-lalang transportasi air di sungai Mahakam.  Yang paling sering melintas adalah tug-boat yang menarik pontoon berisi batubara (tentu saja …. J )

 

Akhirnya kami menyeberang sungai Mahakam.  Sebelum ke hotel, pak Bejo mengajak kami keliling kota Samarinda, lewat kantor PU, lewat pasar … lewat mana lagi ya, aku lupa.  Akhirnya jam 3pm kami masuk Hotel Bumi Senyiur, salah satu hotel besar di Samarinda selain Hotel Mesra.  Pak Bejo akan menjemput kami sekitar jam 7pm, untuk cari makan malam.  Masuk kamar, ganti baju dan …. duh nyaman sekali meletakkan badan di tempat tidur dan tak lama kemudian …. zzzzzz…. baru bangun sekitar jam 6pm dengan badan yang lebih segar.

Makan malam.  Tidak tau mau makan apa dan dimana.  So, kami pasrah saja sama pak Bejo mau dibawa kemana.  Pilihan pak Bejo adalah restaurant ‘Hary Crab – Sari Laut’.  Menu makan malam adalah: udang (guede-guede) goreng mentega, baronang bakar, kakap merah goreng.  Sementara pak Bejo pesan bebek goreng!  Piye to.  Lucunya, yang punya restaurant ini orang Jawa, pegawainya semuanya orang Jawa.  Jadi aku rada kaget ketika baru datang dan ditanya sama ‘waitress’: “Wong pira bu?”  Tak kirain ngomong pakai bahasa Samarinda, taunya ngomong bahasa Jawa…. Hehehehe… J

 

Habis makan mau ngapain ya.  Diputer-puterin lagi sama pak Bejo, melihat Samarinda diwaktu malam.   Menurut pak Bejo, Samarinda tidak segemerlap Balikpapan.  Namanya saja ‘samar-samar-indah’ … hehehe….   Tak banyak tempat rekreasi di Samarinda ini, jadi ‘tempat rekreasi’ yang selalu penuh adalah mall.  Kalau gak salah ada Ramayana Mall.  Karena gak ada yang bisa diliat lagi, jam 9pm kami sudah sampai di hotel kembali.

Hari pertama di Kaltim, tepatnya di Samarinda, berakhir.

18 May 2008 - Minggu

Sarapan pagi.  Habis sarapan nunggu pak Bejo dikamar sambil nonton TV.  Jam 9:00 pak Bejo menelpon, kami turun dan berangkat ke Tenggarong.

Samarinda-Tenggarong berjarak kira-kira 30 km dan waktu tempuhnya kurang lebih 30 menitan.  Jalanan naik turun, sepi, tidak crowded seperti di Jakarta.  Pemandangan tampak bagus mendekati kota Tenggarong.  Untuk masuk ke kota Tenggarong kami menyeberangi sungai Mahakam juga, melalui jembatan ‘Kartanegara’.

 

 Ditengah-tengah Mahakam-Tenggarong ini ada sebuah pulau, namanya pulau Kumala.  Di pulau ini ada patung Lembuswana: binatang berbadan sapi, berkepala gajah, bersayap.  Menurut cerita orang-orang tua di Tenggarong, binatang ini ada dan sampai sekarangpun ada, tapi tidak kasad mata, alias virtual.  Di pulau Kumala ini ada tempat rekreasi, sayang sekali tidak terawat.  Untuk menuju pulau ini ada dua cara, naik

perahu/kapal atau kereta gantung.  Tapi sayang, kereta gantungnya tidak di-maintain secara baik dan benar sehingga rusak dan tidak beroperasi lagi.  Sayang sekali.

Museum Mulawarman adalah salah satu tujuan wisata, yang adalah bekas kerajaan Kutai.  Sayang sekali, tidak ada ac di museum Mulawarman, sehingga kami tidak betah berlama-lama didalamnya.  Bagaimana dengan barang-barang museumnya ya?  Bukankah kalau ber-ac barang-barangnya akan lebih awet?  Disamping kanan museum, agak kebelakang, ada makam raja-raja Kutai, dan dibelakang museum ada rumah keluarga raja Kutai yang bersebelahan dengan sebuah mesjid kuno.  Konstruksi mesjid dari papan, masih bagus dan terawat.

 

Dari museum Mulawarman kami ke museum kayu Tuah Himba.  Bangunan museumnya dari kayu dan  tentu saja yang dipamerkan kebanyakan kayu dan produk-produknya.  Museumnya tidak besar, berbentuk ruangan terbuka, berukuran kira-kira 15 x 15 meter.  Jadi hanya memakan waktu 30 menit untuk berkeliling dan melihat semua barang didalamnya.  Selain kayu ada beberapa binatang  yang diawetkan, antara lain: ketam kelapa raksasa, buaya yang buesarrrr sekali, yang konon pernah memakan orang.  Ada clipping koran local tentang ditangkapnya sang buaya, dan ketika isi perutnya dikeluarkan, ada potongan tangan, potongan kaki orang yang dimakan…. hiiiiiii…..

Sebelum meninggalkan Tenggarong, pak Bejo mengajak kami ke stadion olah raga Tenggarong yang sedang dibangun.  Stadion olah raga ini juga disiapkan untuk PON bulan July 2008!  Tapi sekali lagi, tak mungkin selesai, karena 50% saja belum jadi.  Designnya sih bagus (Arc Studio … hehehehe….)  Bangunan wisma atlet dari kayu dan designya cantik.

Sudah waktunya makan siang ketika meninggalkan stadion.  Bingung mau makan apa dan dimana.  Gak jauh dari stadion ada warung baru dan bersih, nama warungnya ‘Bakmi Tebet’!  Ampyun, di Tenggarong kok ketemune bakmi Tebet … J  Membayangkan makan mie pangsit atau baso diruangan dingin, tapi ternyata oh ternyata ac restaurant gak beres.  Adanya kipas angin dan ruangannya gak ada ventilasinya …. jadinya puanassss buanget, ongkep.  Biar mendapat udara segara, pintu restaurant kami buka.

Tujuan selanjutnya setelah Tenggarong adalah Obyek Wisata Budaya Pampang.  Setiap hari minggu di tempat ini digelar pertunjukan tari-tarian dayak Kenyah di sebuah longhouse/lamin adat.  Selepas Tenggarong, mas Agni dan aku tertidur pulas di mobil.  Ketika bangun sudah memasuki jalan kecil menuju desa Pampang.  Sampai ditempat pertujukkan sudah banyak orang, tempat parkirnya pun sudah penuh.  Ternyata ada rombongan dari sebuah paroki.  Untung kami masih mendapat tempat di depan, walaupun tidak pada posisi yang enak.

 

Pertunjukan dimulai jam 2pm.  Dibuka dengan tarian selamat datang, yang menari anak-anak kecil-kecil sampai remaja.  Kira-kira ada 6 atau 7 tarian ‘disajikan’ dalam waktu satu jam.  Mula-mula kami agak takut untuk memotret, karena menurut pak Bejo, kalau ketahuan motret sering dimintai duwit.  Tetapi ternyata banyak yang motret dan tidak ada yang minta duwit J  Sayang sekali, tempat ini kurang ‘dimodali’ dan para pelaku/penari kurang dipersiapkan  benar.  Pakaian penarinya kurang terawat, kelihatan kotor dan kumel, dan mereka menari tanpa make-up.  Kami meninggalkan tempat ketika tarian terakhir belum mulai.  Kalau nunggu sampai bubaran, pasti akan macet dan uwel-uwelan. 

Meninggalkan Pampang, kembali ke Samarinda.  Kali ini tidak ngantuk, karena tadi sudah tidur hampir satu jam.  Sampai di Samarinda sudah menjelang jam 5.  Kami bilang ke pak Bejo bahwa malam nanti tidak pengin keluar, pengin di hotel aja, capek.  Masuk hotel, mas Agni tidur lagi.  Aku beres-beres koper, karena besok akan pindah ke Balikpapan.  Jam 7pm kami keluar.  Niatnya mau makan di hotel saja, tapi mas Agni ngajak jalan-jalan keluar.  Ternyata persis didepan hotel ada rumah makan Anna, jualan seafood.  Jadilah kami makan disitu.  Lagi-lagi: udang, cumi goreng dan kakap goreng.  Selesai makan, balik ke hotel dan tidur.

19 May 2008 - Senin

Rencana mau meninggalkan hotel jam 9.  Tapi ternyata ada teman mas Agni pengin ketemu sebentar.  So, kami baru bisa meninggalkan hotel sekitar jam 10.  Kami langsung menuju pusat pembuatan dan penjualan sarung khas Samarinda di Samarinda Seberang, namanya ‘Sarung Samarinda Berdikari – Ibu Syarifah Radiah’.  Harga sarung ATBM (alat tenun bukan mesin) mulai 200,000 s/d 1juta lebih.  Pemilik pabrik menjamin seluruhnya terbuat dari sutera, tidak ada campurannya.  Sayang kami tidak bisa melihat pabriknya, karena tidak ada yang mengantar.  Kami meninggalkan Samarinda sekitar jam 11:30-an.  Waktu tempuh Samarinda-Balikpapan kira-kira 2.5 jam.  Tapi dengan berhenti untuk makan siang, menjadi lebih lama sedikit.  Kembali kami makan siang di restaurant Tahu Sumedang.  Pesanan kali ini sop buntut dan es jeruk.  Segerrrrr….

Masuk kota Balikpapan sekitar jam 2pm.  Pak Bejo mengajak kami putar-putar kota dulu, sebelum check-in di Novotel Hotel.  Balikpapan termasuk kota yang bersih dan termasuk kota ‘international’ karena banyak orang asing, orang-orang minyak.  Tepat jam 3pm kami masuk Novotel Balikpapan yang  minimalis.  Menurut pendapatku, Novotel Balikpapan tampak lebih mewah dari pada Novotel Solo, Yogya, maupun Semarang.  Bathroom-nya mirip dengan yang di Semarang, pakai kaca tembus pandang.  View kamar kami adalah laut.  Semula kami ingin tidur-tiduran, tapi laut ‘mengundang kami untuk datang menghampirinya’.

 

Bawa camera, bawa tripod – kami berjalan kaki menyeberang jalan, melewati deretan ruko, sampailah kami di pinggir pantai.  Kami duduk-duduk di cafĂ© Dapeen, yang artinya: tempat berhenti.  Mas Agni pesan beer dan aku pesan lemon squash, ditemani lumpia dan French fries.  Kami duduk-duduk, potret-potret ditempat itu sampai matahari terbenam dan kembali ke hotel.

Masih punya waktu satu jam, sebelum pak Bejo menjemput kami untuk makan malam.  Malam ini kami berencana makan malam di pinggir pantai, yang kata mas Agni, mirip seperti di Jimbaran, Bali.  Sebelum makan, pak Bejo mengajak kami menyusur pantai, tapi pantainya gelapJ  Akhirnya kami tidak jadi makan dipantai a la Jimbaran, tapi kembali ke restaurant pantai yang di dekat hotel.  Nama restaurant-nya ‘OCEAN’S – The Fish Connection’.  Harga makanannya gak murah, hampir sama dengan di Jakarta.  Makan bertiga dengan menu: udang ‘tiger’ goreng mentega (seporsi isinya 4), 3 tusuk sate seafood,  4 cumi besar bakar, tumis baby kalian, sedangkan minumnya: 2 mixed juice dan satu orange juice – semuanya berharga 301,950!  Gak murah kan?

Habis makan langsung balik ke hotel.  Mas Agni tidur-tiduran sambil nonton tv sampai ketiduran, sedangkan aku beres-beres baju dan packing, karena besok akan pulang ke Jakarta.

20 May 2008 - Selasa

Kelihatannya Novotel lagi penuh, terbukti ketika makan pagi.  Seperti biasa, makan pagi a la Novotel selalu enak.  Habis makan, aku ke receptionist untuk tanya apakah boleh late check-out, dan diperbolehkan.  Pesawat kami akan meninggalkan Balikpapan jam 15:30, at least kami harus meninggalkan hotel jam 1:00pm.

 

Setelah sarapan kami menuju pasar ‘Kebun Sayur’, pasar oleh-oleh dan souvenir yang harganya lebih murah daripada toko-toko besar.  Tujuan utama ke pasar Kebun Sayur sebetulnya mau cari ‘kerupuk kuku macan’ atau sebutan local-nya ‘amplang’.  Tapi ternyata banyak sekali toko-toko yang menjual batu-batu untuk kalung.  Wuih, bagus-bagus.  Harga yang ditawarkan, tentu saja mahal.  Tapi masih bisa ditawar ½ sampai 1/3nya.

 

 

Selesai ‘belanja’ sudah jam 11:00.  Kami kembali ke hotel, beres-beres dan jam 12 check-out.  Sambil menuju ke Bandara, kami mencari makan siang yang bukan ikan.  Putar sana putar sini, akhirnya pilihan jatuh pada restaurant Padang tidak jauh dari Bandara.  Sekitar jam 1:00pm kami sampai di bandara, langsung check-in dan masuk ke waiting area.  Untung kami cepat datang dan cepat check-in, karena kira-kira 15 menit kemudian, ada rombongan ibu-ibu dari Bali yang masuk ke waiting room!  Penuh bo’.

Tidak ada delay, semuanya tepat waktu.  Take off mulus, landing mulus, sampai dirumah juga mulus.  Semuanya berkat pimpinan TUHAN atas kami berdua.  Terima kasih TUHAN.

Selesailah perjalanan kami ke Kalimantan Timur.

Thursday, June 12, 2008

bianca dan bianca

Ini namanya Kanaya BIANCA Pramitaswari, panggilannya Naya.  Umurnya sebentar lagi 5 tahun (lahir: 21 Oct 03).  Kalau panggil mas Agni 'eyang Antique' dan aku dipanggilnya 'eyang Tenik', karena Naya adalah cucunya mbakyuku.

Bianca yang ini senengannya nyanyi sambil bergaya-gaya.

 

 

Yang bayi kecil ini namanya BIANCA Emmanuela.  Umurnya baru 5 hari (lahir: 7 Juni 2008).  Bianca yang ini panggil mas Agni 'eyang Anik' dan aku pasti akan dipanggilnya 'eyang Mimmu'  karena Bianca yang ini cucunya mbakyunya mas Agni.

Mudah-mudahan Bianca yang bayi ini juga seneng nyanyi, seperti Bianca yang satunya ....

Kata eyang Antique/eyang Anik, Bianca-Bianca harus bisa nyanyi, karena namanya sama dengan 'Bianca Castafiore', penyanyi opera dikomik serial 'Tintin'.

 "Ah my beauty past compare, these jewels bright I wear!... Was I ever Margarita? Is it I? Come reply!...Mirror mirror tell me truly!".

Bianca Castafiore