Tuesday, November 27, 2007

'segala sesuatu ada waktunya'

Ecclesiastes 3

 

 

Everything Has Its Time

Everything on earth has its own time and its own season.

There is a time for birth and death, planting and reaping,

for killing and healing, destroying and building,

for crying and laughing, weeping and dancing,

for throwing stones and gathering stones, embracing and parting.

There is a time for finding and losing, keeping and giving,

for tearing and sewing, listening and speaking.

There is also a time for love and hate, for war and peace.

What do we gain by all of our hard work?

I have seen what difficult things God demands of us.

God makes everything happen at the right time. Yet none of us can ever fully understand all he has done, and he puts questions in our minds about the past and the future.

I know the best thing we can do is to always enjoy life,

because God's gift to us is the happiness we get from our food and drink and from the work we do.

Everything God has done will last forever; nothing he does can ever be changed. God has done all this, so that we will worship him.

Everything that happens has happened before, and all that will be has already been-- God does everything over and over again.

Everywhere on earth I saw violence and injustice instead of fairness and justice.

So I told myself that God has set a time and a place for everything. He will judge everyone, both the wicked and the good.

 

 

Thursday, November 1, 2007

PANIK - Panik - panik .....

29 October 2007

 

16:30     

Aku dalam perjalanan pulang:  ‘Pah, aku pulang dulu ya.  Papah pulang jam berapa?’

M’Agni :               Belum tau nih, ada laporan yang harus siap besok pagi-pagi untuk pak Menteri’

Aku        :               Ya udah, jangan malem-malem ya – daag’

 

21:00

Aku        :               Udah sampai dimana?

M’Agni :               Masih dikantor.  Sebentar lagi selesai kok.

 

22:15

Aku        :               Pah, udah pulang?

M’Agni :               Udah – udah sampai depan Belleza

Aku        :               Ya wis, tak tunggu.

 

Sehabis telpon, aku masuk kamar, nyalain tv dan tidur-tiduran sambil nunggu mas Agni pulang.

 

23:00

Mas Agni pulang.  Aku bangun mau bikinin minum, ternyata sudah dibuatkan pembantu.  Mas Agni naruh tas kantornya, terus ganti baju.  Aku masuk kamar lagi.  Mas Agni nyusul bawa sepiring pepaya.  Sambil makan kita ngobrol sekitar 10 menitan.  Kemudian mas Agni keluar dan masuk kamar mandi.  Aku matiin tv dan siap-siap tidur…

 

Tiba-tiba …. aku dengar mas Agni panggil-panggil dengan suara yang tidak biasa.  Aku cepat-cepat lari dan mendapatkan pintu kamar mandi terbuka.  Mas Agni duduk di kloset sambil mengaduh ’punggungku sakit, sakit sekali’.  Aku coba urut semampuku.  ’Aduh, kok sesak nafasku ya... jangan-jangan jantung’.  Aku liat wajah mas Agni pucat, pucat-cat.

 

Sebetulnya aku juga panik, tapi tetap berusaha tenang.  Cepet-cepet aku selesaikan mandinya,  aku andukin, aku tuntun pelan-pelan ke kamar, aku suruh tiduran dan memakaikan baju. 

 

M’Agni :               ’Cepet Mim, telepon mas Pur (tetangga sebelah), minta tolong ke rumah sakit.  Aku takut kalau jantung’.

Aku        :               ’Tenang mas, berdoa.  Ini bukan jantung, kayaknya kamu kena kram perut.  Kalau jantung itu dada kiri sampai ke belakang pundak.’

M’Agni :               ’Sesek Mim, sulit nafas... aduh… aduh….’

 

Aku cepet-cepet telepon tetangga sebelah datang kerumah dan kemudian mengantarkan kami ke UGD RS Sari Asih.  Aku juga mencoba menelpon mas Donny & mbak Christine untuk memberitahu bahwa, aku harus ke UGD membawa mas Agni.  Perus mas Agni tampak keras.  Mas Agni sangat kesakitan.  Badannya basah kuyup karena menahan sakit, panik dan takut.  Aku terus menerus berusaha menyakinkan mas Agni (dan mungkin diriku sendiri juga) bahwa, ini bukan serangan jantung.

 

23:45

Sepanjang perjalanan ke RS, aku dengar mas Agni berdoa dalam kesakitannya.  Aku terus berusaha tenang walaupun rasanya gak karuan.  Untung jalanan sudah sepi.  15 menit sudah sampai di RS Sari Asih.

 

24:00

Dengan tempat tidur dorong mas Agni di masukkan ke UGD.  Suster segera memasang oxygen, infuse serta mengambil darah.  Kemudian disuntikkan valium ½ ampul, tramal untuk mengurangi rasa sakit dan satu lagi obat yang aku tidak tau namanya.  Rekam jantung segera dilakukan, karena mas Agni mengeluh sesak nafas.  Kira-kira 10 menit kemudian mas Agni agak tenang.  Aku juga mulai tenang karena sudah tertangani.  Kemudian mas Agni bisa tidur.  Dalam posisi tidur keliatan sekali kalau perutnya mengeras dan kalau dipegang sakit.

 

30 October 2007

 

02:00 dini hari

Dokter memanggil aku untuk menerangkan hasil rekam jantung dan lab darah.  Semuanya bagus, tidak ada masalah dengan jantung.  Yang pasti adalah kram perut, yang tidak tau penyebabnya, mungkin kecapekan.  Dokter bilang gak perlu dirawat.  Nanti kalau sudah tenang dan berkurang rasa sakitnya, boleh pulang.  Puji syukur dan terima kasih TUHAN.

 

03:00

M’Agni :               ‘Boleh pulang gak Mim?  Aku risih, bajuku basah.’ (saking paniknya, aku lupa bawa baju serep!)

Aku        :               ’Dokter bilang boleh Pah.  Tak panggil suster dulu, biar infusnya dicopot’.

 

03:30

Kami meninggalkan RS Sari Asih.  15 menit perjalanan sudah sampai rumah.  Terima kasih mas Pur, mbak Wik dan Andri, sudah ngrepoti malem-malem sampai pagi.  Sekali lagi terima kasih.

 

Baju mas Agni yang basah kuyup aku ganti, terus dia minta teh panas.  Setelah itu tiduran dan mencoba tidur.  Tapi sebentar-sebentar bangun, ‘ulu atiku sakit’, katanya.  Sekitar jam 5:30 minta teh panas lagi dan minum tramal.  Karena tramal dia bisa tidur sampai menjelang makan siang.

 

Itulah ’kehebohan’ di hari selasa dini hari, yang membuatku tidak masuk kantor.  Itulah ’kehebohan’ yang membuatku tambah dekat dengan-NYA, karena tanpa kekuatan dari TUHAN, aku tidak bisa setenang saat itu.

 

1 November 2007

 

Sekarang mas Agni masih dirumah.  Kemarin sore badannya panas, perutnya kembung.  Jadi aku antar mas Agni ke dokter.  Aku ceritakan ke dokter kejadian kram perut.  Setelah diperiksa, dokter memperkirakan para-tipus karena lidahnya putih semua.  So, mas Agni harus istirahat lagi.  Hari ini aku mau pulang cepet, nemenin mas Agni lagi.  Kasian sendirian di rumah.