Tuesday, February 26, 2008

selalu indah dikenangkan

..........

selalu indah dikenangkan

selalu indah dirasakan

..........

 

 

© © © © ©

 

aku sedang berada ditengah suasana kumpul-kumpul

disebuah rumah, rumahku

ketika aku membuka pintu masuk

aku lihat ibu-ku ada di sana

segar sekali – dengan senyum khas-nya

 

aku lari memeluknya

sambil bilang: “ibuuuu, aku kangeeeennnnn“

ibu hanya tersenyum sambil memelukku

aku bilang lagi: “zoen aku buuu, zoen khas ibu ya...“

aku nangis karena kangeeeeennn sekali

ibu memelukku erat .... lama sekaliiiii

 

 Mommy

aku nangis ’mingseg-mingseg’

masih nangis ketika membuka mata

ternyata hanya mimpiiiii ........

 

hiks-hiks-hiks – sekarang pun masih nangis

karena pelukan ibu sampai sekarang masih terasa

 

 

pagi dini hari – 3:30 – 27 February 2008

 

kukuruyuuuukkkkk.... kongkorongok .....

Feb 26, 2008 - dinner

 

sluruuupppp….. nyam-nyam-nyam

sluruuupppp….. nyam-nyam-nyam

 

empuk tenan, muantabbbbb tenan

uenak, gurih

ndak terasa 

semalam saya habis 9 kaki!

 

yang dimasak bumbu seperti ini enak

tapi ada yang lebih uenak lagi

yang dimasak bumbu gule

wuahhh..... uenak tenan

gurih-gurih pedas-pedas

 

sapa suka cakar????

hayo tunjuk jari .....

 

sluruuuuppppp..... nyam-nyam-nyam

Tuesday, February 12, 2008

cinta kasih

C I N T A   K A S I H ..... 

 

Mereka masih saling cinta.  Malah mungkin masih sangat saling mencintai.

 

Tapi  ….  kecemburuan, ketidak terbukaan, ketidak tulusan, gengsi, kecurigaan, saling balas-membalas, serta terputusnya komunikasi, membuat mereka berpisah.  Tidak ada rasa damai ketika mereka berdekatan.  Yang ada hanya pertengkaran.  Itulah yang menyebabkan mereka memutuskan untuk berpisah.

 

Danti pergi jauh meninggalkan Danto.  Danti mencari mencoba mencari kebahagiaan, begitu juga Danto.  Bertahun-tahun mereka tidak bertemu, hanya sesekali bertelepon.  Itupun kalau ada yang benar-benar penting mengenai anak-anak mereka.

 

Ketika usia merambat bertambah, mereka menjadi saling kesepian.  Mereka saling merindukan, walaupun tak saling diucapkan.  Harga diri menjadi penghalang untuk saling berterus-terang.  Kerinduan mereka hanya disimpan jauh direlung hati.  Mereka mencari kebahagiaan dengan cara masing-masing, mengisi kehidupan mereka sehari-hari dengan menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positive.

 

Setelah sekian tahun tidak bertemu, terdengar berita Danti sakit.  Danti harus menjalani suatu operasi, yang hasilnya belum tentu bagus – fifty-fifty.  Mendengar itu, sedih hati Danto yang masih merindukan dan mencintai Danti.  Begitu juga Danti ingin sekali bertemu dan ditunggui Danto dalam sakitnya.  Cinta membuat Danto berkeputusan untuk menemui Danti dan menemaninya diwaktu sakit.

 

Tak bisa dihindari lagi, operasi yang menakutkan harus dijalani Danti sebelum Danto sempat datang menemuinya.  Masa kritis dilalui Danti sendiri.

 

Ketika Danto siap menemui Danti, TUHAN berkehendak lain.  Sebelum Danto tiba, Danti sudah kembali kepangkuan-NYA dalam damai.  Danto sangat, sangat berduka dan kehilangan.  Ketika dia mulai membuka cintanya kembali untuk menerima Danti apa adanya, TUHAN mengambilnya.  Tapi, ada sedikit kebahagian ditengah kedukaan.  Ketika Danti mulai sakit, Danto sempat mengungkapkan rasa cintanya kepada Danti.  Danto yakin, Danti pergi menghadap SANG PENCIPTA dengan membawa cintanya.

 

 

(Ter-inspirasi dari lagu ‘If tomorrow never comes’)

 

 

"If Tomorrow Never Comes" – Ronan Keating

Sometimes late at night
I lie awake and watch her sleeping
She's lost in peaceful dreams
So I turn out the lights and lay there in the dark
And the thought crosses my mind
If I never wake up in the morning
Would she ever doubt the way I feel
About her in my heart

If tomorrow never comes
Will she know how much I loved her
Did I try in every way to show her every day
That she's my only one
And if my time on earth were through
And she must face the world without me
Is the love I gave her in the past
Gonna be enough to last
If tomorrow never comes

'Cause I've lost loved ones in my life
Who never knew how much I loved them
Now I live with the regret
That my true feelings for them never were revealed
So I made a promise to myself
To say each day how much she means to me
And avoid that circumstance
Where there's no second chance to tell her how I feel

If tomorrow never comes
Will she know how much I loved her
Did I try in every way to show her every day
That she's my only one
And if my time on earth were through
And she must face the world without me
Is the love I gave her in the past
Gonna be enough to last
If tomorrow never comes

So tell that someone that you love
Just what you're thinking of
If tomorrow never comes

 

 

jangan pernah menunda untuk mengatakan:

-          aku mencintaimu

-          aku menyayangimu

-          aku selalu ingin bersamamu

 

 

Monday, February 11, 2008

suatu hari sabtu

Hari Sabtu, 2 Februari 2008.

 

Kami berdua pergi ke kondangan teman kantor mas Agni, di Gd. Granadhi, Kuningan.  Secara itu malem minggu, musim hujan, sehari setelah hujan 10 jam dan banjir dimana-mana, kami berangkat dari rumah jam 18:00.  Yah macet-macet, biasalah didaerah Ciledug Raya.  Akhirnya sampailah di Pakubuwono sekitar jam 18:45.

 

Driver kami, pak Samidjo, ambil jalan lurus kearah Sisingamangaraja, padahal ada tanda ’dilarang lurus s/d 19:00 kecuali hari libur’.  Saya bilang:  „Belum jam 19:00 lho pak, dan ini bukan hari libur“.  Ech dia bilang – „Sabtu kan libur, bu.  Itu juga ada kijang yang lurus.“  Ya wis, sak karepmu lah.

 

Bener kan, traffic light di perempatan Hang Tuah-Pakubuwono ’blink-blink’, itu tandanya gak boleh lurus, hanya one way dari arah Senayan!  “Tuh kan, saya bilang apa, ini belum jam 19:00”.

 

Kijang di depan kami bisa menembus perempatan, tapi disetop sama pak polisi.  Kami tidak bisa terus, karena arus dari arah Senayan padat.  Weleh, weleh, mobil kami didatangi 2 orang polisi

 

Polisi   :           Balik arah pak, ini belum jam 19:00.

Agni     :           Maaf pak, kami salah.  Kami kira ini hari libur.

 

Saya sudah deg-degan di dalam mobil.  Ternyata, pak polisi adalah pak polisi baik.  Mereka membantu menyetop arus dari Senayan, agar kami bisa putar balik.  Tak kira, setelah balik polisi akan langsung ’tilang’.  Tapi... lho kami langsung disuruh jalan dan .... wuih lega – saya bilang keras-keras dari dalam mobil:  „Terima kasih ya pak polissssiiiiii.“

 

Ternyata ada juga polisi yang gak matrek ya.  Atau dia liat plat mobil yang kami pakai berakhiran “Q“?  Atau liat penumpangnya rapi berpakaian pakai dasi?  Dikira pejabat kali yeeee.....   Hehehehe.....

 

Terima kasih pak polisi, terima kasih.